Syahrunnisa, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Sumatera Utara (USU), punya ragam prestasi. Satu yang patut menjadi inspirasi adalah Syahrunnisa pernah menjadi delegasi mahasiswa Indonesia ke negeri China pada 2019
Syahrunnisa, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Sumatera Utara (USU), punya ragam prestasi. Satu yang patut menjadi inspirasi adalah Syahrunnisa pernah menjadi delegasi mahasiswa Indonesia ke negeri China pada 2019

MEDAN, kaldera.id – Syahrunnisa, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Sumatera Utara (USU), punya ragam prestasi. Satu yang patut menjadi inspirasi adalah Syahrunnisa pernah menjadi delegasi mahasiswa Indonesia ke negeri China pada 2019. Bagaimana kisahnya?

Perempuan muda kelahiran Aceh Tamiang ini datang ke Medan untuk menimba ilmu dan menjadi salah satu mahasiswa penerima Bidikmisi, beasiswa pendidikan untuk anak tidak mampu secara ekonomi dan berprestasi. Proses tersebut, dia manfaatkan sebaik mungkin. Saat peluang belajar ke China datang misalnya, ia pun tak menyiakan itu.

“Program tersebut pemerintah China mengundang mahasiswa Indonesia untuk melakukan study tour dalam rangka memeringati kerja sama Indonesia dan Tiongkok yang ke-60 tahun pada 2019,” kata Nisa, sapaan akrab Syahrunnisa, belum lama ini.

Dia menjelaskan, syarat mengikuti program tersebut diantaranya berstatus dari mahasiswa Bidikmisi. Lalu wajib mengumpulkan essay bertemakan Teknologi dan Budaya China dalam Bahasa Inggris, mengurus surat kesehatan, serta menyiapkan paspor atau visa untuk keberangkatan. Setelah melalui proses seleksi, ia pun terpilih. Mereka dilepas langsung oleh Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti). “Dalam kegiatan tersebut, ada 45 perwakilan mahasiswa yang terpilih sebagai delegasi ke China,” ujar perempuan yang menyenangi jurnalisme dan public speaking ini.

Dia menjelaskan, proses keberangkatan ke China berkisar 14 hari. Setelah mendapat pembekalan seputar negeri Tirai Bambu, mereka berangkat ke sana. Selain mengunjungi Kantor Pusat Huawei Technologies di Kota Shenzen, selama sepekan mereka mengunjungi berbagai lokasi meliputi Peking University di Kota Beijing, Hebei Normal University di Kota Shijiazhuang, Hebei Museum di Kota Shijiazhuang, International Horticultural Exhibition 2019 Beijing.

Kemudian Tembok Besar China bagian Badaling dekat Kota Beijing, Komplek Istana Kekaisaran Kota Terlarang, dan Istana Musim Panas Dinasti Qing. Selain untuk mempelajari teknologi, mereka diharapkan dapat mempelajari kebudayaan China dan juga menikmati keindahan alam dan keramahan masyarakat di China.

“Selain akomodasi dan uang saku yang diberikan, saya mendapatkan relasi dan teman baru, serta pengalaman dan pembelajaran mengenai teknologi yang sangat berharga. Pepatah Belajarlah hingga ke Negeri China, benar-benar terjadi pada saya,” terangnya.

Keberangkatan Nisa ke negeri China, bukan tanpa kendala. Selain proses seleksi yang harus dilalui, ternyata ia juga mendapat penolakan dari orang tua. “Awalnya orang tua tidak setuju dengan keberangkatan ke sana. Karena pernah dengar ada berita di media tentang masyarakat muslim Uyghur. Secara baik-baik saya jelaskan pada orang tua bahwa saya akan pergi dan pulang dengan selamat. Alhamdulillah, kedua orang tua saya mengizinkan,” ungkapnya.

Kemudian, kendala lainnya adalah saat ia berangkat ke China, ia menghadapi masalah saat salah satu dosennya tidak mengizinkan keberangkatannya. Sehingga selama di China, ia juga tetap mengerjakan tugas individu maupun kelompok. Dengan menikmati liburan, sambil tetap melakukan tugasnya sebagai mahasiswa di kelasnya.

“Saya optimistis semua bisa meraih seperti yang saya dapat. Jangan pernah lelah untuk selalu mencoba, dan jangan takut untuk hal baru. Selagi ada kesempatan coba terus. Jangan pernah berpikir hambatan yang bakal terjadi, harus tetap terus mencari kesempatan. Penting juga adalah ridho dari orang tua,” pungkasnya.(rel/sixnature publisher)