Syahrin Harahap
Syahrin Harahap

KEKUASAAN YANG SUCI

oleh: Syahrin Harahap 

بَسْمِ اللهِ الَّرحْمَنِ الرَّحِيْمِ
تَبَارَكَ الَّذِيْ بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلىَ كُلَّ شَيْئٍ قَدِيْرِ

Dengan nama Allah Maha Pemurah Maha Penyayang. Maha suci Dia yang ditangan-Nya kerajaan/kekuasaan. Ia Berkuasa atas segalanya. [1]

Terkadang Engkau merasa bahwa kekuasaan yang ada ditanganmu menjadi mutlak dan sangat menentukan hingga Engkau sering bersikap zhâlim dan otoriter serta bertindak sewenang-wenang.

Bahkan jika Engkau menjadi anggota suatu rezim kekuasaan maka Engkau merasa dapat berbuat sekehendakmu. Jika bukannya sikapmu telah menjadi ‘dajjalis’, sikap dajjal yang memiliki satu mata dan satu perspektif; yang betul hanya pandangan dan pendapatmu sendiri. Sementara pandangan dan persepektif yang lain selalu kau remehkan.

Engkau sering lupa bahwa kekuasaanmu sangat remeh dan secuil. Tetapi Allah, ditangannyalah kerajaan dan seluruh kekuasaan sehingga kekuasaanmu harus tunduk pada kuasa-Nya.

Kalau kekuasaan dan argumen-argumen serta tindakan dan kebijakan yang Engkau buat masih campur baur dengan segala macam keburukan dan kebejatanmu; Engkau perintahkan harus lurus tetapi perangaimu selalu bengkok. Engkau katakan harus beradab tetapi Engkau mempraktekkan kebiadaban-kebiadaban.

Kekuasaanmu selalu tidak nyambung dengan kebaikan, kasih sayang, dan kedermawanan. Sebaliknya kuasamu selalu terhubung dengan protokoler yang sulit dan kebengisan-kebengisan.
Tidak seperti kekuasaanmu, kekuasaan Allah adalah Maha Suci dan Maha Clean, tabârakalladzî biyadihî al-mulk. Oleh karenanya apa pun kuasa manusia harus tunduk pada kuasa Allah.

Kata al-mulk (kerajaan atau kekuasaan) dalam ayat ini terhubung langsung (munâsabât) dengan kata malakût dalam surat 36/Yâsîn ayat 83. Meski dari akar kata yang sama namun dengan konotasi yang berbeda. Kalau kata mulk bermakna kuasa dan kewenangan di dunia yang tampak (dunia) maka kata malakût adalah kuasa atau wewenang di dunia yang tak nampak (akhirat-mâliki yaum al-dîn). Kuasa Allah ada pada keduanya.

Ketahuilah bahwa Allah adalah pemilik kerajaan (al-mulk) dunia yang tampak sekaligus pemilik dan berkuasa atas yang tak nampak (malakût). Kekuasaan Allah juga selalu terhubung dengan kebaikan, kasih sayang, dan kedermawanan. Sementara kuasamu sangat cetek, itu pun terbatas menyangkut dunia yang tampak, dan kuasamu sudah pasti hanya sementara.

Oleh karenanya sadarilah bahwa kekuasanmu harus tunduk pada kekuasaan-Nya. Janganlah Engkau menjadi selebriti dunia dengan memiliki kekuasaan dan segala macam fasilitas dunia akan tetapi di hadapan Tuhan, di hari perhitungan, Engkau menjadi ‘keset kaki’ yang tak diperhitungkan . Wallâhu A’lamu bi al-Shawâb.