Selamat Hari Pers Nasional 2025: Kapan Kita ke Mana?

redaksi
8 Feb 2025 22:20
4 menit membaca

Fakhrur Rozi

MEDAN, kaldera.id – Hari Pers 2025 yang jatuh pada 9 Februari, luar biasa. Hadiahnya, dualisme tempat peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2025. Satu perayaan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Satu tempat lagi di Pekanbaru, Riau. HPN 2025 di Kota Banjarmasin,  memasang tema “Pers Mengawal Ketahanan Pangan untuk Kemandirian Bangsa”. Sementara yang di Pekanbaru memakai tema, “Pers Berintegritas Menuju Indonesia Emas”. Dari temanya, kita sadar, ada sentuhan diksi program pemerintah di dalamnya.

Penulis sendiri merupakan Pengurus PWI Sumatera Utara dan memegang Sertifikat Kompetensi Wartawan Madya. Dari berita yang ada, Presiden RI Prabowo Subianto, akan hadir pada peringatan HPN 2025 di Banjarmasin, tempat di mana rombongan PWI Sumut yang dikomandoi Ketua PWI Sumut Farianda Putra Sinik, berhadir. Penulis tidak akan cerita lebih jauh soal dualisme tempat peringatan HPN 2025. Saya cerita lain saja. Begini ceritanya…

Pers dan Media Sosial

Nyawa pers adalah jurnalisme. Sebagai kata kerja, pers bisa disebut jurnalistik. Sejak media digital berbasis internet muncul di awal 2000-an, diskursus tentang tantangan pers di era digital menjadi pembahasan menarik. Masa 10 tahun terakhir, senjakala pers cetak dan konvensional lainnya, menjadi kenyataan. Katanya, media pers berbasis internet (media online) adalah gantinya. Karena teknologi bergerak kencang, tantangan baru datang dari platform media sosial.

Faktanya, memang saat ini masyarakat lebih banyak mendapat informasi bahkan membaca berita lewat saluran ini. Masalahnya, media sosial yang ditandai dengan eksistensi akun-akun baik itu di Instagram, Facebook maupun TikTok, tidak semua mampu menyajikan informasi (baca: berita) berbasis kerja-kerja jurnalistik. Informasi tidak berbasis kerja jurnalistik itu pula yang sering viral dan dibahas masyarakat di ruang publik.

Fenomena ini menimbulkan tantangan besar bagi dunia pers. Bagaimana media jurnalistik dapat tetap relevan di tengah derasnya arus informasi di media sosial? Apakah media konvensional dan media online dapat beradaptasi dengan pola konsumsi informasi yang semakin cepat dan instan?

Salah satu solusi yang dapat ditempuh adalah memperkuat jurnalisme berkualitas. Pers harus semakin menekankan akurasi, kedalaman analisis, serta keberimbangan dalam pemberitaan. Selain itu, kolaborasi dengan platform digital dapat menjadi strategi efektif untuk menjangkau audiens yang lebih luas.

Pers, AI dan Publisher Right

Cerita lain yang menarik tentang pers Indonesia era kini adalah soal eksistensi pers dengan kehadiran artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang semakin hari semakin cerdas. Wacana kualitas wartawan, kualitas produk jurnalistik, harus menjadi perhatian. Jika tidak, alamat palsu bila ingin bicara pers berintegritas dan mengawal kemandirian bangsa menuju Indonesia Emas. Apakah pers Indonesia masih bisa menjadi sandaran kebenaran ketika kecerdasan buatan menguasai produksi berita, di sisi lain media pers terus berjuang menuntut haknya dari raksasa digital?

Harus diakui, industri pers Indonesia saat ini menghadapi dua tantangan besar sekaligus: kecerdasan buatan (AI) yang semakin cerdas dan dominasi platform digital yang meraup keuntungan dari konten berita tanpa memberikan kompensasi yang layak. Di satu sisi, AI menjanjikan efisiensi dan kecepatan dalam produksi berita. Jika tanpa kendali yang jelas, AI juga bisa menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan jurnalisme berkualitas. Di sisi lain, isu Publisher Right semakin mendesak, media lokal semakin kehilangan daya tawarnya karena konten berita mereka dipakai oleh platform digital tanpa regulasi yang melindungi hak ekonomi mereka.

Jika insan pers tidak segera bersatu untuk menghadapi tantangan ini, bukan tidak mungkin masa depan pers Indonesia akan dikendalikan oleh algoritma dan korporasi digital, bukan oleh nilai-nilai jurnalisme yang berintegritas. Hari Pers Nasional 2025 perlu menjadi titik balik untuk membahas masa depan pers di era digital dan kecerdasan buatan. Jika insan pers tidak segera bertindak, maka industri media bisa semakin terpinggirkan oleh kepentingan algoritma dan korporasi teknologi.

Masa depan jurnalisme bukan hanya tentang bertahan, tetapi tentang bagaimana kita bisa tetap menjadi pilar demokrasi yang kuat di tengah era digitalisasi. Akhirnya, selamat memperingati Hari Pers Nasional 2025. Situasi berkenaan, menurut penulis seperti yang dituliskan di atas. Jadi, kapan kita ke mana?(*)

*)Peminat Kajian Komunikasi Digital, Praktisi Media