MEDAN, kaldera.id- Yayasan Pusaka Indonesia (YPI) menilai industri rokok telah melakukan berbagai cara manipulatif untuk menyasar para anak dan remaja, mulai dari beasiswa, olahraga hingga berbagai konser musik yang juga dibiayai oleh industri rokok.
Industri tembakau disebut telah menjadikan anak-anak dan remaja sebagai target pasar mereka. Apalagi berdasarkan data dari Riskesdas 2018 menunjukan peningkatan angka prevalensi perokok usia 10 hingga 18 tahun di Indonesia, dari 7,2 % di tahun 2013 menjadi 9,1 % di tahun 2018.
Ketua Badan Pengurus YPI, OK Syahputra Harianda mengatakan bahwa taktik yang dilakukan industri tembakau sangat kejam. Di beberapa negara, lanjutnya, pemasaran tembakau bahkan tak diatur oleh regulasi terkait.
“Tetapi di Indonesia, Kita bisa menemukan dan mendapatkan rokok dengan begitu mudahnya di mana saja, karenanya tidak heran jika Indonesia berada di posisi ketiga Negara dengan jumlah perokok tertinggi di dunia setelah China dan India, dengan tingkat konsumsi rokok tertinggi ke dua di dunia setelah China. kata OK Syahputra lewat rilis yang diterima kaldera.id, Rabu (3/6/2020).
Industri tembakau, kata OK Syahputa, jelas-jelas menargetkan remaja sebagai target pasarnya. Fakta yang ada di lapangan saat ini adalah sebanyak 90 persen perokok memulai kebiasaan merokoknya sebelum usia 18 tahun. “Dan itu disengaja, bukan sebuah ketidaksengajaan,” tegas dia.
YPI pun turut mendukung tema Hari Tanda Tembakau Sedunia (HTTS) 2020 yang digaungkan Kementerian Kesehatan RI dalam mencegah anak dan remaja Indonesia dari bujukan industri rokok.
Sementara itu, Koordinator Advokasi Pengendalian Tembakau YPI, Elisabeth menyerukan pada semua sektor untuk membantu menghentikan taktik pemasaran industri tembakau dan industri-industri lainnya yang berbahaya bagi anak dan remaja. Hal ini penting untuk tetap menjaga kualitas generasi penerus bangsa.
“Jika sejak muda telah mengkonsumsi rokok yang jelas berbahaya bagi kesehatan, kaum remaja akan gampang terjebak untuk menggunakan narkotika dan zat adiktif lainnya,” sebutnya.
Menurutnya agrevitas industri rokok dengan mudah disaksikan di televisi, media daring, deretan billboard di jalan, panggung pentas musik dan umbul-umbul yang meramaikan berbagai lapangan olahraga dengan berbagai tagline, bahkan sampai pada playing as the victim dengan mengkambing hitamkan buruh dan petani tembakau.
“Jadi harus diwaspadai oleh semua pihak, dan masyarakat khususnya kaum muda harus disadarkan tentang bahaya dan segera menghentikan konsusmi rokok,” tegasnya.
Ditambahkan Elisabet bahwa bahaya rokok tidak hanya ditanggung oleh generasi saat ini, tetapi juga memengaruhi satu generasi yang akan datang. Zat kimia dalam asap rokok akan terus mengikuti rantai kehidupan perokok hingga turun ke anaknya.
Lomba Video Kreatif
Dalam rangka memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, YPI menyelengarakan lomba video kreatif berdurasi dua menit dengan tema Rumah Sehat Tanpa Rokok.
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi dan edukasi kepada para perokok tentang bahaya merokok di ruang lingkup rumah. Hasil video krestif dapat dikirim langsung ke email Pusaka Indonesia ke [email protected] Peserta akan mendapatkan souvenir dan total hadiah enam juta rupiah. (finta rahyuni)