Kanan atas Kepala Perwakilan BI Wiwiek Sisto Widayat saat menyampaikan paparan, Dekan FE Unimed Prof. Indra Maipita (tengah) dan Rektor Unimed Dr. Syamsul Gultom (kanan bawah) saat kuliah umum daring, Selasa (14/4/2020)
Kanan atas Kepala Perwakilan BI Wiwiek Sisto Widayat saat menyampaikan paparan, Dekan FE Unimed Prof. Indra Maipita (tengah) dan Rektor Unimed Dr. Syamsul Gultom (kanan bawah) saat kuliah umum daring, Selasa (14/4/2020)

MEDAN, kaldera.id – Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan (FE Unimed) menggelar kuliah umum dalam jaringan (daring) dengan Bank Indonesia untuk pertamakalinya, Selasa (14/4/2020) pagi.

Kuliah umum itu menghadirkan Rektor Unimed Dr. Syamsul Gultom, Kepala Perwakilan BI Sumut sekaligus dosen tamu Wiwiek Sisto Widayat dan Dekan FE Unimed Prof. Indra Maipita sebagai moderator. Kemudian ditutup oleh Ketua Senat Unimed Prof Dr Syawal Gultom.

Kuliah umum bertajuk Kebijakan BI menyikapi dampak covid-19 (corona virus disease) terhadap perekonomian Sumatera Utara itu juga diikuti juga para Wakil Rektor Unimed, para Wakil Dekan FE Unimed, ratusan mahasiswa, dosen dan dekan dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Bahkan banyak yang tidak bisa masuk karena kepadatan di jaringan.

Peserta tinggal masuk ke link googlemeet dan tautan youtube kuliah umum FE Unimed kemudian akan bergabung dengan seluruh peserta. Uniknya setelah kuliah umum, peserta juga mendapatkan sertifikat secara online yang sudah disiapkan panitia.

Dalam paparannya Kepala Perwakilan BI Sumut Wiwiek Sisto Widayat mengemukakan dampak covid-19 yang belum ada obatnya sangat luar biasa terhadap perekonomian. Baik itu global, nasional maupun Sumut, kata dia. “Sehingga dunia pun terpaksa mengoreksi angka pertumbuhan. Begitu juga dengan Indonesia dan Sumut. Kita punya dua proyeksi mild dan severe (akut),” kata Wiwiek.

Semua sektor lapangan usaha sebagai sumber PDRB Sumut akan terpengaruh, begitu juga dengan variabel pendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah maupun ekspor dan impor. Semua akan terimbas.

Dalam skenario mild ekonomi Sumut diproyeksi hanya akan terkoreksi 0,8 persen atau akan tetap tumbuh di angka 4,3 persen sampai 4,7 persen. “Tapi dalam skenario ekstrim ekonomi Sumut bisa melambat hingga 3,8 persen sehingga kita hanya tumbuh 1,2 persen sampai 1,6 persen tahun ini.

Penduduk Miskin Bisa Dekati 2 juta

“Imbasnya kita proyeksikan akan terjadi lonjakan penduduk miskin dan pengangguran di Sumut. Karena semua berhenti. Skenario sederhana pertambahan jumlah penduduk miskin di Sumut menjadi 1.385.500 orang setelah covid-19 atau bertambah hanya 125.000. Tapi dengan situasi ekstrim BI menghitung bisa meledak jadi 1.859.021 hampir dua juta orang dengan pertambahan 598.521 orang. Sementara penerima program keluarga harapan (PKH) cuma 408.321,” terang Wiwiek.

Begitu juga dengan pengangguran akan bertambah drastis meningkat dua kali lipat, kata Wiwiek.”Pengangguran Sumut setidaknya akan mencapai 737 ribu orang atau 10,4 persen dari sebelumnya 383 ribu orang,” tambahnya.

Belum lagi pemulangan tenaga kerja Indonesia dari luar negeri akan turut memacu angka pengangguran, jelasnya. Atas kondisi itu BI, menurut Wiwiek, sudah dan akan melakukan berbagai kebijakan moneter mengantisipasi perlambatan pertumbuhan dan gejolak ekonomi yang diproyeksi akan muncul.

“Kita konsen untuk kebijakan moneter, makroprudensial, kebijakan sistem pembayaran, pendalaman pasar keuangan dan mendorong kegiatan ekonomi syariah,” katanya. Di sektor moneter termasuk misalnya dengan menurunkan suku bunga, lalu stabilisasi kurs, melonggarkan giro wajib minimum, melonggarkan likuiditas hingga digitalisasi usaha kecil menengah. Karena BI pun tak mau skenario ekstrim itu terjadi. Kita harus mengantipasi semaksimal mungkin dengan kerjasama dari seluruh stakeholder,” tuturnya.

Rektor Unimed Apresiasi Kuliah Umum Daring

Paparan Wiwiek mendapat respon yang cukup banyak dari peserta karena memunculkan banyak pertanyaan. Dekan FE Unimed Indra Maipita yang menjadi moderator terpaksa membatasi hanya pada dua sesi.

Prof. Indra mengatakan paparan BI ini setidaknya sudah memberi penjelasan lebih detil terhadap langkah yang dilakukan otoritas moneter tersebut dalam menjaga perekonomian. “Apalagi kalau kita lihat di pasar uang, rupiah terus-terus mendapat tekanan karena sempat mendekat Rp17.000 per dolar AS,” kata Indra Maipita.

Begitupun ke depan dia menjanjikan FE Unimed masih merancang untuk membuat seminar dan agenda akademik secara daring dengan melibatkan banyak pihak. “Kita boleh work from home tapi agenda-agenda akademik tetap kita jalankan,” tuturnya.

Sementara itu Rektor Unimed Dr. Syamsul Gultom mengapresiasi pelaksanaan kuliah umum tersebut. “Saya kira sebagai akademisi kita harus terus berjuang dengan karya di tengah wabah virus covid-19 ini. Unimed pun dalam layanan akademiknya tetap menjalankan semua kegiatan secara normal walau dalam jaringan,” jelasnya.

Termasuk misalnya melakukan perkuliahan daring, bahkan seminar proposal dan ujian skripsi pun sudah bisa dilakukan secara online, kata Rektor Unimed. “Tentu dengan kuliah umum seperti ini menghadirkan nara sumber dari luar dan berada dalam dalam jaringan pula harus kita apresiasi.

Semoga ke depan kegiatan akademik kita dengan tri dharma perguruan tinggi untuk tetap melakukan pengajaran, penelitian dan pengabdian bisa berjalan normal walau lebih banyak memanfaatkan teknologi,” jelasnya.

Rektor Unimed juga mengucapkan terimakasih kepada BI yang bersedia menjadi narasumber di Unimed sekaligus memberi dasar pemahaman secara akademis atas langkah apa yang diambil dalam menghadapi covid-19 yang berdampak ke semua sektor. Dia berharap ke depan kegiatan seperti ini bisa terus diagendakan.(armin nasution)