MEDAN, kaldera.id – Perjuangan Muyasaroh, peserta Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) ke-37 Sumatera Utara (Sumut) asal Labuhan Batu Utara (Labura) harus terhenti setelah menolak membuka cadar oleh dewan juri.
Perempuan yang bisa dipanggil Muyasaroh ini, mengaku sempat syok. Pasalnya, proses latihan yang dilalukannya dalam kurun waktu dua bulan lebih ini harus berakhir di mimbar MTQ.
Pada MTQ, ia menyebut mengambil cabang Tafsir Bahasa Arab, untuk mengambil cabang ini, peserta harus hafal 30 Juz Al-Qur’an. Selain itu, ia juga harus membaca beberapa buku karangan ulama.
“Bukan hanya tahfiznya yang diuji tapi juga tafsirnya, jadi mesti baca buku lagi, baca kitab karangan ulama lagi. Namun ketika tampil dipanggung terjadi kejadian diluar dugaan, makanya agak syok. Kalau misalnya lombanya spontanitas tidak masalah. Tapi ini kan butuh proses panjang,” ujarnya kepada kaldera.id, Kamis (10/9/2020).
Ia bercerita, pada saat sebelum menaiki mimbar, pihak panitia tidak ada melakukan pemeriksaan. Setelah menaiki mimbar, Ia mengaku sempat termenung beberapa saat setelah disuruh membuka cadar oleh dewan hakim.
Setelah beberapa menit berpikir, ia kemudian memutuskan untuk tidak menuruti permintaan dewan juri dan memilih untuk di diskualifikasi.
“Ketika sudah di panggung disitulah baru terjadi dialognya, “silahkan dibuka cadarnya” kata dewan juri, makanya beberapa detik saya termenung kenapa harus buka cadar?. Hingga akhirnya saya mengatakan ‘Maaf ya ustad saya tidak bisa membuka cadar ini’, ujarnya.
Syok, Menolak Disuruh Tampil Lagi
Dengan perasaan kecewa ia lalu turun dari mimbar dan langsung meninggalkan lokasi MTQ. Muyasaroh mengaku, sudah beberapa kali mengikuti MTQ, namun ia menyebut tidak pernah ada larangan untuk menggunakan cadar kepada peserta.
“Saya sudah sering mengikuti MTQ, tahun sebelumnya tidak ada masalah, baik di Medan, di Sumatera utara lah pada umumnya, tidak ada mempermasalahkan itu,” bebernya.
Dikatakannya, setelah dirinya meninggalkan lokasi MTQ, ia sempat dihubungi oleh pihak panitia untuk kembali tampil sebagai peserta. Namun permintaan itu ditolaknya, ia mengaku sudah tidak siap secara psikologi usai mendengar pernyataan dewan hakim yang menyuruhnya membuka cadar.
“Malamnya mereka juga menelpon abang ipar saya agar saya bersedia untuk tampil lagi. Namun saya menolak, saya juga pas itu sedang sakit,” tambahnya.
Meski begitu ia mengaku sudah bisa menerima dengan ikhlas meski sudah tidak ikut bertanding lagi sebagai peserta MTQ.
“Sudah ikhlas, yang penting tetap Istiqomah saja,” pungkasnya. (finta rahyuni)