"Sri Bilah", Harimau Sumatera yang Dievakuasi di Tapsel Alami Malnutrisi

MEDAN, kaldera.id – Harimau Sumatera yang dievakuasi di Desa Tapus Sipagimbal, Kecamatan Aek Bilah, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) mengalami malnutrisi.

Harimau yang diberi nama “Sri Bilah” itu berjenis kelamin betina dengan perkiraan umur 2-3 tahun.

Setelah dievakuasi, si raja hutan ini langsung diobservasi ke Sanctuary Harimau Barumun Nagari untuk pengecekan kondisi kesehatannya. Pengecekan dilakukan oleh drh Anhar Lubis bersama Tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam( BKSDA) Sumatera Utara (Sumut) dan tim medis dari Sanctuary Harimau Barumun.

Kepala BKSDA Sumut, Hotmauli Sianturi, menyebut berat badan harimau tersebut hanya 45,2 kilogram. Berat ini menurun dari berat badan harimau seusianya yang mencapai 60 kilogram.

“Secara umum kondisinya sehat namun mengalami malnutrisi sehingga tubuhnya
terlihat agak kurus akibat tidak mendapatkan pakan yang cukup. Semestinya dengan umur 2-3 tahun minimal diatas 60 kilogram,” katanya, Senin (31/8/32020).

Dikatakan Hotmauli, “Sri Bilah” juga mengalami dehidrasi dan anemia yang mengakibatkan kondisinya terlihat lemah. Selain itu banyak ditemukan parasit externa (kutu) pada tubuhnya.

“Sedangkan hasil laboratorium pemeriksaan darah menunjukkan bahwa eritrosit menurun yang menandakan terjadinya anemia pada Harimau ini. Disamping itu, ada beberapa komponen darah yang merujuk bahwa harimau mengalami anemia,” tambahnya.

Harimau tersebut sampai saat ini masih dalam observasi tim medis. Pemeriksaan
kesehatan lanjutan juga terus dilakukan untuk melihat perkembangan kondisinya pasca pengobatan pertama, terutama pemeriksaan fungsi hati, dengan melakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium nantinya.

Harimau Sumatera yang Dievakuasi Alami Malnutrisi

“Kemudian juga monitoring berkaitan dengan nafsu makan, agresifitas serta pergerakannya, tetap dilakukan oleh tim medis. Apabila hasil pemeriksaan akhir tim medis nantinya menyatakan bahwa kondisinya dalam keadaan sehat serta direkomendasikan layak untuk dilepasliarkan,” ujarnya.

Terkait lokasi pelepasliaran harimau itu, Hotmauli mengatakan masih dalam proses survei oleh BKSDA Sumut. “Masih kami lakukan assesmen, alternatif bisa di Taman Nasional Gunung, namun masih ada alternatif lain,” pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, harimau itu dievakuasi karena beberapa kali muncul di hutan yang sering didatangi warga. Usai menerima laporan warga, tim BKSDA langsung turun ke lokasi pada Sabtu (22/8/2020) bersama-sama dengan petugas Koramil setempat. Tim kemudian memasang perangkap mengingat konflik tersebut sudah mengkhawatirkan warga.

Upaya yang dilakukan tim pun berhasil, pada Senin (24/8/2020), Harimau Sumatera
tersebut masuk ke dalam kandang jebak (perangkap) dan selanjutnya dilakukan evakuasi. (finta rahyuni)