Gus Irawan Pasaribu Akselarasi Ekonomi Tapsel Lewat Makan Bergizi Gratis

redaksi
20 Okt 2025 17:13
Medan News 0 10
5 menit membaca

 

MEDAN, kaldera.id – Bupati Tapanuli Selatan Gus Irawan Pasaribu mengaku akan coba mengakseralasi pertumbuhan ekonomi Tapsel lewat makan bergizi gratis setelah kebijakan pemotongan anggaran yang dilakukan pemerintah pusat ke daerahnya cukup mengganggu porsi anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Tapsel.

Hal itu disampaikannya saat diskusi panjang dengan tim media di QS Futsal Medan usai menghadiri acara bersama para kepala daerah se-Sumut, kemarin. Dia mengungkapkan potongan transfer keuangan daerah ke Tapsel tahun ini mencapai Rp113, 5 miliar. Kemudian tahun depan potongan bertambah lagi menjadi Rp255 miliar.

“Itu sudah conform. Saat bertemu dengan para kepala daerah se-Sumut baru saya tahu bahwa potongan terbesar itu untuk Tapsel,” katanya. “Jadi dalam dua tahun ini pemotongan transfer pusat ke Tapsel itu sudah mencapai Rp368,5 miliar. Ini memang tidak mudah. Sangat berat. Dan lebih berat lagi karena dari 2024 ke 2025 anggaran belanja pegawai di Tapsel naik Rp200 miliar karena menanggung gaji P3K,” katanya.

“Karena kondisi ini saya coba mengakselarasi MBG yang sampai sekarang baru beroperasi dua dapur,” kata dia. Menurut hitungannya, akselarasi MBG ini bisa menggerakkan ekonomi Tapsel akibat pemotongan dari pemerintah pusat.

“Mari kita hitung. Dengan akseralasi MBG di Tapsel yang menyasar 91 ribu target sasaran maka per hari uang yang akan beredar di SPPG (satuan pelayanan dan pemenuhan gizi) dan dapur MBG mencapai Rp1,4 miliar per hari. Perbulan akan sampai Rp35 miliar dan per tahun hitungan kita Rp400 miliar,” jelasnya.

Menurut dia, dengan putaran uang hingga Rp400 miliar dari MGB pihaknya komit untuk memberdayakan potensi warga lokal. “Untuk memastikan keterlibatan warga lokal saya sudah bentuk satuan tugas makan bergizi gratis,” jelasnya.

Gus Irawan cukup yakin MBG ini jadi pendorong pertumbuhan. “Dulu waktu kuliah saya ingat ekonomi harus tumbuh dan merata. Kalau sekarang kan sumbernya dari pertumbuhan dan distribusi. Saya yakin konsep ini bagus untuk keadilan. Coba bayangkan jika semua peluang didapatkan pelaku usaha di daerah termasuk pengusaha mikro.”

Harapannya, kata dia, semua kebutuhan untuk dapur makan bergizi gratis dihasilkan daerah setempat. “Dari kabupaten yang sama dan kecamatan yang sama.”

Untuk mencapai itu, Gus Irawan menyatakan sudah ada pemetaan di Tapsel daerah mana misalnya yang bagus untuk pemenuhan buah pisang, kemudian pemenuhan protein dari daging ayam untuk diternakkan sampai pada ketersediaan pakan. “Termasuk yang sedang gencar kita dorong agar Tapsel menjadi sentra produksi ikan. Setiap desa kita baca potensinya dan kita minta kembangkan apa yang bisa dihasilkan untuk MBG,” ungkap Gus Irawan.

“Tentu ini kita kaitkan lagi dengan penggunaan dana desa yang seharusnya alokasi 20 persen digunakan untuk ketahanan pangan. Jadi setiap desa bisa memilih potensi ketahanan pangannya dari komoditas apa. Memang belum ideal, tapi kita harapkan menjadi dorongan pertumbuhan dari sisi produksi komoditas,” jelasnya.

“Coba dikalkulasi. Dengan 91 ribu penerima manfaat MBG, misalnya hari ini menunya ikan maka kita siapkan 91.000 ekor ikan, besok menunya ayam maka kita siapkan 91.000 potong ayam, lusa telur maka harus ada 91.000 butir telur. Makanan penambah, misalnya, pisang. Maka dalam packing MBG itu harus ada 91.000 buah pisang,” kata Gus Irawan Pasaribu.

“Saya sedang menyiapkan ekosistem yang nantinya berputar dengan sendirinya untuk memenuhi dapur-dapur MBG yang beroperasi. Intinya kita menggali semua potensi yang kita punya untuk memenuhi bahan makan bergizi gratis,” tuturnya. Ekosistem ini juga nanti akan dilibatkan dengan koperasi merah putih yang bisa beroperasi sebagai koperasi produksi, kata Gus Irawan.

*Antisipasi keracunan*

 

Saat disinggung banyaknya siswa di berbagai wilayah yang keracunan karena mengkonsumsi MBG, Gus Irawan mengaku sudah mengantisipasinya. “Saya sudah minta runut tim untuk menginventarisasi hal-hal apa saja yang menyebabkan banyak kasus keracunan. Yang dilaporkan ke saya, keracunan dominan akibat makanan basi,” kata dia.

“Sebenarnya dalam aturan BGN sudah ada itu kriterianya. Memasak pun harus jam 2-3 pagi. Ini jadi perhatian kita. Termasuk aturan-aturan lain. Lalu target sasaran dari posisi dapur juga tidak lebih 30 menit waktu tempuhnya. Ada jadwal pemberangkatan dan sampai jam berapa harus di lokasi. Saya minta tim agar ini diperhatikan betul,” tuturnya.

Karena itulah, menurut dia, satgas yang dibentuk harus difungsikan agar operasional BMG memenuhi standar. “Bisa saja yang keracunan itu dimasak jam 10 atau 11 malam. Selesai dimasak kemasan, tidak boleh juga langsung ditutup. Yang seperti ini jadi perhatian kita,” ujarnya.

Gus Irawan Pasaribu memberi penugasan khusus ke Dinas Kesehatan sebagai bagian dari Satgas untuk menguji kecukupan gizi tiap produk makanan yang dibagikan. “Termasuk memenuhi semua operator MBG dengan sertifikat ke-khusus-an agar bekerja sesuai SOP,” kata mantan Dirut Bank Sumut tiga periode itu.

Selain hal tersebut Gus Irawan juga memastikan 42 lokasi yang masuk daerah 3T (terluar, terdepan, tertinggal) di Tapsel akan terjangkau “Tidak mungkin SPPG Sipirok yang mendistribusikan MBG ke daerah tertinggal itu karena butuh waktu 4-5 jam perjalanan,” katanya.

“Khusus 42 daerah terpencil ini sudah ada ketetapan dari BGN (Badan Gizi Nasional). Sudah kita rancang, walaupun hanya menyasar 63 orang target sasaran atau di bawah 100 orang maka kita buat dapur khusus MBG di sana. Intinya si penerima tetap mendapatkan MBG tak kurang dari 30 menit,” kata dia.

Gus Irawan Pasaribu mengaku sangat memperhatikan daerah 3T ini. “Bahkan jika disuruh memilih saya akan lebih mendahulukan daerah terpencil dulu. Karena tidak adil kalau kita hanya fokus di kota,” kata dia.

“Saya memahami MBG ini disamping untuk memenuhi gizi dan mengatasi stunting tentu juga mendorong potensi ekonomi. Sebetulnya sangat bagus karena ditujukan juga untuk pemerataan ekonomi. Istilah ini sudah jarang kita dengar karena lebih populer dengan pertumbuhan yang inklusif. Dengan semua kajian dan tata kelola yang kita siapkan harapannya MBG mengakselarasi ekonomi Tapsel dengan tetap menjaga gizi para penerima manfaat,” ucap Gus Irawan.