MEDAN, kaldera.id – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menggelar diskusi kelompok terumpun sinkronisasi regulasi antar pusat dan daerah dalam bidang pariwisata.
Acara ini diselenggarakan di Hotel Karibia, Jalan Timor, Kota Medan, Jumat (2/10/2020). Diskusi ini turut mengundang akademisi dan perwakilan dari Badan Otorita Danau Toba.
Acara ini digelar dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, terlihat di pintu masuk disediakan handsanitizer dan alat pengecekan suhu tubuh. Para peserta juga diwajibkan memakai masker dan faceshield yang sudah disediakan oleh panitia. Mereka juga diatur berjarak antara satu kursi dengan kursi yang lainnya.
Koordinator sinkronisasi regulasi pusat dan daerah bidang pariwisata, Santoni, berharap acara ini bisa mengoptimalkan sinkronisasi regulasi sehingga lebih memaksimalkan jalannya program yang dibangun oleh Kemenparekraf.
“Satu terkait dengan Undang-Undang nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan dan Undang-Undang nomor 24 tahun 2019 tentang ekonomi kreatif. Kedua Undang-Undang ini mungkin yang nomor 10 sudah berjalan.
Pas di bulan Januari itu kan gabung pariwisata dengan ekonomi kreatif, jadi kita mensinkronkan bahwa ini lah program ekonomi kreatif yang dibangun oleh pariwisata. Jadi kami sosialiasi ke daerah apakah sudah pas atau belum, artinya Perda nya sudah ada yang disusun atau belum,” ujarnya.
Dikatakannya, acara ini akan digelar ke seluruh provinsi di Indonesia. Namun, menurutnya sinkronisasi ini masih terbatas di beberapa daerah karena kondisi pandemi Covid-19, terlebih menurutnya daerah yang menerapkan PSBB.
Kemenparekraf Gelar Diskusi Terumpun
“Ada beberapa juga yang belum kami sinkronisasikan karena adanya wabah Covid ini. Kami juga agak keterbatasan karena adanya PSBB, ada beberapa aturan protokol yang harus kita lewati jadi belum bisa kemana-mana. Namun kita komitmen akan menyelusuri ke seluruh provinsi di Indonesia,” ucapnya.
Santoni menyebut pihaknya memprioritaskan Sumut dibandingkan beberapa daerah lainnya karena menurutnya Sumut memiliki destinasi prioritas seperti Danau Toba. Selain itu, Sumut juga memiliki budaya yang sangat beragam untuk diangkat.
“Karena kita lihat titik sentral ya, seperti Toba itu destinasi perioritas. Provinsi ini kan sebagai induknya, program apa yang nanti yang akan disinkronkan ke daerah sekitar Toba seperti Balige, karena saya lihat disini etnik sangat khas, banyak budaya-budaya yang harus diangkat,” jelasnya.
Ia mengatakan, pihaknya saat ini juga tengah fokus untuk kembali mendongkrak ekonomi pariwisata yang menurun semenjak pandemi Covid-19 dengan lebih memfokuskan kepada penerapan protokol kesehatan secara ketat.
“Jadi pariwisata saat ini sangat terpuruk. Namun, kita berlahan untuk fokus kepada ekonomi kreatif nya dulu, untuk dunia pariwisata nya tentang protokol kesehatannya diperketat jadi pengunjung yang datang nyaman, seperti memakai masker, menjaga jarak dan lain-lainnya.
Mungkin disitu ada nilai-nilai lebih bahwa dunia pariwisata kita ini memang protokolnya dan pengawasannya bagus baik pusat maupun di daerah,” pungkasnya. (finta rahyuni)