Site icon Kaldera.id

Pemahaman Covid-19 dan Vaksinasi harus Diperkuat di Masyarakat

Akademisi dari tiga kampus berkolaborasi dalam webinar pengabdian masyarakat "Komunikasi Kesehatan Seputar Pemahaman tentang Covid-19 dan Vaksinasi" yang digelar Satu Atap Communication secara virtual, Jumat (9/7/2021).

Akademisi dari tiga kampus berkolaborasi dalam webinar pengabdian masyarakat "Komunikasi Kesehatan Seputar Pemahaman tentang Covid-19 dan Vaksinasi" yang digelar Satu Atap Communication secara virtual, Jumat (9/7/2021).

MEDAN, kaldera.id- Akademisi dari tiga kampus berkolaborasi dalam webinar pengabdian masyarakat “Komunikasi Kesehatan Seputar Pemahaman tentang Covid-19 dan Vaksinasi” yang digelar Satu Atap Communication secara virtual, Jumat (9/7/2021).

Acara ini digelar dalam rangka memberikan edukasi kepada masyarakat seputar Covid-19. Webinar kali ini adalah series kedua dari acara sebelumnya.

Sejumlah narasumber yang turut diundang diantaranya, Dr. Nadra Ideyani Vita M.Si (Dosen Universitas Medan Area) Magdalena Ginting, SKM, S.Kep.Ns, M.Kes (Dosen Universitas Darma Agung) dan Dr. Irene Silviani, MSP (Dosen Universitas Darma Agung) serta dimoderatori oleh Agnita Yolanda, B.Comm, M.Sc, CPSP (Dosen Universitas Medan Area).

Dr Nadra Ideyani yang membahas tentang Komunikasi Kesehatan dalam Menggerakkan Sadar Sehat di Masa Pandemi Covid-19 mengatakan bahwa, dalam menyampaikan pesan seputar Covid-19 kepada masyarakat harusnya komunikator sudah terlebih dahulu memahami pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat.

Sehingga menurutnya, pesan yang disampaikan dapat diterima oleh masyarakat.

Ada beberapa strategi komunikasi mitigasi Covid-19 yang disampaikan oleh Nadra, yaitu pendekatan komunikasi yang dilakukan harus disesuaikan dengan zona keterpaparan, perlu komunikasi yang sinkron antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dan identitas serta profil penyampaian pesan perlu dipertimbangkan agar komunikasi tepat sasaran.

Selain itu, lanjut Nadra komunikator yang menyampaikan pesan juga harusnya memperhatikan penggunaan bahasa yang tepat untuk setiap tingkatan masyarakat.

“Misalnya penggunaan kata new normal, WFH, social distancing dan lainnya. Masyarakat awam kan tidak paham dengan bahasa seperti ini, mereka mengira new normal itu sama dengan kehidupan sbeelum Covid-19. Jadi dalam berkomunikasi itu gunakanlah bahasa yang mudah dipahami,” ujarnya.

Sementara itu, Magdalena Ginting, SKM, S. Kep. Ns, M.Kes menyampaikan bahwa ada sejumlah antisipasi yang bisa dilakukan untuk melindungi diri dari Covid-19. Diantaranya, sering mencuci tangan, menjaga jarak dan memastikan orang disekitar juga menjalankan protokol kesehatan.

Lebih lanjut Magdalena Ginting menyebutkan, antisipasi juga dapat dilakukan dengan menghindari pergi ke tempat-tempat ramai, menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut serta tetap berada dirumah dan melakukan isolasi mandiri jika terdapat gejaal ringan seperti batuk, flu dan demam ringan.

“Selain itu, pemberian vaksin kepada masyarakat juga menjadi salah satu upaya untuk membentengi diri dari Covid-19,” sebutnya.

Kemudian, Dr. Irene Silviani, MSP mengatakan seorang yang akan menyampaikan pesan harus memperhatikan beberapa unsur diantaranya, usia, gender, pendidikan dan budaya. Faktor ini menurutnya sangat penting dalam efektivitas penyampaian pesan yang ingin disampaikan.

“Mengenali lingkungan yang akan kita sampaikan pesan akan sangat mempengaruhi pesan komunikasi tersampaikan atau tidak,” jelasnya. (finta rahyuni)

Exit mobile version