Timnas Italia akhirnya menjadi raja baru di benua biru, eropa setelah di partai final mengalahkan Timnas Inggris melalui drama adu pinalti dengan skor 4-3 (1-1) di Stadion Wembley, Senin dinihari (12/7/2021).
Timnas Italia akhirnya menjadi raja baru di benua biru, eropa setelah di partai final mengalahkan Timnas Inggris melalui drama adu pinalti dengan skor 4-3 (1-1) di Stadion Wembley, Senin dinihari (12/7/2021).

MEDAN, kaldera.id – Timnas Italia akhirnya menjadi raja baru di benua biru, eropa setelah di partai final mengalahkan Timnas Inggris melalui drama adu pinalti dengan skor 4-3 (1-1) di Stadion Wembley, Senin dinihari (12/7/2021).

Pemenang harus ditentukan melalui adu pinalti setelah dipertandingan waktu normal ditambah extra time kedua tim bermain imbang 1-1.

Dalam adu pinalti tiga eksekutor Inggris gagal menjalankan tugasnya dengan baik. Rashford yang menjadi eksekutor ketiga, membentur mistar. Sementara J Sancho yang menjadi eksekutor ke empat dapat ditepis Donnarumma. Begitu juga dengan B Saka sebagai penendang terakhir.

Hanya Kane dan Maguire yang berhasil menunaikan amanah dengan baik.

Sementara di kubu Italia, Jorginho dan Belotti yang gagal melakukan eksekusi. Sementara Benardi, Bonucci dan Bernardeschi berhasil menaklukkan Pickford.

Inggris bermain dihadapan publiknya unggul lebih dulu melalui gol cepat L Shaw dimenit kedua memanfaatkan umpan lambung K Trippier. Shaw yang berdiri bebas langsung melepaskan tendangan keras dengan kaki kirinya menaklukkan Donnarumma.

Sementara gol balasan Italia diciptakan L Bonucci yang memanfaatkan kemelut di depan gawang J Pickford. Bonucci menyapu bola rebound tandukan kepala Veratti yang membentur mistar.

Kemenangan ini mengakhiri paceklik gelar Italia setelah 1968 lalu. Selain itu, keberhasilan ini juga balasan langsung setelah kegagalan di Piala Dunia 2018. Dimana, mereka gagal tampil dalam ajang tersebut karena tidak lolos kualifikasi.
Sementara Inggris harus mengubur impiannya dalam -dalam meraih kesuksesan di ajang ini.

Kemenangan Italia dalam laga ini adalah mental dan ketenangan para pemain yang tetap terjaga meskipun dikejutkan dengan gol cepat L Shaw.

Serangan demi serangan dibangun secara perlahan. Meskipun beberapa peluang terbuang percuma, namun mereka tidak patah semangat. Sementara Inggris lebih memilih banyak bertahan dan mengandalkan serangan balik.

Turunnya tempo permainan dilakukan Inggris, dimanfaatkan dengan baik Jorginho dan kawan-kawan mengambil inisiatif menekan.

Gol balasan pun tercipta dan Inggris terlambat untuk memulai kembali. Bahkan, di sisa pertandingan Inggris tidak mampu mengembangkan permainan. Pergantian pemain dilakukan Pelatih Inggris, G Southgate tidak merubah situasi.

Italia yang sudah diatas angin dengan mengendalikan permainan terus memberikan tekanan diselingi dengan pelanggaran kecil guna memprovokasi lawan membuat pemain Si Tiga Singa, julukan Inggris semakin frustasi. Beruntung, tidak ada gol tambahan tercipta disisa waktu tersedia. (reza)