Site icon Kaldera.id

Mangongkal Holi, Upacara Membongkar Kembali Tulang Belulang Orang Sudah Meninggal Tradisi Suku Batak

Setiap budaya mempunyai ciri khas tertentu, mulai dari acaranya atau ritual yang terjadi pada saat proses upacara berlangsung. Salah satunya tradisi unik suku Batak yakni Mangongkal Holi.

Setiap budaya mempunyai ciri khas tertentu, mulai dari acaranya atau ritual yang terjadi pada saat proses upacara berlangsung. Salah satunya tradisi unik suku Batak yakni Mangongkal Holi.

 

MEDAN, kaldera.id – Setiap budaya mempunyai ciri khas tertentu, mulai dari acaranya atau ritual yang terjadi pada saat proses upacara berlangsung. Salah satunya tradisi unik suku Batak yakni Mangongkal Holi.

Dikutip dari jurnal karya Fransiska Dessy Putri asal Universitas Riau, Mangongkal Holi adalah tradisi membongkar kembali dan memindahkan tulang belulang orang yang sudah meninggal. Selanjutnya tulang belulang itu dipindahkan ke tempat yang dianggap lebih layak.

Tradisi ini sendiri sudah berlangsung sejak zaman nenek moyang suku bangsa Batak. Uniknya, tradisi suku Batak Toba ini biasanya diselenggarakan jika seorang anggota keluarga masih dikunjungi (lewat mimpi) oleh seorang anggota keluarga yang telah meninggal.

Proses Pelaksanaan Mangongkal Holi

Proses pelaksanaan upacara adat Mangongkal Holi biasanya dilakukan oleh beberapa anggota keluarga yang termasuk satu pomparan (perkumpulan para keturunan suatu leluhur).

Biasanya pembongkaran makam dilakukan langsung beberapa makam oleh masing-masing anggota keluarga. Ketika sudah digali, tulang belulang diangkat lalu disatukan dalam satu bangunan tugu.

Sesaat sebelum makam mulai digali dalam tradisi Mangongkal Holi, semua anggota keluarga atau pihak yang terlibat harus ikut dalam acara doa bersama sesuai tradisi agama masing-masing.

Ketika sudah selesai mengumpulkan tulang belulang yang masih utuh, para anggota keluarga akan membersihkannya dengan jeruk nipis. Setelah dibersihkan, tulang belulang tersebut dimasukkan ke dalam peti baru. Tentu tetap satu peti untuk satu orang.

Setelah siap, peti-peti tersebut akan dimasukkan ke dalam bangunan tugu (simin) yang sesuai dengan tingkatannya. Biasanya tingkat bangunan tergantung jumlah generasi (sundut) dari leluhur pemilik tugu.

Berdasarkan aturannya, tulang belulang dari anggota keluarga yang paling muda akan diletakkan di tempat/lantai paling dasar. Sementara generasi paling awal akan berada di tempat yang paling atas/tinggi.

Kegiatan yang Jadi Simbol Tradisi Mangongkal Holi

Mengutip jurnal karya Fransiska Dessy Putri asal Universitas Riau tentang Makna Simbol Mangongkal Holi, tradisi ini memiliki simbol berbentuk hal atau kegiatan, sebagai berikut:

1. Martonggoraja
Martonggoraja merupakan kegiatan yang wajib dilakukan dalam setiap pelaksanaan upacara adat Mangongkal Holi. Tujuannya adalah untuk mengetahui persiapan dari pihak keluarga seperti hari pelaksanaan, peralatan dan biaya.

Biasanya martonggoraja dilakukan oleh dongan tubu mulai dari tulang, hula-hula, boa tulang, tulang rorobot, dongan sahuta, boru, bere dan ibabere. Tidak hanya di Mangongkal Holi, martonggoraja juga ada di acara adat Batak seperti pesta dan meninggal dunia.

2. Ulos Panampin
Simbol Mangongkal Holi selanjutnya adalah ulos panampin, di setiap upacara adat ulos panampin dipakai sebagai wadah penampung tulang belulang. Dengan makna ketulusan seorang paman kepada anak perempuan yang melaksanakan tradisi.

3. Mangombak
Dalam Mangongkal Holi, mangombak adalah proses penggalian tulang-belulang orang yang telah meninggal. Di mana jika kita berdoa sebelum mencangkul, itu berarti kita masih menganggap roh orang yang sudah mati itu masih mendengarnya.

4. Air Jeruk Purut dan Kunyit
Simbol adat selanjutnya adalah air jeruk purut dan kunyit. Air jeruk purut biasanya digunakan sebagai pembersih tulang belulang dan dipercaya bisa memperlancar penggalian jika dipercik ke kuburan.

Sedangkan kunyit berguna sebagai tindakan untuk menjaga warna tulang belulang tidak pudar. Air jeruk purut dan kunyit pun menjadi simbol kesucian yang khas dalam Mangongkal Holi.

5. Kain Putih dan Ulos Ragidup
Kain putih dan ulos ragidup adalah simbol yang memiliki makna sebagai lambang kesucian dan pembungkus tulang belulang yang sudah dibersihkan. Simbol ini juga harus selalu disediakan dalam upacara Mangongkal Holi.

6. Ampang
Ampang merupakan simbol upacara Mangongkal Holi yang berfungsi sebagai tempat atau wadah untuk diletakkan tulang belulang yang sudah dibersihkan dan diberikan ke keluarga. Biasanya ampang ditutup dengan ulos Ragidup.

7. Batu Na Pir
Batu Na Pir menjadi salah satu simbol yang erat dalam Mangongkal Holi. Batu Na Pir adalah tempat menyatukan tulang belulang para leluhur. Tujuan Batu Na Pir adalah bukti kedekatan dan kebersamaan sesama saudara satu ompu.

Sekaligus menjadi bentuk penghormatan kepada ompu yang dibuatkan batu na pirnya. Akan ada rasa kebanggaan bagi mereka yang membuatnya, karena berhasil membuktikan rasa erat persaudaraannya. Demikian serba-serbi tentang tradisi unik suku Batak, Mangongkal Holi. (det)

Exit mobile version