MEDAN, kaldera.id- Prof. Indra Maipita, dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan (FE-Unimed) dipercaya memoderatori seminar nasional yang diselenggarakan Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia serta Badan Supervisi Bank Indonesia.
Seminar yang digelar, Senin (3/5/2021) melalui zoom meeting itu dihadiri lebih dari 2.000 dosen seluruh Indonesia. Di forum itu juga hadir para pejabat BI, para rektor, dekan FE seluruh Indonesia serta peserta lainnya.
Indra Maipita dipercaya menjadi moderator di sesi pertama dengan pembicara Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti dan Rektor UI Prof. Ari Kuncoro. Menurut Indra Maipita, seminar dengan thema game changer dan resiliensi ekonomi itu mengupas kebijakan fiskal dan moneter di Indonesia di masa pandemic.
Selama ini sudah banyak strategi dijalankan oleh pemerintah lewat kebijakan fiskal kemudian dipadukan dengan kebijakan moneter yang digagas Bank Indonesia. Sehingga seminar ini sebenarnya untuk melihat apa pandangan para akademisi terhadap semua bauran kebijakan tersebut.
Dia mengatakan di sesi satu Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti memaparkan secara umum kondisi ekonomi global yang ternyata saat ini sudah dimotori oleh AS untuk bangkit dari pandemi. Tentu saja efek global ini nantinya akan berpengaruh kepada kondisi kebijakan di Indonesia.
Itu yang kemudian, kata Indra Maipita membuat IMF dan World Bank mengubah acuan pertumbuhan ekonomi globalnya direvisi. Ini semua berasal dari percepatan pemulihan ekonomi AS yang akan berpengaruh kepada semua negara.
Sedangkan Prof. Ari Kuncoro sebagai akademisi dari UI melihat lebih jauh efektivitas kebijakan tersebut. “Kita lihat bagaimana Prof. Ari Kuncoro membedah semua kebijakan tersebut serta langkah apa saja yang akan diperlukan ke depannya untuk membuat semua kebijakan yang dilakukan menjadi efektif. Karena bauran antara kebijakan fiskal dan moneter memang harus disimulasikan untuk melihat kondisi riil ekonomi Indonesia ke depan.”
Ari Kuncoro juga membahas PPKM untuk menghadapi pandemic. “Bahkan saya lihat Indonesia menghadapi resurgensi pandemic sebagai dampak libur panjang. Kebijakan ini salah satu contoh yang mencoba mengakomodasi ekspektasi kelas menengah atas dan bawah sekaligus,” katanya.
Dalam seminar sesi kedua menghadirkan Misbakhun, anggota DPR RI komisi XI dan Dekan FEB Univesitas Bengkulu Retno Agustina Ekaputri dengan moderator Nunung Nuryantono, anggota Badan Supervisi BI.
Acara seminar ini dibuka oleh Prof. Suharnomo Ketua DPN AFEBI. Kemudian dilanjutkan Ketua Badan Supervisi BI M Edhie Purnawan. Menurut Edhie, seminar nasional ini ditujukan untuk mengkaji dan mengkritisi kebijakan fiskal pemerintah selama pandemic. Termasuk kebijakan moneter dari BI.
“Karena kedua kebijakan ini menjadi lokomotif penyelesaian persoalan kesehatan dan perekonomian. Pola kordinasi pemerintah dengan BI sudah seperti apa dan diharapkan semua akademisi memberikan saran dan rekomendasi terhadap semua yang sudah dijalankan,” katanya.
Menurut Edhie, pandemic covid-19 sudah menambah masalah di seluruh negeri dalam jangka pendek dan jangka panjang. Itu terlihat dari turunnya produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain utang luar negeri terus meningkat, ketimpangan pun makin melebar.
Kebijakan makro dan fiskal sudah dilakukan di Indonesia dengan tujuan melihat ekonomi yang lebih tangguh dan resilience serta inklusif agar tahan diterpa krisis. “Atau kalaupun kita tetap kena krisis seberapa lama bisa pulih, tujuannya agar ekonomi ke depan tetap berjalan,” paparnya.(armin nasution)