MEDAN, kaldera.id – Pembeli Pasar Kampung Lalang keluhkan aroma tidak sedap yang keluar dari selokan. Pengunjung juga keluhkan sampah yang berserakan di kawasan pasar tersebut.
Kondisi ini menimbulkan kesan pasar tersebut tidak terurus. Sampah terlihat berserakan. Imbasnya pengunjung enggan masuk ke dalam pasar.
“Kami sangat setuju kalau selokan diperbesar. Jadi, pas hujan air tidak tergenang. Selama ini genangan air menimbulkan aroma tidak sedap,” ungkap salah satu pengunjung Pasar Kampung Lalang, Alfan kepada kaldera.id, Kamis (30/1/2020).
Kondisi ini sudah lama terjadi. Bahkan, keluhan tersebut berulang kali disampaikan. Bahkan, para pedagang telah membayar Rp2.000 per hari untuk retribusi sampah.
“Setiap hari kami dimintai Rp2.000 untuk uang sampah dan jaga malam,” ungkap Andi, selaku pedagang daging di pasar ini.
Kepala Pasar Kampung Lalang, Muhammad Zaki mengatakan, pihaknya saat ini terus melakukan pembenahan pasar. Mulai dari pelebaran selokan yang saat ini sedang dikerjakan dan lainnya.
“PD Pasar mulai membenahi selokan-selokan mampet yang ada di Pasar Kampung Lalang,” ungkapnya kepada kaldera.id.
Zaki juga menjelaskan, untuk masalah sampah, pihaknya setiap hari mengangkut dan membuang sampah milik pedagang. Dengan catatan sampah yang diangkut hanya pedagang resmi.
Sedangkan sampah yang dihasilkan para Pedagang Kaki Lima (PKL) bukan tanggung jawab mereka. Sampah milik PKL diangkut oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan. Mengingat lokasinya di pinggir jalan dan PKL bukan kewenangan mereka.
“Kami hanya mengangkut sampah pedagang resmi. Kalau PKL itu kewenangan pemko melalui dinas terkait dan kelurahan,” jelasnya.
Dirinya sangat menyayangkan sekali kondisi ini. Akibat sampah milik PKL berimbas kepada pasar. Pasar terlihat jorok dan pembeli enggan berbelanja.
“Sampah milik PKL itu dibiarkan berserakan di pinggir jalan. Itu kewenangan kelurahan. Banyak pedagang yang dikutip oleh orang kelurahan, tapi sampahnya tidak juga diangkut,” tambahnya. (imran effendi/kaldera/pkl/reza sahab)