Tetap Kawal Pasien Sekarat Meskipun Dicaci Maki

Organisasi Patwal Ambulance (OPA) yang bertugas mengawal ambulance dari luar kota menuju Rumah Sakit, Kamis (5/2/2020)
Organisasi Patwal Ambulance (OPA) yang bertugas mengawal ambulance dari luar kota menuju Rumah Sakit, Kamis (5/2/2020).

MEDAN – Berawal dari seringnya melihat ambulans tidak mendapatkan jalur VIP ketika membawa pasien di jalan raya, sekumpulan anak muda ini pun tergerak membantu kendaraan tersebut mendapatkan ruang.

Mereka yang menamai OPA (Organisasi Patwal Ambulance) ini murni untuk tujuan sosial. Tidak ada imbalan yang diminta atas bantuan diberikan.

Organisasi yang terbentuk awal 2018 dengan jumlah anggota mencapai 100 orang saat ini siap membantu supir ambulans ketika dibutuhkan.

Organisasi ini memfokuskan pengawalan dari luar kota menuju rumah sakit besar yang ada di Medan.

Satu unit mobil ambulans biasanya di kawal tiga sepeda motor dengan kelengkapan sesuai standar untuk memperkecil resiko kecelakaan.

“Awal terbentuk anggotanya hanya 10 orang. Sekarang sudah 100 orang dan tersebar di beberapa daerah seperti, Medan, Binjai, Berastagi. Kemungkinan akan dibentuk di Dairi dan Siantar,” ungkap Wakil Ketua OPA, Okto kepada kaldera.id akhir pekan lalu.

Untuk mendapatkan bantuan mereka, dibuat grup whats app yang beranggotakan supir ambulans dan member OPA.

Dari grup itulah komunikasi dijalin dan diketahui apakah membutuhkan bantuan atau tidak.

“Jika ada pasien yang sekarat dan membutuhkan pengawalan disampaikan melalui grup tersebut,” ucapnya.

Meskipun pekerjaan ini beresiko tinggi karena harus membelah kemacetan dan melaju dengan kecepatan tinggi, mereka tetap senang melakukannya.

Tidak hanya resiko kecelakaan, cacian dan makian juga kerap didapat dari pengguna jalan lain.

Semua itu tetap dilakukan dengan ikhlas karena kembali ke tujuan awal dibentuknya organisasi tersebut. Untuk memberikan bantuan kepada yang membutuhkan. Pasien sekarat bisa mendapatkan penanganan dokter secepatnya.

“Semua itu karena tujuan menyelamatkan pasien sekarat yang membutuhkan penanganan dokter secara cepat. Ucapan terima kasih dari keluarga pasien sudah cukup bagi kami,” katanya.

Diakuinya tantangan paling besar dihadapi dalam melakukan pengawalan adalah kemacetan dan pengendara lain tidak memberikan ruang.

Bahkan, mereka pernah mengalami pengalaman buruk ketika melakukan pengawalan dari Berastagi menuju Medan. Akibat macet panjang dan pengendara lain tidak memberikan ruang si pasien meninggal di jalan.

“Untuk saat ini kami lebih bersyukur karena masyarkat sekarang sudah lebih mengerti tentang keberadaan ambulans di jalan. Masyarakat juga sudah paham keberadaan pengawal karena organisasi serupa semakin banyak,” tambahnya.(iqbal maulana/kaldera/pkl/ars)