P Ramlee (kiri) bersama artis senior Indonesia, Rima Melati dalam sebuah event jaman dulu. Foto diambil dari dinding kenangan di Museum P Ramlee, Penang, Malaysia, beberapa waktu lalu. (kaldera/rozi)
P Ramlee (kiri) bersama artis senior Indonesia, Rima Melati dalam sebuah event jaman dulu. Foto diambil dari dinding kenangan di Museum P Ramlee, Penang, Malaysia, beberapa waktu lalu. (kaldera/rozi)

MEDAN, kaldera.id – DALAM surat kematiannya, ia disebutkan wafat pukul 5.30 pagi hari pada 29 Mei 1973 dalam perjalanan dari rumah menuju rumah sakit di Kuala Lumpur, Malaysia. Serangan jantung mengantar salah satu seniman legendaris, Ramli bin Puteh atau P Ramlee kembali ke sisi Allah SWT pada hari ini, 47 tahun lalu.

Akhir 2019 sebelum musim Virus Corona (Covid-19), penulis beruntung dapat singgah ke Museum P Ramlee yang terletak bersebelahan dengan rumah tempat P Ramlee dilahirkan di Lot 2180, George Town, Penang, Malaysia. Dari catatan di museum itu, P Ramlee lahir pada hari Idul Fitri 22 Maret 1929 di rumah neneknya itu. Saat lahir ia sempat diberi nama Teuku Zakaria oleh neneknya. Tapi kemudian diubah menjadi Ramli.

“Pada pagi 29 Mei 197, Negara telah kehilangan seorang tokoh seni yang sukar dicari ganti. P Ramlee meninggal dunia secara mengejut setelah diserang penyakit jantung,” demikian tertulis di dinding perjalanan hidup pria berdarah Aceh ini, di Mesum Tan Sri P Ramlee.

Kisah soal P Ramlee tentu menarik, bagi sebagian besar warga dunia Melayu. Selain ia berdarah Indonesia, dari ayah yang berasal dari Lhokseumawe (Aceh) yang hijrah ke Penang, karya P Ramlee juga abadi di dunia Melayu. Penulis yang juga pernah menikmati sejumlah film dan lagunya, keabadian karya P Ramlee tak dapat disangkal. Film-film “Bujang Lapok” atau lagu sekalibar “Azizah” dan “Madu Tiga”, penulis yakin Anda juga ingat.

Tidur Terbayang Azizah, Bila Merajuk Kawin Tiga

Di usianya yang belia, P Ramlee untuk mulai berkarya. Pada 1945 ia mengasah kemampuan berkesenian lewat tarik suara. Pada 1947, dalam sebuah ajang lomba yang kemudian dijuarainya, Ramlee menambahkan menambakan huruf “P” di depan namanya. Sejak saat itu, ia resmi dikenal dengan nama P Ramlee.

Dalam sebuah pementasan, P Ramlee kemudian membawa lagu ciptaannya sendiri berjudul ‘Azizah’. Lagu ini juga abadi hingga kini. Lagu ini pula yang membawa P Ramlee ke industri perfilman Asia, setelah lagu itu disaksikan seorang produser yang kemudian mengajak Ramlee bergabung sebagai pengisi lagu di film-filmnya.

“Tidur malam terbayang. Teringat kamu seorang. Membikin hati pemuda, menjadi bimbang. Oh Azizah.”

Meski ia tidak pernah tamat sekolah formal apalagi pendidikan seni film atau musik, kemampun P. Ramlee di bidang tersebut terbilang dahsyat. Dalam hidupnya yang sangat singkat, 44 tahun, P Ramlee membintangi tidak kurang dari 66 judul film yang sebagian ia bertindak sebagai sutradaranya. Menurut Wikipedia, P Ramlee juga menciptakan lagu sebanyak 359 judul dan meraih lebih dari 30 penghargaan internasional.

Sejumlah wisatawan berfoto dengan latar belakang rumah P Ramlee yang juga menjadi bagian Museum P Ramlee, Penang, Malaysia (kaldera/rozi)
Sejumlah wisatawan berfoto dengan latar belakang rumah P Ramlee yang juga menjadi bagian Museum P Ramlee, Penang, Malaysia (kaldera/rozi)

Di museum tersebut, cukup lengkap catatan tentang P Ramlee berikut orang-orang yang menyertai dalam karirnya. Selain ayah dan ibu, ada sosok isteri yang menjadi pendamping P Ramlee. Dalam museum itu, terdapat data yang menyebutkan P Ramlee menikah tiga kali. Pertama dengan Junaidah Binti Daeng Harris (1950-1955), kedua dengan Noorizan binti Mohd Noor (1955-1961). Pernikahan kedua ini menyita perhatian publik. Pasalnya Noorizan saat itu masih permaisuri (isteri) Sultan Perak ke-32, Sultan Yusuf Izzudin Shah. Setelah diceraikan sultan, Noorizan menikah dengan P Ramlee. Tapi dalam usai pernikahan relatif singkat, keduanya bercerai.

“Isteri tua merajuk. Balik kerumah isteri muda. Kalau dua-dua merajuk. Ana kahwin tiga.”

Lalu pada pernikahan ketiga, P Ramlee mempersunting dengan Salmah Binti Ismail atau yang lebih dikenal dengan Saloma pada 1961. Bagi penggemar P Ramlee, duetnya dengan Saloma, tak ubahnya Rhoma Irama dengan Rika Rachim di Indonesia. Ya, Saloma pula yang menemani P Ramlee hingga wafat pada 1973. Dalam banyak catatan, Saloma dan P Ramlee disebut pasangan harmonis, seperti duet mereka saat bernyanyi. Saloma pun kerap memuji P Ramlee sebagai suami yang baik.(f rozi)