Gubernur Bobby Tenang Hadapi Pemotongan Dana Pusat, Akademisi: Pemimpin Infovatif dan Solutif

redaksi
30 Okt 2025 12:49
Medan News 0 6
3 menit membaca

 

MEDAN, kaldera.id – Pengamat ekonomi Sumatera Utara Muhammad Asyari menilai Gubernur Sumatera Utara Muhammad Bobby Afif Nasution sebagai sosok pemimpin yang cerdas, visioner, dan tangguh menghadapi tekanan fiskal.

Penilaian ini disampaikan menyusul langkah cepat dan inovatif yang diambil Bobby dalam merespons pemotongan Transfer Keuangan Daerah (TKD) sebesar Rp1,1 triliun oleh Kementerian Keuangan RI.

Menurut Asyari, kondisi seperti ini biasanya membuat banyak kepala daerah panik karena berpotensi mengganggu pembangunan. Namun, Bobby justru menunjukkan ketenangan dan kecerdikan dalam menghadapinya.

“Beliau tidak panik, tapi langsung melakukan langkah-langkah strategis. Itu bukti bahwa Gubernur Bobby adalah pemimpin yang punya perencanaan matang dan berpikir jauh ke depan,” ujar Asyari di Medan, Rabu (29/10/2025).

Pria yang juga Akademisi Fakultas Ekonomi Universitas Batuta ini juga menilai, Bobby mampu mengubah tantangan menjadi peluang dengan memaksimalkan potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan mendorong kinerja Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) agar lebih produktif.

Selain itu, Bobby juga memperkuat basis penerimaan daerah dari sektor pajak dan retribusi tanpa menambah beban masyarakat.

“Gubernur tidak terpaku pada dana pusat. Beliau tahu bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal agar Sumut tetap tumbuh. Ini menunjukkan kemandirian fiskal daerah yang semakin baik,” katanya.

Lebih lanjut, Asyari menilai langkah efisiensi anggaran yang dilakukan Pemprov Sumut menjadi bukti kepemimpinan Bobby yang modern dan transparan.

Setiap rupiah yang dibelanjakan diarahkan agar tepat sasaran dan memberi dampak langsung kepada masyarakat.

“Efisiensi bukan berarti memotong, tapi memastikan anggaran digunakan untuk hal yang benar-benar produktif,” tambahnya.

Dalam kondisi keuangan yang menantang, kata Asyari, Gubernur Bobby menerapkan tiga strategi utama untuk menjaga stabilitas fiskal dan keberlanjutan pembangunan.

Pertama, memprioritaskan program dan kegiatan esensial, dengan mengalokasikan dana untuk belanja yang paling mendesak dan berdampak besar bagi masyarakat, seperti layanan kesehatan, pendidikan, serta infrastruktur penting.

Kedua, menunda proyek non-prioritas, yakni menunda sementara proyek pembangunan yang tidak terlalu mendesak hingga kondisi keuangan daerah kembali stabil.

Ketiga, menggunakan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) dari tahun sebelumnya untuk menutupi kekurangan pendanaan tanpa mengganggu keseimbangan fiskal.

“Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa Gubernur Bobby tidak hanya bereaksi, tapi juga mengelola situasi dengan strategi dan perhitungan matang,” kata Asyari.

Selain kebijakan fiskal yang hati-hati, Bobby juga terus melahirkan berbagai program inovatif untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.

Program seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) daerah, Kredit Program Perumahan (KPP), penguatan ekosistem UMKM, dan digitalisasi layanan publik menjadi bukti nyata kreativitas Pemprov Sumut dalam menghadapi keterbatasan anggaran.

“Ini bukan sekadar bertahan, tapi justru berkembang di tengah tekanan. Gubernur Bobby menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati diuji saat menghadapi krisis, dan beliau lulus ujian itu dengan baik,” tegas Asyari.

Ia optimistis, dengan pendekatan adaptif dan inovatif yang dijalankan, ekonomi Sumut akan tetap tumbuh positif meski dana transfer dari pusat berkurang.

“Langkah Gubernur Bobby Nasution menjadi contoh bagaimana daerah bisa mandiri tanpa terlalu bergantung pada pemerintah pusat. Ini gaya kepemimpinan yang patut diapresiasi,” pungkasnya. (Reza)