MEDAN, kaldera.id- Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi melantik Jafar Sukhairi Nasution dan Atika Azmi Utammi sebagai Bupati/Wakil Bupati Mandailing Natal (Madina) di Aula Tengku Rizal Nurdin Jalan Jenderal Sudirman Medan, Kamis (22/7/2021).
Mereka ditetapkan sebagai pemenang usai Mahkamah Konsitusi (MK) menolak permohonan sengketa yang diajukan oleh pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Mandailing Natal (Madina) nomor urut 2 Dahlan Hasan Nasution-Aswin.
Namun, ada yang menarik dengan pasangan ini. Jafar Sukhairi yang sebelumnya merupakan Wakil Bupati dari Dahlan Hasan Nasution kini berpasangan dengan sosok perempuan yang istimewa. Atika menjadi wakil bupati termuda di Indonesia dan masih berstatus lajang.
Atika Nasution lahir di Kotanopan, Kabupaten Madina pada, 1 Desember 1993 lalu. Kini ia genap berusia 27 Tahun.
Atika Nasution merupakan lulusan luar negeri, yaitu dari Sydney Australia. Ia menempuh pendidikan S1 di Bachelor Of Applied Finance Sydney Australia dan pendidikan S2 di Master Of Finance Sydney Australia.
Ia sendiri masuk politik pada tahun 2017 lalu, setelah pulang dari Australia dengan tujuan membangun kampung halamannya, yaitu Kabupaten Madina.
Cita-cita Atika Nasution pun mendapat sambutan positif dari tiga partai di Madina, dan menduetkannya dengan Jakfar Sukhairi Nasution di Pilkada Madina pada Desember 2020 lalu.
Usai dilantik oleh Edy Rahmayadi, keduanya mengatakan akan segera melakukan konsolidasi dengan Muspida (Musyawarah Pimpinan Daerah) terkait pembangunan di Madina. Termasuk, tambang emas ilegal yang semakin marak di daerah itu.
“Dalam waktu dekat karena ini menyangkut lingkungan, kami akan melakukan rapat koordinasi dengan unsur Muspida terkait persoalan tambang di Madina. Terutama tambang Mercuri yang sangat mengkwatirkan bagi kesehatan kita,” ujar Bupati Madina Jafar Sukhairi.
Sementara itu, Wakil Bupati Madina Atika Azmi Utammi mengatakan dalam 100 hari kerja sebagai Bupati/Wakil Bupati Madina, keduanya akan fokus terkait pembenahan pelayanan publik dan penataan birokrasi serta penataan tata kota.
Selain itu, keduanya juga telah mempersiapkan program berkelanjutan terkait pelayanan publik berbasis aplikasi. Sehingga lebih memudahkan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan publik yang baik.
“Jadi bukan hanya 100 hari, ada juga nanti pelayanan publik berbasis aplikasi. Misalnya, mengantri di rumah sakit sudah dari handphone itu kita sediakan, di Dukcapil juga. Kita memaksilmalkan teknologi,” kata Atika. (finta rahyuni)