Harap-harap Cemas Menuju Singapura di Tengah Wabah Virus Corona (2)

Kawasan Orchad Road terlihat tak seperti biasanya. Senin (9/3/2020) siang terlihat lengang namun menjelang sore sudah mulai terlihat ramai walau tak padat seperti biasanya. (KALDERA/Armin Nasution)
Kawasan Orchad Road terlihat tak seperti biasanya. Senin (9/3/2020) siang terlihat lengang namun menjelang sore sudah mulai terlihat ramai walau tak padat seperti biasanya. (KALDERA/Armin Nasution)

KEINGINAN untuk mengetahui kondisi kunjungan, wisatawan dan pusat belanja di Singapura pasca merebaknya covid-19 memang begitu besar. Apalagi kekhawatiran di atas pesawat setidaknya harus segera terjawab. Atas kondisi itu pulalah kami pun mencari transportasi publik.

Penghubung terminal 1 ke terminal 2 Changi Airport sebagai stasiun MRT (kereta api) ke semua jurusan di Singapura harus ditempuh dengan bus sekira 15 menit. Kami pun menggunakan bus tersebut.

Nyaris tidak ada penumpang yang menggunakan masker. Sesampainya di terminal 2 tempat stasiun MRT kami melanjutkan perjalanan menuju Orchad Road. Uniknya di dalam kereta api berpenumpang ribuan itu yang memakai masker bisa dihitung dengan jari. Dalam satu barisan gerbong tiap kelipatan 50 orang, yang menggunakan masker hanya dua atau tiga orang.

Makin aneh melihat kondisi penumpang dan warga seperti tidak terjadi apa-apa di Singapura. Akhirnya perjalanan dari MRT itu berakhir di Orchard Road. Pusat belanja terbesar di Singapura. Semua mal, mulai dari LV, channel dan semua merek di dunia ada di situ.

Biasanya di tempat ini pula puluhan ribu manusia beredar setiap hari. Kawasan yang tidak pernah sepi dan selalu dipadati manusia. Untuk berjalan kaki pun biasanya sulit. Senin (9/3/2020) sore ini, kawasan Orchad tak seperti biasanya. Trotoar toko dan pengunjung berkurang setengah dari biasanya. Bukan juga sepi dan kosong melompong. Tetap ramai namun tak padat.

Orchard Road tetap Ramai

Sekali lagi, anehnya yang menggunakan masker di Orchad bisa dihitung dengan jari. Yang menggunakan hand sanitizer pun tak seperti yang digambarkan. Selesai mengelilingi seluruh area Orchad kami beranjak menuju Clark Quay. Satu kawasan yang selalu penuh karena disinilah Singapore River berada membelah kota. Apalagi jika senja mulai datang, ini lah pusat hiburan malamnya.

Sambil berjalan menuju Clark Quay supir grab Ang Boon Chye menjelaskan memang corona virus yang menghantam Singapura membuat penduduknya menahan diri. “Sekarang semua banyak di rumah. Mereka hanya keluar untuk aktivitas penting. Bekerja atau hal penting. Selebihnya di rumah,” jelasnya.

Dia juga mengatakan kawasan Orchad memang sedikit menurun tapi tidak sampai mematikan kawasan tersebut. Clarke Quay pun begitu juga. Masih tetap menjadi pusat wisata malam karena ada juga Boat Quay. “Tapi tentu untuk mengantisipasi, masyarakat banyak yang berjaga untuk tetap tinggi di rumah,” jelasnya.

Hingga hari ini kekhawatiran persebaran virus covid-19 di Singapura sedikit terjawab. Tidak ada lagi kepanikan, aktivitas berjalan normal dan semua klinik siap menerima keluhan masyarakat yang merasa ada gejala demam tinggi. Bayangan soal corona sebagai horor dan lonceng kematian atas aktivitas pusat belanja dan wisata di Singapura ternyata belum dibunyikan. Setidaknya hingga hari ini.

Darling, kelahiran Indonesia yang sudah jadi warga Singapura, mengatakan awalnya memang terjadi kepanikan ketika virus corona menyebar. Pembelian masker dan hand sanitizer sampai antri panjang, tapi kini masyarakat Singapura sudah kembali terbiasa. Tidak ada kepanikan dan semua menghadapinya dengan ketenangan, tuturnya kepada kaldera.id.

Menteri Kesehatan Singapura Gan Kim Yong mengatakan bahwa mereka memang harus siap menghadapi kemungkinan terburuk yakni kematian akibat virus corona. Meski banyak warga terpapar, sejauh ini kata dia, belum ada dilaporkan meninggal.(armin nasution)