Cerita Guru Besar USU di Sebelah Ketua Dewan Pers saat Alami Sesak Nafas di Pesawat

Prof Budi Agustono melansir fotonya saat bertemu Prof Azyumardi Azra di Bandara dan Pesawat sebelum Ketua Dewan Pers itu mengalami kendala kesehatan dan dilarikan ke RS Serdang, Selangor.
Prof Budi Agustono melansir fotonya saat bertemu Prof Azyumardi Azra di Bandara dan Pesawat sebelum Ketua Dewan Pers itu mengalami kendala kesehatan dan dilarikan ke RS Serdang, Selangor.

 

MEDAN, kaldera.id – Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra yang juga Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, mengalami sesak nafas di dalam pesawat saat terbang ke Malaysia, Jumat (16/9/2022). Guru Besar Ilmu Sejarah USU Prof Budi Agustono, ternyata duduk tepat di sebelah Prof Azra dalam pesawat itu.

“Prof Azra akan memberikan ceramah ilmiah di Bangi, Kuala Lumpur,” kata Prof Budi saat dikonfirmasi wartawan pesan singkat.

Kemudian, Prof Budi mengirimkan testimoninya atas pertemuan dengan Prof Azra yang berakhir dengan dilarikannya Ketua Dewan Pers itu ke rumah sakit di Wilayah Serdang, Selangor. Redaksi mengutipnya atas ijin Prof Budi Agustono. Berikut petikannya:

“Sewaktu menunggu terbang ke Kuala Lumpur – Korea Selatan bertemu prof Azyumardi Azra, intelektual islam di bandara Soekarno Hatta. Saya diundang oleh prodi sejarah S2 sejarah dan saya juga pernah diundang mas budi di fakultas ilmu budaya, membuka pembicaraan. Pak Azra akan menjadi pembicara di prodi s2 sejarah 5 oktober mendatang, jawab saya.”

“Kami berbincang panjang soal situasi kontemporer Islam di negara ini sambil membahas posisi masyarakat sipil di republik ini. Islam di indonesia sangat dinamis,meski pun terjadi perpecahan tetapi tidak seperti Islam di Malaysia. Islam di negeri jiran ini menjadi agama resmi sehingga terkooptasi negara. Pun dengan pemikiran islam di indonesia jauh lebih berwarna warni dan meluas ketimbang di malaysia. Namun tidak banyak sarjana indonesia yang tak mendalami Malaysia.”

“Percakapan di ruang tunggu berlanjut di perjalanan udara Jakarta – Kuala Lumpur
Pak Azra menuturkan sewaktu menjabat Rektor UIN Syarif Hidayatullah dua periode. Sebagai rektor setiap kali ada pembangunan fisik di lingkungan kampus beroleh komisi. Pak Azra ambil komisi itu tapi bukan untuk pribadi melainkan digunakan untuk membeli tanah dan tanah itu untuk pembangunan gedung atau fakultas lain di UIN Jakarta. Untuk apa ambil komisi apalagi korupsi.”

“Pak Azra meski pemikir islam terkemuka ia sangat sederhana. Ia masih menenteng tas kresek putih berisi minuma mineral dan beberapa potong roti untuk mengganjal perut dan membasahi tenggorokan di kala haus. Sepanjang seratus dua puluh menit kami bercakap di udara. Percakapan bergizi bersama guru besar yang jujur, berintegritas dan kritis terhadap persoalan bangsa.”

“Narasi whatsapp ini ditulis di pesawat. Dua puluh menit sebelum pesawat mendarat, saat saya, istri dan pak Azra sedang bercakap tiba tiba pak Azra batuk tanpa henti, tubuhnya keringat dingin. Saya mintanya minum air air mineral. Saya memijat tubuhnya yang keringat dingin lalu meminta pramugari memasang selang oksigen di hidung dan mulut. Meski selang terpasang sesak nafasnya tak berhenti, malah tubuhnya begerak ke kiri ke kanan di atas kursi pesawat.”

“Ketika pesawat parkir dan pintu pesawat dibuka menurunkan penumpang, saya dan istri mengurus kesehatan pak Azra diminta turun belakangan. Saya dan istri gelisah dan cemas melihat kesehatan pak azra. Tidak lama sesudah ini kamu bertiga turun pak azra dengan selang oksigen ditampung dan dibawa segera ke bed panjang perawatan lalu dilarikan ambulans ke rumah sakit. Saya merogoh tas canglong Pak Azra mencari telpon, karena bingung dan panik lambat ketemunya. Akhirnya istri saya menelpon temannya staf khusus menteri sosial minta bantuan mengabarkan ke istri – keluarga pak Azra.”

“Saya sampaikan ke isteri untuk antar dan temani demi keselamatan dan keamanan , kita bantu pak Azra sekuat kita ke rumah sakit di kuala lumpur. Anggap saja Kuala Lumpur seperti Jakarta. Beliau ini pemikir Islam terkemuka di republik. Bantu dan antar bersama ambulans ke rumah sakit. Kita pisah. Istri saya Reni Sitawati Siregar mengantarnya dalam ambulans ke rumah sakit, sedangkan saya urus imigrasi di bandara Kuala Lumpur.”

“Pak Azra lekas sehat ya, bapak pemikir Islam terpandang yang dimiliki bangsa ini. Terima kasih istriku Reni Sitawati Siregar yang mengantar bersama ambulans ke Rumah Sakit Serdang di Kuala Lumpur Malaysia.”(reza/red)