Ilmuwan China Prediksi Puncak Virus Corona Februari

Warga mengantri di luar apotek untuk membeli masker, termometer, dan pembersih tangan di Singapura (29/1/2020). Singapura sejauh ini mengonfirmasi tujuh kasus virus corona (coronavirus) - semuanya datang dari Wuhan. (AFP Photo/Roslan Rahman)
Warga mengantri di luar apotek untuk membeli masker, termometer, dan pembersih tangan di Singapura (29/1/2020). Singapura sejauh ini mengonfirmasi tujuh kasus virus corona (coronavirus) - semuanya datang dari Wuhan. (AFP Photo/Roslan Rahman)
  • JAKARTA, kaldera.id- Wabah virus corona (coronavirus) dengan nama terbaru Covid-19 terus meningkat drastis sejak pertama kali terdeteksi di Kota Wuhan , Hubei, China, pada Desember 2019. Hal itu membuat ahli epidemiologi terdorong untuk memprakirakan kapan puncak wabah virus tersebut.

Selama ini, sebagian pihak menilai puncak infeksi Covid-19 terjadi saat dalam satu hari terjadi penambahan orang terinfeksi dalam jumlah yang tinggi. Sebagian lain menyebut puncak infeksi Covid-19 terjadi ketika jutaan orang terinfeksi.

Melansir nature, petugas kesehatan ingin mengetahui puncak dan jumlah orang yang akan terinfeksi Covid-19. Informasi itu nantinya akan digunakan untuk mempersiapkan rumah sakit dan waktu yang tepat untuk membuka kembali Kota Wuhan dan kota lain desekitarnya yang diisolasi sejak bulan lalu oleh otoritas China.

Peneliti menilai prediksi puncak infeksi Covid-19 mungkin bisa ditentukan. Akan tetapi, mereka juga menilai hal itu belum tentu akurat jika data dan metode yang digunakan tidak lengkap.

“Jika anda merevisi prediksi anda setiap minggu untuk mengatakan bahwa wabah akan memuncak dalam satu atau dua minggu, pada akhirnya anda akan benar,” ujar peneliti pada bidang pengawasan penyakit Universitas Nevada, Brian Labus, Rabu (19/2/2020).

Dokter terkemuka China, Zhong Nanshan yang memimpin panel ahli untuk mengendalikan Covid-19 mengatakan puncak virus itu akan terjadi pada akhir Februari 2020.

Zhong yang terkenal karena menemukan virus SARS prediksi itu didukung lewat kontrol pemerintah, seperti pembatasan perjalanan hingga memperpanjang jumlah hari libur.

Sejauh ini lebih dari 70 ribu orang telah dipastikan terinfeksi Covid-19. Jumlah itu dianggap oleh peneliti bisa jauh lebih tinggi karena sedikitnya tes diagnostik dan jumlah tenaga medis China yang terbatas.

Bahkan beberapa ilmuwan meragukan prediksi Zhong yang dinilai hanya untuk menenangkan masyarakat China yang semakin tertekan karena Covid-19 juga mempengaruhi perekonomian hingga kondisi masyarakat.

Meneliti Virus Corona

Sedangkan peneliti dari Londong School of Hygiene dan Tropical Medicine memperkirakan bahwa puncak Covid-19 terjadi kapan saja, termasuk hari ini.

Pandangan berbeda disampaikan oleh Sebastian Funk, seorang ahli statistik yang memodelkan penyakit menular menyatakan bahwa puncak infeksi Covid-19 akan terjadi ketika 1 juta orang atau 10 persen penduduk Wuhan terinfeksi.

Hal itu didasarkan pada perkiraan bahwa satu orang yang terinfeksi di Wuhan rata-rata menginfeksi 1,5 hingga 4,5 orang lain sejak pembatasan pejalanan keluar Wuhan diberlakukan pada 23 Januari 2020.

Ahli epidemiologi Universitas Hokkaido, Hiroshi Nishimura menuturkan rantai penularan baru kemungkinan akan terjadi karena orang-orang di sebagian kota besar China telah kembali bekerja setelah libur panjang. Dari situasi itu, dia memprediksi Covid-19 akan memuncak pada akhir Maret atau akhir Mei 2020.

Pada bulan itu, Nishimura memperkirakan 2,3 juta orang akan terinfeksi Covid-19 per hari. Secara total, dia memperkirakan 40 persen populasi China atau sekitar 550-650 juta warga China akan terjangkit Covid-19 di mana setengahnya akan memperlihatkan gejala infeksi.

Nishimura Mengaku telah menulis prediksi itu, termasuk model penghitungannya ke dalam sebuah makalah yang dikirim ke medRxiv. Dia juga berkata model penghitungan yang dibuatnya menyajikan pandangan yang relatif sederhana karena mengasumsikan setiap orang dalam populasi rentan terinfeksi Covid-19.

Perkiraan yang disampaikan Nishimura didukung oleh ahli epidemiologi Universitas Hongkong Gabriel Leung yang menyatakan masyarakat tidak memiliki kekebalan terhadap SARS, virus yang mirip dengan Covid-19. Meski terbilang ekstrem, dia juga mengaku belum dapat memastikan seberapa mematikan Covid-19.

Melansir The Straits Times, Zhong meminta pemerintah China untuk secara permanen melarang perdagangan satwa liar sebagai salah satu cara untuk mencegah Covid-19 kembali muncul.

Dia juga berkata perlu adanya peningkatan mekanisme pengendalian penyakitnya dan bahkan membantu mendirikan sistem peringatan dini global untuk penyakit menular. (jps/mik/cnn/finta)