MEDAN, kaldera.id – Penyanyi legendaris Emilia Contessa, meninggal dunia. Emilia merupakan ibunda dari penyanyi Denada Tambunan. Emilia merupakan penyanyi asal Surabaya, yang punya nama besar di Amerika dan Eropa di era 1970-an.
Emilia Contessa meninggal dunia dan informasi ini telah dibenarkan oleh pihak managernya, Risna Ories “Iya benar, mohon doanya ya,” ujar Risna kepada detikcom, Senin (27/1/2025).
Emilia Contessa meninggal di usia 67 tahun. Emilia sudah suka menyanyi sejak kecil. Dia memulai perjalanan karier dari Surabaya. Setelahnya, ibunda Denada itu dibawa ke Jakarta. Namanya makin harum hingga pada 1970, dirinya diajak rekaman di Singapura.
Dilansir Wikipedia.com, nama aslinya adalah Nur Indah Citra Sukma Hati, Emilia adalah putri sulung dari tiga anak dari Hasan Ali yang berdarah Pakistan-Madura dan RA Susiani yang berdarah Jawa-Banyuwangi. Ia suka menyanyi sejak kecil. Ibunya melakukan berbagai usaha agar Emil dapat tampil menyanyi di berbagai acara.
Pada tahun 1969, Emil, sapaan akrab Emilia, berhasil meraih juara umum penyanyi pop ketika Surabaya menyelenggarakan PON VII di Surabaya yang berlangsung Tanggal 26 Agustus – 6 September 1969. Ajang tersebut membuka jalan Emil menjadi penyanyi profesional.
Emil yang saat itu masih menggunakan nama Emilia Hasan diajak oleh pencari bakat Lee Kuan Yew dari Philips Singapura yang mengajak Emil untuk rekaman di Singapura pada tahun 1970.
Satu tahun di Singapura, Emil yang kala itu ditemani ibunya, kembali ke Indonesia. Emil kemudian diperkenalkan pertama kali lewat TV oleh Chris Pattikawa, yang memimpin acara hiburan di TVRI. Dengan nama baru Emilia Contessa, Emil pun langsung menanjak.
Emil merupakan salah seorang dari sedikit penyanyi wanita negeri ini yang memiliki suara sopran yang sangat powerfull dan lantang. Emil juga memiliki performance atau stage-act yang sulit disaingi penyanyi mana pun pada masanya. Bahkan pada 1975, dia dijuluki sebagai “Singa Panggung Asia” oleh majalah Asia Week.
Majalah New York Time menobatkan Emil sebagai satu dari lima artis terpopuler di dunia dan sempat mendapat beasiswa untuk belajar vocal di Amerika, tetapi karena sudah teken kontrak dengan Club Malam Tropicana, maka beasiswa tersebut tidak diambil. Tetapi kariernya terus menanjak hingga ke Benua Eropa dan Amerika untuk show kecuali Afrika yang belum disinggahinya.
Masa emas Emil adalah di pertengahan tahun 1970-an. Lagu-lagu Emil yang menuai sukses antara lain “Angin November”, “Flamboyan”, “Biarlah Sendiri”, “Bunga Mawar, “Melati”, “Rindu”, “Bunga Anggrek”, “Penasaran”, “Kehancuran”, “Layu Sebelum Berkembang”, “Angin Malam”, “Mungkinkah”, dan banyak lagu-lagu ciptaan A. Riyanto lainnya. Telah belasan album dihasilkannya termasuk album Islami, Mutiara Shalawat (2000), yang bekerjasama dengan Idris Sardi.
Tak hanya menyanyi, Emil juga menjajal dunia akting. Telah belasan film dibintanginya, antara lain Ratapan Anak Tiri, Tetesan Air Mata Ibu, dan Senja di Pantai Losari.(efri/dtc/wiki/red)