Seekor gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) mati di Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC) di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (Sumut).
Seekor gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) mati di Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC) di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (Sumut).

 

MEDAN, kaldera.id – Seekor gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) mati di Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC) di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (Sumut). Gajah yang diberi nama Dwiki ini mati akibat malnutrisi (kurang gizi) dan malabsorsi.

Awalnya gajah Dwiki ini dipindahkan dari Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS) Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara. Dwiki tak sendiri, ia dipindahkan bersama gajah bernama Dini ke ANECC. Pemindahan gajah ini selalu didampingi Tim medis dokter hewan dari Vesswic.

“Setelah sampai di ANECC dilakukan perawatan intensif dengan diberikan pakan, obat-obatan dan vitamin,” kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA), Rudianto Saragih Napitupulu, Jumat (17/2).

Kemudian pada 7-8 Januari 2023, pada saat pemeriksaan kondisi kesehatan gajah Dwiki, ditemukan kondisi luka luar di pipi kanan. Saat itu luka tersebut sudah mulai membaik dan gajah sudah mulai makan dan minum walaupun sedikit. Namun pada 8 Februari 2023, gajah Dwiki mulai tidak mau makan.

“Atas kondisi tersebut, pada 11 Februari 2023, dokter Vesswic kembali turun ke ANECC. Selanjutnya tim vesswic dibantu oleh Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik mengirimkan dokter hewan ahli gajah dari Taman Safari Indonesia (TSI) untuk melaksanakan perawatan intensif gajah Dwiki,” urainya.

Tim medis melakukan tindakan dengan memberikan 100 botol infus, obat-obatan dan vitamin. Namun kondisi gajah Dwiki semakin melemah. Akhirnya pada Selasa, 14 Februari 2023, pukul 06.20 WIB, Dwiki tidak tertolong lagi. Satwa langka tersebut dinyatakan mati.

“Selanjutnya dilakukan nekropsi dengan hasil sesuai dengan penjelasan dokter bahwa gajah Dwiki mengalami infeksi pada gigi kanan bawah sehingga tidak bisa tumbuh secara normal,” ungkapnya

Kondisi tersebut mengakibatkan gigi graham atas yang sehat tidak tumbuh normal, sehingga penampakan gigi menjadi asimetris antara kiri dan kanan. Kelainan struktur gigi ini mengakibatkan gajah sulit untuk makan, dan makanan yang masuk berkurang. Sehingga Dwiki mengalami malnutrisi.

“Hal ini berdampak pada lambung, volumenya tidak bisa optimal. Ini juga diperparah dengan intosusepsi lambung sehingga berdampak pada malnutrisi dan malabsorsi, dimana tubuh kesulitan menyerap nutrisi dari makanan sehingga terjadi penurunan kesehatan dan berat badan,” paparnya.

Selesai nekropsi, tambahnya, bangkai gajah Dwiki pada 14 Februari 2023 dikuburkan di lokasi ANECC. Sedangkan gading gajah dipotong untuk disimpan di Balai Besar KSDA Sumatera Utara.

“Balai Besar KSDA bersama dokter dari Jakarta saat ini memeriksa semua kesehatan gajah di ANECC, Barumun Nagari Wildlife Santuary dan di Pusat Pelatihan Gajah Holiday Resort. Pemeriksaan ini meliputi kesehatan dan pengambilan sampel dan darah untuk dibawa ke laboratorium,” tutupnya. (cnn)