dr. Ivana Alona, MPH
dr. Ivana Alona, MPH
oleh: dr. Ivana Alona, MPH

DUNIA saat ini memiliki harapan baru terhadap vaksin COVID 19 sebagai usaha mengakhiri pandemi yang telah berlangsung selama 1 tahun terakhir. Tujuan dari pemberian vaksin ini adalah merangsang sistem kekebalan tubuh dengan menghasilkan antibodi agar tubuh mampu mengenal dan melawan virus penyebab COVID 19, jika suatu saat tertular.

Pemerintah Indonesia akan memberikan vaksin ini secara bertahap kepada 70% rakyat Indonesia untuk mencapai kekebalan imunitas yakni 181,5 juta orang dalam rentang usia 18-59 tahun dan tidak memiliki komorbid atau keadaan tertentu. Meskipun demikian bukan berarti masyarakat berhenti mengenakan masker, memeluk teman- teman, berkumpul tanpa menjaga jarak, atau menghentikan kebiasaan anda dalam mencuci tangan.

Mengembalikan kebiasaan kita yang lama setelah pemberian vaksin membutuhkan waktu, dan berapa lama waktu tersebut belum jelas. Penantian tersebut masih menunggu penelitian yang lebih lanjut, bagaimana vaksinnya terdistribusi, dan berapa banyak orang yang bersedia untuk divaksin.

Vaksin Covid 19 tidak langsung tersedia pada satu waktu yang sama bagi semua masyarakat di Indonesia. Menurut Kementerian Kesehatan Indonesia, vaksinasi akan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama akan diberikan selama periode Januari- April 2021 bagi petugas kesehatan dan pelayan publik. Tahap kedua dimulai dari bulan April 2021 hingga Maret 2021 bagi masyarakat lainnya sesuai dengan pendekatan klaster.

Hal ini mengindikasikan bahwa sehingga setiap orang masih harus terus menjalankan perilaku protokol kesehatan selama periode tersebut.

Virus SARS-cov2 belum Hilang

Robert T. Schooley, seorang spesialis di bidang penyakit infeksi pada Universitas California, San Diego, menggarisbawahi bahwa meskipun vaksin-vaksin yang ditawarkan akan memberikan tingkat perlindungan kepada seseorang, virus SARS-cov2 akan tetap berada dan tidak akan hilang selama bertahun-tahun.

Untuk itu pengetahuan, sikap, dan perilaku hidup sehat dan bersih dalam pencegahan COVID 19 yang telah diterapkan selama ini masih tetap penting, meskipun vaksin sudah dihadirkan.

Sosialisasi informasi pencegahan COVID yang terus menerus tetap diperlukan agar masyarakat tidak berhenti menerapkan protokol kesehatan, meskipun vaksin telah diberikan nantinya. Banyak masyarakat yang tidak mengindahkan himbauan pemerintah, dimana mereka memiliki bias kognitif. Artinya, masyarakat tersebut merasa lebih mengerti kondisi pandemi virus ini, padahal kenyataannya hal itu belum tentu benar.

Contohnya, seseorang merasa dapat menjaga dirinya sendiri dengan baik walaupun berada di tempat keramaian, dengan kata lain, orang tersebut merasa pintar atas dasar persepsinya sendiri. Atau contoh lain seseorang merasa tidak perlu memakai masker, mencuci tangan, ataupun menjaga jarak lagi setelah mendapat vaksin COVID.

Keadaan demikian terjadi karena rendahnya kemampuan literasi dan banyaknya masyarakat yang tidak memiliki akses pada media yang tepat tentang COVID 19 ini. Untuk mengatasi bias kognitif ini dapat dilakukan dengan cara berpikir berdasarkan data dan fakta. Dengan mengerti data dan fakta terhadap kondisi yang sedang dihadapi, maka secara kognisi seseorang dapat melihat secara lebih tajam dan luas, sehingga kesalahan dalam mengambil keputusan tidak terjadi.

Usaha Bersama FK USU

Salah satu usaha dalam mengatasi fenomena ini, dosen-dosen Fakultas Kedokteran USU melakukan upaya melalui kegiatan pengabdian masyarakat. Upaya tersebut adalah melakukan sosialisasi secara online untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai COVID 19 dan bagaimana mencegahnya selama pandemi berlangsung.

Sebanyak 150 orang mengikuti acara yang digawangi oleh Prof.Dr.dr. Aldy S. Rambe, Sp.S(K), DR. dr. Isti Ilmiati Fujiati MSc. CM-FM, dr. Putri C. Eyanoer, MS. Epi, PhD, dr. Ivana Alona MPH, dan dr. Andika Pradana, Sp.P. Pada acara tersebut dibagikan booklet serta media mengenai isu yang berkembang tentang COVID 19 dan cara pencegahannya. Pada kegiatan tersebut juga dilakukan survei pre dan post yang menyimpulkan, sosialisasi secara online mengenai COVID 19 dapat meningkatkan dampak yang positif kepada masyarakat awam dalam pengetahuan dan sikap pencegahan COVID 19.

Selama pandemi ini terus berlangsung, mengikuti protokol kesehatan serta berperilaku hidup sehat masih perlu diterapkan agar tidak jatuh sakit, meskipun vaksinasi akan berlangsung selama 2 tahun ini.

Upaya yang wajib dilakukan antara lain: memakai masker yang tepat, mencuci tangan dengan sabun atau sanitizer, menghindari menyentuh wajah, tidak berjabat tangan, menghindari pertemuan atau kerumunan, menghindari menyentuh benda atau permukaan di area publik, menghindari pertemuan langsung dalam periode yang lama, sebisa mungkin tidak naik transportasi umum, dan menjaga jarak setidaknya 1-2 meter.

Selain itu menjaga imunitas dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, beristirahat yang cukup, berolah raga, serta berpikiran positif harus dijadikan kebiasaan hidup agar tidak mudah terinfeksi atau menjadi berat jika terinfeksi COVID 19. Begitu juga jika sudah timbul gejala penyakit, berkonsultasi dengan dokter atau mengunjungi fasilitas kesehatan harus dilakukan agar penyakit dapat segera ditangani.

Penutup

Untuk mengakhiri pandemi ini bukan hanya vaksin yang diperlukan, namun juga perubahan perilaku yang berkelanjutan seiring dengan rekomendasi para ahli. Perilaku pencegahan COVID 19 serta hidup bersih dan sehat tidak hanya diterapkan sementara waktu atau sampai pemberian vaksin, namun perlu menjadi budaya dan gaya hidup baru masyarakat dunia dan Indonesia khususnya. Peran akademisi dan pemerintah harus berjalan bersamaan agar pandemi ini dapat dikendalikan bahkan diakhiri.

*) Penulis merupakan Dosen dan Dokter pada Fakultas Kedokteran serta Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara