Yati, jemaah umrah asal Tasikmalaya masih masih tak percaya atas kabar yang baru ia dengar dari televisi: perjalanan umrahnya batal karena virus corona.
Yati, jemaah umrah asal Tasikmalaya masih masih tak percaya atas kabar yang baru ia dengar dari televisi: perjalanan umrahnya batal karena virus corona.

JAKARTA, kaldera.id – Yati Suyati duduk termenung di salah satu bangku sudut Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Kamis (27/2/2020) sore itu. Pandangannya kosong, hatinya seperti tak keruan. Berbeda dengan wajah ceria para rombongan jemaah umrah di hari-hari sebelumnya.

Segelas teh hangat di tangannya mulai mendingin. Terus diputar-putar dalam genggaman dua tangannya. Perlahan ia rebahkan punggungnya ke sandaran kursi. Usia Yati berkisar 65 tahun. Ia pensiunan PNS Tasikmalaya, Jawa Barat.

Yati masih masih tak percaya atas kabar yang baru ia dengar dari televisi: perjalanan umrahnya batal karena virus corona. Harusnya pukul 16.00 WIB sore itu, Yati dan suaminya, Sriyono terbang ke Arab Saudi untuk melihat Kakbah dalam ibadah umrah.

Namun setelah salat zuhur, dia menyaksikan breaking news di televisi. Arab Saudi menyetop pelayanan visa umrah sejumlah negara, termasuk Indonesia. Penyetopan visa tersebut dilakukan sampai batas waktu yang belum ditentukan. Ia mencoba tabah dan ini bagian dari keputusan Yang Kuasa.

“Mungkin Allah sudah ngasih yang terbaik,” tutur Yati.

Namun Yati seolah tetap masih tak percaya. Nuansa emosional terbangun saat dia mengenang bagaimana mimpi dan usaha ia rajut demi ke Tanah Suci.

“Nabung dulu sedikit-sedikit. Kebetulan bapak ada milik (uang) sekarang,” ucap Yati, sembari mencoba tersenyum.

Yati mengaku juga pernah batal pergi ke Saudi pada 2011. Saat itu hanya Sriyono yang pergi haji. Yati belum bisa mendampingi karena masih mengurus anaknya yang masih kecil.

Dia juga pernah berencana umrah pada 2015, tepat setelah pensiun dari Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya. Namun uangnya terpakai untuk kebutuhan mendesak sang anak.

Sejak 2015, Yati dan Sriyono menyisihkan uang pensiunan mereka sedikit demi sedikit. Mereka berharap tabungan itu bisa digunakan untuk umrah berdua ke Tanah Suci.

Akhir tahun lalu, tabungan mereka menembus Rp30 juta. Anak mereka yang sudah merantau ke Jakarta pun menambahkan Rp20 juta untuk mewujudkan cita-cita kedua orang tuanya.
Namun kini impian Yati kembali sirna. Virus mematikan di dunia, corona jadi penyebabnya. Yati dan Sriyono memutuskan untuk pulang dulu ke Tasikmalaya. Tak ada rencana lain selain menunggu Saudi kembali membuka pintu ke Tanah Suci.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengaku bakal menggelar rapat koordinasi untuk merespons kebijakan Arab Saudi tersebut.

“Tujuan semaksimal mungkin melindungi kepentingan calon jemaah, terutama yang berkaitan dengan biro perjalanan, maskapai penerbangan, akomodasi dan hotel maupun visa,” kata Muhadjir usai rapat koordinasi lintas kementerian di Kemenko PMK, Jakarta, Kamis (27/2).

Muhadjir juga menyebut pemerintah telah meminta Saudi mengizinkan WNI yang sudah telanjur terbang dan akan mendarat tetap diperbolehkan melakukan umrah.

“Agar yang sudah telanjur atau akan mendarat, supaya diizinkan untuk melanjutkan ibadah ataupun ziarah,” kata Muhadjir.

Sementara itu, Staf Khusus Kementerian Agama, Ubaidilah Amin mengimbau jemaah umrah agar bersabar. Amin menegaskan bahwa larangan ini bukan berlaku untuk Indonesia saja. Tapi juga seluruh negara.

“Itu memang kebijakan Saudi untuk seluruh negara. Bukan hanya Indonesia aja. Nah jadi itu otoritas mereka,” kata dia saat ditemui di Kantor Kanwil Kemenag Jatim.

Maka itu, dia pun meminta masyarakat tidak berlebihan menanggapi larangan ini. Ubaidillah yakin Pemerintah Arab Saudi akan segera membuka kembali jika virus corona (coronavirus) telah berhasil teratasi.

“Menurut saya umrah kan ibadah sunnah. Mau ngapain sih? Itu kan sunnah dalam artian kesunnahan kok menggugurkan kewajibannya. (Larangan) itu kan menjaga kesehatan, menjaga keselamatan (agar tak terkena corona),” ujarnya. (frd/ain/cnn/finta)