MEDAN, kaldera.id- Ikatan Alumni PLS/Penmas Unimed (Ikaplusdikmas) kembali menggelar Webinar Nasional, dengan menggandeng Jurusan Penmas Unimed dan HMJ Penmas Unimed. Acara tersebut dilaksanakan melalui media virtual zoom meeting dan streaming Youtube, pada Jum’at (10/9/2021).
Webinar Nasional ini bertajuk “Mengenal Pendidikan Luar Sekolah/Pendidikan Masyarakat Lebih Dekat” dengan menghadirkan narasumber, diantaranya Lidia Natalia Br. Sitompul, S.Pd. (BP PAUD DIKMAS NTT), Drs. Tawar Malem Sembiring, M.AP. (Setda Kab. Langkat), dan Patimah Rambe, S.Pd. (BKKBN Prov. Sumsel). Dengan moderator Mahfuzi Irwan Saragih, M.Pd. (Dosen Penmas Unimed).
Acara ini dibuka secara langsung oleh Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Unimed, Prof Yusnadi. Turut pula hadir diantaranya Ketua Umum Ikaplusdikmas Unimed Eko Haryanto, SP.d, Wakil Dekan FIP, Kajur Dr. Sudirman, SE, M.Pd. dan Sekjur Penmas Unimed, dosen-dosen Penmas, Mahasiswa Penmas Unimed serta ratusan peserta dari seluruh Indonesia.
Pada kesempatan tersebut, Ketua Ikaplusdikmas Unimed Eko Haryanto, S.Pd. mengatakan, acara webinar nasional ini awalnya ditujukan kepada mahasiswa baru Penmas Unimed sebagai pembekalan awal dan pengenalan jurusan dalam perkuliahan.
“Namun karena dirasa isu penting dan layak untuk meningkatkan eksistensi PLS/Penmas makanya dilaksanakan secara Nasional,” sebutnya.
Eko memaparkan, peserta yang mendaftar sebanyak 500 orang yang berasal dari seluruh daerah di Indonesia. Peserta yang mengikuti acara ini tidak hanya dari kalangan mahasiswa, tetapi juga dari alumni, guru, pamong, dosen, relawan PKH, penggiat literasi dan pendidikan, serta berbagai komunitas dan lembaga lainnya.
“Ikaplusdikmas juga telah menggelar berbagai webinar nasional guna memberikan masukan berupa kontribusi ilmu dan pengalaman dari para alumni dan stakeholder, tentunya kegiatan-kegiatan tersebut dapat mengembangkan peluang PLS/Penmas menjadi lebih besar dan dikenal masyarakat,” kata Eko.
Dalam sambutannya, Ketua Jurusan Penmas Unimed Dr. Sudirman, SE., M.Pd. mengapresiasi acara yang diinisiasi oleh Ikaplusdikmas Unimed tersebut.
“Kami menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada para alumni dan narasumber yang akan berbagi pengalaman dengan kita semua. Semoga kegiatan seperti ini bisa terus berlanjut dan dikembangkan, baik skala nasional maupun internasional. Kegiatan ini juga bisa menjadi percontohan bagi ikatan alumni lainnya maupun mahasiswa, dimana aktif dalam berkontribusi ilmu dan juga meningkatkan eksistensi jurusan di masyarakat,” ujarnya.
Dekan FIP Unimed, Prof Yusnadi mengatakan, dalam bidang pendidikan masyarakat pendidikan luar sekolah akan dihadapkan kepada persoalan complexity dan complication.
“Di masa depan itu akan lebih rumit dan kompleks dimana jumlah manusia populasi bertambah di dunia ini pada tahun 2050 itu akan mencapai 9 miliar,” jelasnya.
Dikatakannya, populasi dunia akan mencapai perkembangan Iptek yang begitu cepat tidak terkendali. Ditambah lagi, dengan peradaban yang berubah secara cepat dan menuntut mitra masyarakat menentukan posisinya.
“Menentukan merestrukturisasi misi dan visi pendidikan nasional dan seperti apa itu ada di tangan jadi visi dan misi itu harus berubah jadi strukturisasi lewat kegiatan seminar-seminar seperti ini,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, “Blind Zone berkaitan erat dengan kemiskinan yang bertambah, kebodohan yang semakin meningkat, keterbelakangan dan ketidakadilan semakin merajarela.
“Oleh karena itu, Kita harus mengerti bagaimana posisi dan misi pendidikan masyarakat yang tanggap dengan permasalahan- permasalahan seperti ini,” sebutnya.
Mahasiswa, alumni dan akademisi pendidikan masyarakat, kata Yusnadi harus dapat memutus dan memberikan solusi atas permasalahan tersebut.
“Dengan melakukan seminar seperti ini merupakan pendukung, penddorong dan penggerak bagi pendidikan masyarakat untuk berperan aktif mengatasi blind zone,” katanya.
Ia menyatakan, saat ini pendidikan di Indonesia hanya berorientasi sebagai pencari kerja, Pendidikan Masyarakat harus bisa selangkah lebih maju sebagai pencipta lapangan pekerjaan, sehingga tidak terpaku oleh pekerjaan yang diberikan dari orang lain.
“Oleh karena itu, dalam seminar ini saya berharap akan muncul strategi pengembangan pendidikan masyarakat Seperti apa strategi pengembangan pendidikan masyarakat akan memberikan sumbangan pemikiran kepada jurusan pendidikan masyarakat Seperti apa seharusnya pendidikan masyarakat sebagai lembaga yang menyiapkan lulusan-lulusan yang proaktif, sehingga Jurusan harus senantiasa berinovasi dalam reformasi visi dan misi serta strateginya,” ujar Prof. Yusnadi.
Dalam paparannya, Lidia Natalia Br. Sitompul, S.Pd menjelaskan satuan-satuan PLS, cakupan dan peluang PLS saat ini. Ia juga menjelaskan peranan PLS dalam mitigasi kebencanaan khususnya dalam pendidikan masyarakat.
“Dimasa pandemi saat ini, peran PLS juga tengah merambah ke dunia digital/virtual. Dia pun berbagi pengalaman bekerjanya di Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat,” ujar Lidia.
Sementara pada pemateri berikutnya, Drs. Tawar Malem Sembiring, M.AP menjelaskan, bagaimana sejarah dan eksistensi Pendidikan Luar Sekolah mulai dari jaman orde baru hingga reformasi di Indonesia. Bagaimana peranan dan tantangan PLS dalam mengembangkan pendidikan di masyarakat.
Ia pun menjelaskan peran organisasi dan kepemudaan sangat berpengaruh dalam pelaksanaannya. Mahasiswa sebagai akademisi juga harus pandai berorganisasi, karena organisasi merupakan miniatur dari dunia kerja sesungguhnya.
“Kemampuan leadership, berkomunikasi, dan kerjasama tim sangat dibutuhkan di masyarakat. Ia pun menekankan bahwa lifeskill harus juga dibarengi dengan kemampuan IT, Bahasa Inggris dan menguasai media informasi menjadi modal utama bagi lulusan PLS/Penmas pada saat ini,” sebutnya.
Narasumber terakhir, Patimah Rambe, S.Pd berbagi pengalaman organisasi dan pengalaman bekerjanya Di BKKBN. Ia pun menjelaskan bahwa teori yang dipelajari saat berkuliah dahulu, ternyata berkolerasi dan menjadi bekal pengalamannya di BKKBN, beberapa program BKKBN diantaranya Bina Keluarga Balita HI, Bina keluarga Remaja, Bina Keluarga Lansia, Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA) dan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R Genre).
Ia pun memberikan masukan kepada jurusan, agar mahasiswa dibekali dengan kemampuan komunikasi (public speaking), penguasaan IT, kemudian melakukan pendekatan dan mengembangkan kemitraan dengan tokoh formal dan informal.
“Banyak melakukan pembinaan dan pengabdian masyarakat, melakukan pencatatan dan pelaporan, melakukan monitoring dan evaluasi program pendidikan masyarakat dan mahasiswa harus memiliki kecakapan hidup sebelum menamatkan studinya,” pungkasnya. (finta rahyuni)