Ads

Bobby Nasution: Penyebab Air Keruh di Danau Toba Masih Diteliti

redaksi
28 Jul 2025 10:17
Medan News 0 9
2 menit membaca

 

DELISERDANG, kaldera.id — Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, menanggapi kondisi air keruh yang belakangan ini terjadi di perairan Danau Toba, wilayah Samosir. Ia menyatakan bahwa Pemerintah Provinsi Sumut telah mengambil sampel air dan saat ini masih menunggu hasil uji laboratorium untuk memastikan penyebab pastinya.

“Kita lagi menunggu hasil lab-nya, hasil penelitian,” ujar Bobby Nasution saat meninjau Stadion Utama Sumatera Utara (SUSU) di Komplek Sport Center, Desa Sena, Kabupaten Deliserdang, Minggu (27/7/2025).

Menurutnya, sejauh ini Pemprov Sumut telah menjalin komunikasi dengan sejumlah pakar guna menggali kemungkinan penyebab air menjadi keruh. Salah satu dugaan sementara adalah penurunan permukaan air Danau Toba akibat kondisi cuaca ekstrem dalam beberapa waktu terakhir.

“Kemungkinan, salah satu kemungkinan ya, tapi sambil menunggu hasil lab tadi. Kemungkinan karena menurunnya muka air Danau Toba, salah satunya itu,” katanya.

Saat ditanya apakah fenomena ini memengaruhi proses Revalidasi Geopark Kaldera Toba oleh UNESCO, Bobby menegaskan bahwa air keruh tersebut merupakan dampak alamiah yang tidak bisa dikontrol manusia.

“Kita sudah sampaikan kalau ini pengaruh alam, pengaruh cuaca, tentunya ini nggak ada yang bisa disalahkan,” tegasnya.

Selain soal kualitas air, Bobby juga menyoroti potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sekitar kawasan Danau Toba. Ia mengatakan bahwa Pemprov telah melakukan langkah antisipatif, termasuk mengusulkan rekayasa cuaca ke Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

“Kita akan melakukan rekayasa cuaca di kawasan Danau Toba. Seperti hari ini, ada beberapa titik api sudah ada, kurang lebih ada 4 sampai 5 kabupaten juga yang mengusulkan hal yang sama. Kami dari provinsi juga sudah mengusulkan ke BMKG. Mudah-mudahan, insya Allah, kalau nggak salah saya, minggu-minggu depan akan dilakukan rekayasa cuaca, akan ditaburkan garam ke awan, sehingga intensitas hujan nanti di sana bisa sedikit lebih tinggi untuk mengantisipasi hal-hal kekeringan dan kebakaran,” jelasnya. (Reza)