JAKARTA, kaldera.id- Harga minyak mentah jatuh dalam lima hari berturut-turut pada perdagangan Kamis (26/2/2020). Anjloknya harga minyak dunia dipicu oleh meluasnya penyebaran virus corona di luar China, seperti Eropa, Timur Tengah, dan Asia.
Mengutip Antara, Jumat (28/2)/2020, minyak mentah berjangka Brent turun US$1,25 atau 2,3 persen ke posisi US$52,18. Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun US$1,64 atau 3,4 persen menjadi US$47,09 per barel.
Untuk pertama kalinya, jumlah infeksi baru virus corona (coronavirus) yang dilaporkan di luar China melebihi kasus baru di China pada awal pekan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa setiap negara tidak boleh membuat kesalahan dengan berasumsi akan terhindar dari virus mematikan itu.
Bahkan, beberapa pemerintah negara-negara di dunia, mulai dari Iran hingga Australia telah berupaya menahan penyebaran wabah yang bermula di Wuhan, Provinsi Hubei, China. “Harga minyak terjun bebas karena upaya karantina global akan menghancurkan permintaan minyak untuk beberapa kuartal berikutnya,” kata Analis OANDA New York Edward Moya.
Investor memperkirakan terdapat kelebihan pasokan akibat penurunan permintaan. Pasalnya, virus corona menyebar ke negara dengan ekonomi besar termasuk Korea Selatan, Jepang, dan Italia.
Sebetulnya, pasar minyak memiliki penawar, yaitu pemotongan produksi tambahan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, termasuk Rusia, atau OPEC+. Mereka dijadwalkan bertemu di Wina pada 5-6 Maret. OPEC+ saat ini mengurangi pasokan sekitar 1,2 juta barel per hari untuk menjaga harga.
Tak hanya pasar minyak mentah, aset risiko tinggi lainnya juga merosot. Indeks S&P 500 mengalami kerugian terbesar sejak Agustus 2011. Penyebabnya, investor melarikan diri ke aset yang aman seperti obligasi pemerintah dan emas. (cnn/finta)