IDAI Sumut Minta Sekolah Tak Dibuka Hingga Desember 2020

Penasehat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumatera Utara (Sumut) Guslihan Dasa Tjipta saat melakukan pertemuan bersama Edy Rahmayadi di Pendopo Rumah Dinas Gubernur, Senin (8/6/2020).
Penasehat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumatera Utara (Sumut) Guslihan Dasa Tjipta saat melakukan pertemuan bersama Edy Rahmayadi di Pendopo Rumah Dinas Gubernur, Senin (8/6/2020).

MEDAN, kaldera.id – Penasehat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumatera Utara (Sumut) Guslihan Dasa Tjipta menyampaikan usulan dan masukan kepada Pemprov Sumut untuk kemudian bisa dikaji guna menentukan apakah New Normal bisa atau tidak diterapkan pada proses belajar mengajar siswa. Salah satunya untuk tidak membuka sekolah hingga Desember 2020.

Guslihan menyebut, hal ini dilakukan guna mengantisipasi lonjakan tahap kedua penyebaran Covid-19 yang kemungkinan bisa terjadi pada periode Juli hingga Desember 2020.

“Pertama, kami setuju bila rumah dijadikan tempat pembelajaran bagi anak. Pemerintah bisa menerapkan pembelajaran dengan metode jarak jauh, guna mengantisipasi lonjakan tahap kedua yang mungkin bisa terjadi pada periode Juli hingga Desember.

Jadi anjurannya kepada Pemprov untuk tidak membuka sekolah hingga Desember,” ujarnya saat melakukan pertemuan bersama Edy Rahmayadi di Pendopo Rumah Dinas Gubernur, Senin (8/6/2020).

Guslihan melanjutkan, yang paling penting dalam menerapkan New Normal adalah bila epidemiologi Covid-19 menunjukan tren menurun.

“Sebagai syarat untuk membuka sekolah yang harus dipenuhi adalah tren Covid-19 di Sumut menunjukan penurunan, tapi yang paling direkomendasikan adalah menerapkan model belajar sistem universitas terbuka,” tambahnya.

Kasus Covid-19 di Sumut Pada Anak Masih Tinggi

Staf pengajar di Fakultas kedokteran (FK) Universitas Sumatera Utara (USU) Putri Chairani Eyanoer memaparkan, berdasarkan data-data di Indonesia, khususnya di Sumut, bisa dilihat bahwa sampai hari ini angka kejadian Covid-19 pada anak masih cukup tinggi.

“Secara global kasus Covid-19 pada anak bila dirata-ratakan di setiap negara berada dipersentase 1 persen, namun negara yang paling banyak terjadi kasusnya adalah Amerika dan Indonesia, kasus Covid-19 pada anak di Indonesia sekitar 7 persen dari total kasus yang ada,” terangnya.

Putri menjelaskan ada lima daerah di Indonesia yang tinggi kasus Covid-19 pada anak, yakni Jakarta, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat.

“Sumut tidak termasuk bukan berarti jumlah kasus Covid-19 pada anak rendah, sebab Sumut tidak pernah melakukan rapid test massal pada anak seperti yang dilakukan Sumsel dan NTB, jadi Sumut tidak boleh menurunkan kewaspadaanya terhadap Covid-19 terkhusus pada anak,” tambahnya.

Sementara itu, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi mengatakan belum akan memberikan izin untuk siswa kembali beraktivitas di sekolah. Hal ini disampaikannya mengingat banyaknya spekulasi yang beredar terkait jadwal sekolah siswa.

“Saya katakan kepada Dinas Pendidikan, saya gubernur dan saya belum izinkan anak sekolah untuk mulai beraktivitas di sekolah. Anak itu adalah segala-galanya bagi orang tua, dan saat ini saya adalah ayah dari semua anak-anak yang ada di Sumut,” tegasnya. (finta rahyuni)