LANGKAT, kaldera.id – Plt Bupati Langkat, Syah Afandin menjadi narasumber Focus Group Discussion (FGD) MD yang diselenggarakan KAHMI Kabupaten Langkat di Ruang Pola Kantor Bupati, kemarin.
Diskusi ini mengangkat tema “Tol Berjalan, UMKM Mati Pelan-Pelan”.
Ketua KAHMI Langkat, Hendro menyampaikan, pihaknya memberanikan membuat kegiatan ini dikarenakan dirinya percaya bupati sangat peduli dengan pelaku UMKM.
Menurutnya, ketika tol dibuka sudah pasti pengunjung tidak bakal singgah lagi. Ini yang menjadi persoalan terkait masalah ini, makannya diskusi ini dibuat untuk saling bertukar pikiran terkait bagaimana nasib para UMKM ke depan.
“Saya salah satu pelaku UMKM. Saya owner keripik cinta. Saya memiliki 350 karyawan yang menggantungkan nasibnya pada usaha itu. Kita sudah punya contoh situasi yang terjadi di Pasar Bengkel. Semoga tidak terjadi di kita,” katanya.
Sementara itu, Plt Bupati Langkat, Syah Afandin dalam kesempatan itu memaparkan, bicara jalan tol di satu sisi memberikan kemudahan transportasi. Sedangkan di sisi lainnya bicara nasib para pelaku UMKM yang selama ininberjualan di pinggiran jalan lintas.
“Saya yakin 350 karyawan keripik cinta ,70-80% sudah berumah tangga. Dan saya yakin bakalan banyak yang berhenti jika tidak ada tindakan dari kita terhadap UMKM,” sebutnya.
Diakuinya dirinya sangat bangga dengan keberadaan jalan tol ini. Bahkan, ini permintaan presiden jalan tol maupun jembatan dibangun sampai ke Pangkalan Beandan.
“Saya punya tanggung jawab atas dampak negatif dari tol ini. Jadi, ketika ada keluhan, saya langsung merespon dengan hadir di diskusi ini. Sebab, itu tanggung jawab saya,” tegasnya.
Syah Afandin juga menjelaskan, di jalan tol nantinya juga akan dibangun res area. Artinya, presiden tetap memberikan kesempatan bagi pelaku UMKM yang terdampak tetap berjualan. Dirinya mencontohkan di Serdang Bedagai. Tetap ada solusi diberikan.
“Tapi, apakah yang berjualan itu yang terdampak atau tidak, saya tidak tahu. Tapi tetap diberikan ruang bagi pelaku UMKM,” katanya.
Untuk itulah dirinya menyarankan harus ada teamwork dibawah kordinasi dinas terkait untuk berbuat sesuatu yang membuat mereka singgah. Tidak sekadar rest area.
“Tetapi harus dengan satu komitmen hapus kata mati pelan-pelan. Ini persoalan tinggal bagaimana kita membuat satu formulasi. UMKM itu adalah tanggungjawab moral saya, ketika UMKM itu mati artinya saya gagal,” tegasnya.
Manager Teknik Hutama Karya menjelaskan, gambaran panjang rest area Tol Binjai – Pangkalan Brandan sekitar 57,2 km terbentang antara Binjai sampai Pangkalan Brandan. Rest area sisi kanan maupun kiri tersedia bangunan masjid, toilet, ruang UMKM besar dan UMKM kecil. UMKM kecil memiliki 15 ruangan. Sedangkan UMKM besar memiliki 27 ruangan. Total ada 84 ruangan untuk sisi kiri dan sisi kanan,” katanya.
Berdasarkan PP No17 /2021, ketersediaan UMKM minimal 30%. Namun, pihak pengelola memprioritaskan pelaku UMKM 80%. Bahkan ada yang 100% UMKM.(reza)