MEDAN, kaldera.id – Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dianggap kekanakan jika mengartikan kritik sebagai bully. Publik bisa akan lebih percaya pada Gubernur Edy jika mampu jawab kritikan dengan hasil kinerja.
Hal itu disampaikan Pengamat Komunikasi Politik Universitas Medan Area (UMA), Ara Auza, S.I.Kom., M.I.Kom, Jumat (9/9), saat diwawancarai terkait pernyataan Gubernur Edy yang mengaku dibully oleh Golkar soal proyek Rp2,7 triliun. Edy menyampaikan itu saat hadir dalam peresmian Kantor DPD Partai Demokrat Sumut, Jumat (9/9/2022).
Ara mengatakan, jika dalam konteks proyek pembangunan Rp2,7 triliun Golkar bersikap kritis bukan berarti Golkar tidak mendukung pembangunan di Sumut.
“Sekarang ini kan diartikan berbeda. Golkar itu kritisi mekanisme proyek 2,7 triliun agar semuanya berjalan sesuai prosedur dan Kepala Daerahnya tidak terjerat pelanggaran hukum dikemudian hari. Jadi proses nya yang dikritik, bukan proyek pembangunan yang ditolak,” kata Ara.
Menurut Ara, selama ini Edy cenderung blunder dalam menyampaikan banyak hal. Dia, menyebut Edy cenderung disorientasi dalam berpidato.
“Dalam komunikasi ini sebenarnya sederhana, figur bicara bisa dimengerti, konkret, bicara capaian kinerja dan rencana apa yang sudah dieksekusi. Saat ini kan publik tidak pernah dipaparkan hal tersebut,” kata Ara.
Sebelumnya, Gubernur Sumatera Utara (Sumut), Edy Rahmayadi sempat menyindir pengurus Golkar saat menghadiri peresmian kantor baru DPD Partai Demokrat Sumut di Jalan Sudirman, Medan. Hal itu dilontarkan Edy saat melihat ada pula pengurus Golkar yang diundang hadir ke acara Demokrat tersebut.
“Yang pakai baju kuning ini, orang ini pura pura bukan pengusung saya. Mungkin gara gara orang orang yang baru inilah yang bully-bully aku ini, ” ucap Edy seperti dilansir CNN Indonesia.
Diketahui, dalam acara itu Demokrat juga mengundang perwakilan partai lainnya seperti Partai Golkar hingga PKS. Edy pun mengaku memiliki pengalaman panjang dengan Partai Golkar.
“Orang-orang yang baru ini, yang bully-bully saya ini. Dia tak tahu dari tahun ’87 saya mengawal Golkar. Saya mengawal Bu Tutut (Siti Hadiyanti Rukmana, mantan Ketua Golkar yang juga putri Presiden kedua RI Soeharto),” sindir Edy.
Meski punya sejarah kedekatan bersama Partai Golkar, namun Edy heran kader-kader Partai Golkar saat ini malah merisaknya.
“Sekarang Golkar yang baru ini awak pulak yang di-bully-nya. Dosa kalian nanti,” sindir Edy.(rel/red/cnni)