Dekan FE Unimed: Pandemi Corona, Ekonomi Indonesia dalam Bahaya

Prof. Indra Maipita, dekan Fakultas Ekonomi Unimed, saat membuka sidang skripsi secara daring (dalam jaringan) di jurusan manajemen FE Unimed, Senin (6/4/2020)
Prof. Indra Maipita, dekan Fakultas Ekonomi Unimed, saat membuka sidang skripsi secara daring (dalam jaringan) di jurusan manajemen FE Unimed, Senin (6/4/2020)

MEDAN, kaldera.id – Prof. Indra Maipita, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan (Unimed), mengungkapkan pandemi corona atau covid-19 yang belum terkendali melumpuhkan semua sektor perekonomian Indonesia.

“Begini ya, kalau dengan kondisi sekarang saja pun kita lihat kurs dolar AS yang sudah sampai di Rp16.000 mendekati Rp17.000 itu sudah membahayakan.

Apalagi dengan virus corona ini,” jelas Prof. Indra Maipita, Senin (6/4/2020) sesaat setelah menutup sidang skripsi daring (dalam jaringan) via google meet atas nama Latifah Sulha, mahasiswa manajemen FE Unimed.

Hadir juga dalam sidang meja hijau daring tersebut Dr. T Teviana, ketua jurusan manajemen, Hendra Syahputra, sekretaris jurusan serta para dosen penguji.

“Dengan posisi normal saja sebenarnya ekonomi Indonesia tahun ini tidak begitu menggembirakan. Proyeksi kita kan tahun ini masih akan berat mendorong pertumbuhan. Ditambah lagi virus corona. Makin sulit,” tuturnya.

Prof. Indra Maipita sepaham jika kemudian pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa ke level minus 0,4 persen seperti yang disampaikan Menkeu Sri Mulyani. “Ini posisi kita gawat.

Kalau virus ini tidak cepat berlalu, kondisi masyarakat terbawah akan sangat mengkhawatirkan. Gejolak sosial bisa terjadi,” jelasnya.

“Tergantung seberapa lama pemerintah bisa mengendalikan. Saya takut seperti di Italia. Begitu pemerintahnya menyatakan lockdown masyarakatnya malah mudik.

Pandemi Virus Corona Belum Terkendali

Lihat sekarang di Italia berapa banyak korban tewas dalam sehari,” ungkapnya.
“Nah ini kan mau lebaran. Kebijakan pemerintah soal mudik saja tarik ulur.

Tidak jelas batasannya. Kalau nanti masyarakat masih mudik pasca lebaran, setelah itu akan terjadi lonjakan lagi. Sebulan setelah mudik jumlah penderita bisa lebih banyak,” ungkapnya.

Ya beruntung saja Indonesia berada di negara geografis yang mungkin membantu iklim menghambat sedikit persebaran virus, tutur Prof. Indra. “Tapi jika perpindahan masyarakat terlalu tinggi, tidak mendukung phisical distancing, bahaya kita,” tambahnya.

Satu hal lagi, Prof. Indra Maipita pun kecewa dengan tidak adanya kolaborasi penelitian yang dilakukan oleh instansi, perguruan tinggi dan para pakar. “Ini semua melakukan penelitian.

Masing-masing ingin mencari antivirus, semua bertindak sendiri – sendiri mempublikasi laporan mereka. Ini bagaimana. Harusnya kolaborasi.

Sama-sama dicari obatnya apa. Dengan begitu hasilnya jadi lebih maksimal,” tuturnya.
Dia memperkirakan persebaran virus covid-19 kelak bisa diselesaikan jika pemerintah konsisten dengan kebijakannya, masyarakat memiliki pemahaman untuk menyetop persebaran lantas perguruan tinggi dan para peneliti berkolaborasi mencari obatnya.

“Kalau semua masing-masing saya yakin tiga bulan ke depan pun sulit kita kendalikan,” tuturnya. Artinya semakin lama virus ini bertahan semakin sulit pula Indonesia keluar dari tekanan ekonomi yang kian hari semakin berat, tutup Prof. Indra.(armin nasution)