Bobby Nasution Jenguk Guru Korban Penganiayaan, Tegaskan Perlindungan untuk Tenaga Pendidik

redaksi
31 Okt 2025 16:23
News Sumut 0 6
6 menit membaca

 

BINJAI, kaldera.id – Gubernur Sumatera Utara, Bobby Afif Nasution menjenguk Guru SMK Negeri 1 Kutalimbaru, Deliserdang, Sofyan Daulai Nadeak, yang menjadi korban pemukulan diduga oleh orang tua murid di Jalan Nibung 2, Binjai Utara, Kota Binjai, Jumat (31/10/2025).

Selain melihat dan mendengar langsung kronologi kejadian sebenarnya, Bobby juga ingin persoalan tersebut tidak diperpanjang lagi. Dimana, kedua belah pihak saling mencabut laporan di pihak berwajib.

Menurut keterangan Sofyan, kejadian bermula ketika dirinya berusaha melerai perkelahian antar siswa yang dipicu saling ejek.

Insiden terjadi saat waktu istirahat, tepatnya di kantin sekolah. Ketegangan terjadi karena ada ancaman perkelahian antar kelompok siswa dari jurusan yang sama. Karena melihat akan terjadi perkelahian, dirinya lalu membawa ketiga siswa yakni, Y, J, dan B ke ruang BK (Bimbingan Konseling) untuk didamaikan.

” Orang tua siswa yang berinisial Y datang dan tiba tiba memukul seorang siswa yang kontra dengan anaknya. Saya pun berusaha melerai dengan memeluk siswa tersebut dan ternyata ada yang memukul saya dari belakang. Karena gaduh, mereka pun diusir keluar oleh Guru BK,” ungkapnya.

Tidak lama kemudian, ibu dari Y datang sambil ribut dengan menuduh anaknya di keroyok, di cekek dan handphonenya dirampas. Hal ini pun membuat dirinya heran. Sebab, tidak ada anaknya dikeroyok. “Kalau dikeroyok, kapan terjadi pengeroyokan, kalau dicekek, kapan di cekek. Begitu juga HP nya dirampas. Tidak ada dilakukan,” ungkapnya.

Setelah terjadi kegaduhan kembali, kepala sekolah kemudian menenangkan dan mendamaikan semua pihak terkait. Akhirnya proses perdamaian pun terjadi dan saling bersalaman. Orang tua Y pun tidak mempermasalahkan lagi kejadian tersebut.

Ia menambahkan, sekitar Pukul 17.00 Wib, ia ditemani oleh empat orang guru meninggalkan sekolah. Namun, di tengah jalan dirinya diberhentikan oleh Y dan keluarganya. Kemudian dirinya diduga dipukul dan dikeroyok. Kemudian kejadian tersebut dipisah dan ia diamankan di Polsek Kutalimbaru. Pelaku juga disana.

“Tadinya saya enggan melaporkan, karena pastinya saya tetap bertemu dengan siswa dan orang yang memukul saya. Namun, setelah berkoordinasi saya pun membuat laporan ke Polsek Kutalimbaru. Sebelumnya melakukan visum di RS Bhayangkara,” tambahnya.

Namun, anehnya dirinya pun di laporkan ke Polrestabes Medan dengan tuduhan dugaan melakukan penganiayaan terhadap anak murid.

“Saya pun sudah hadir ke Polrestabes Medan untuk memberikan keterangan. Saya heran, saya mau melerai kenapa saya dilaporkan. Makanya, saya sangat senang Pak Gubernur datang kemari. Saya juga semakin semangat. Terima kasih Pak Gubernur sudah memberikan perhatian kepada saya,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Kutalimbaru Ilyas menambahkan, siswa berinisial Y ini sudah pernah bermasalah dan diproses Guru BK. Ia berkelahi dengan temannya. Kali ini juga masalahnya sama. Berawal dari perkelahian dengan teman merambah ke guru. Tidak berubah.

“Awalnya Pak Guru kami ini ingin melerai dan merangkulnya sambil bejalan menuju ruangan Guru BK. Sebab, siswa kami tidak mau dibawa ke ruangan BK. Tidak lama kemudian orang tuanya datang ke ruang BK dan memukul siswa kami berinisial B dan anaknya Y memukul J. Bapak ini memisahkannya,” jelasnya.

Karena kejadian ini dan diusir oleh Guru BK karena ribut, Paman Y berinisial A yang juga guru honorer di sekolah tersebut merasa tidak puas. Ia dan Y kembali datang diduga membawa senjata tajam. Hanya saja ketahuan dengan pihak keamanan sekolah. Ia pun melempar ruangan BK dengan batu. “Perihal membawa senjata tajam ke dalam sekolah juga sudah saya sampaikan ke Kacab Dinas untuk diproses. Bahkan, saya sudah memanggil guru honorer yang diduga membawa senjata tajam itu ke ruangan saya karena dirinya tidak menghargai saya. Bahkan, kepala dusun pun datang dan membela siswa berinisial Y karena warganya. Bahkan ibu dari Y dan kepalandusun pergi begitu saja. Keterangan ini saya sampaikan dengan benar. Kalau tidak benar jabatan saya yang saya pertaruhkan. Saya empat bulan lagi pensiun. Saya mau pensiun dengan tenang dan tanpa ada masalah antara guru dengan siswa,” tambahnya.

Ia juga menjelaskan saat ini Sofyan sedang dalam proses cuti. Awalnya Sofyan ingin mengundurkan diri menjadi guru honorer. “Saya bilang jangan mundur karena tenaga dan ilmunya masih dibutuhkan sekolah, makanya saya minta cuti saja dulu. Terima kasih Pak Gubernur dan Pak Kadis atas perhatian yang diberikan,” sambungnya.

Setelah mendengar apa yang disampaikan Gubernur Sumut Bobby Nasution mengungkapkan, dirinya meminta pihak TNi dan Polri membantu untuk mengamankan sekolah hingga situasi benar-benar kondusif. Kegiatan belajar mengajar pun berjalan dengan nyaman.

“Kami minta Pak TNI dan Polri untuk membantu menjaga sekolah sampai aman. Kami juga akan menanyakan informasi dari kedua belah pihak agar dapat gambaran yang jelas,” tegasnya.

Gubernur menekankan pentingnya pendidikan tidak hanya dari sisi kecerdasan intelektual, tetapi juga karakter dan etika yang harus dibangun di sekolah.

“Kalau ada guru yang menegur tingkah laku siswa yang menyimpang secara etika dan budi pekerti, guru memang diperbolehkan melakukan itu,” ucapnya.

Ia menginginkan penyelesaian damai antara pihak sekolah dan murid, serta harapan agar orang tua juga turut berperan dalam mendidik anak-anak. Apabila orang tua bersikeras tidak mau damai, pemerintah provinsi akan memberikan dukungan penuh kepada guru yang sudah berusaha melerai perkelahian dan justru dilaporkan ke polisi. Pihaknya juga meminta keterangan dari pihak satunya lagi agar keterangan didapat dari masing masing pihak.

“Mengenai guru yang ingin mengundurkan diri akibat tekanan, jangan mundur, tidak boleh mundur. Cuti saja untuk menenangkan pikiran,” katanya.

Gubernur menambahkan, pihaknya juga akan membantu guru honorer tersebut agar lebih baik lagi ke depannya dengan memperhatikan kebutuhan tenaga pendidik karena di Sumatera Utara masih kekurangan sekitar 3.000 guru. “Guru terkait akan kami perjuangkan menjadi guru honorer paruh waktu,” jelasnya.

Saat disinggung tren perkelahian pelajar yang meningkat, seperti insiden di Tanjung Pura, Langkat, dan Taman Siswa, Gubernur menyatakan bahwa jika kesalahan sudah mengancam jiwa, maka penyampaian teguran harus tegas.

Namun, ia juga menekankan pentingnya peran sekolah dalam memberikan edukasi karakter dan budi pekerti sejak dini.

Sekolah yang tidak menjalankan aturan dan tidak memberi pendidikan tentang tata tertib dianggap memiliki kesalahan pertama. Jika sudah ada teguran namun pelanggaran masih terjadi, maka kesalahan ada pada siswa yang bersangkutan.

Ia juga menyinggung insiden kekerasan antar siswa di Nias yang berujung pada korban meninggal dunia. “Ini berantam antar siswa satu lawan satu, bukan pengeroyokan. Korbannya meninggal. Kami akan dalami kasus ini,” katanya.

Dalam kesempatan itu dirinya menyampaikan kepercayaan penuh kepada guru-guru di Sumatera Utara agar bertindak bijaksana dalam memberikan teguran kepada siswa. “Silakan menegur anak-anak tanpa takut terkena sanksi, tapi jangan terlalu keras sampai menyebabkan luka fisik atau trauma. Hukuman harus membuat anak menjadi lebih baik, bukan trauma,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Utara Alexander Sinulingga mengungkapkan, pihaknya akan meminta keterangan dari guru honorer berinisial A yang membantu keponakannya yang bertikai dengan siswa dan merambah ke rekan sesama guru honorer.

Pasalnya, berdasarkan keterangan, A diduga membawa senjata tajam masuk ke dalam sekolah. “Yang bersangkutan akan kami panggil untuk dimintai penjelasan. Apabila nantinya terbukti benar, maka akan diberikan sanksi tegas sesuai aturan. Bisa saja pemecatan. Sebab, membawa senjata tajam tidak dibenarkan,” pungkasnya. (reza)