MEDAN, kaldera.id- Pidato Pengantar RAPBN 2022 beserta nota Keuangan yang disampaikan Presiden Joko Widodo pada Rapat Paripurna DPR RI 16 Agustus 2021 lalu mengkonfirmasi bahwa kondisi perekonomian tahun 2022 diliputi ketidakpastian dengan target pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5,0-5,5 persen. Anggota Komisi XI DPR RI Gus Irawan Pasaribu mengingatkan agar porsi APBN tahun depan ideal dengan harus realistis dan sesuai kondisi pemulihan ekonomi.
“Perkiraan tersebut harus mempertimbangkan faktor dalam dan luar negeri serta pertumbuhan ekonomi, hendaknya juga mampu mendorong pengurangan kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan,” kata Gus Irawan Pasaribu kepada wartawan, Kamis (19/8/2021).
Dia menilai dari sisi pengeluaran besarnya kontribusi konsumsi rumah tangga dan investasi menjadikan keharusan bagi pemerintah untuk peduli kebijakan terhadap perekonomian masyarakat. “APBN 2022 benar-benar harus menjadi stimulus efektif dalam peningkatan serta melindungi daya beli masyarakat dan pemerintah harus menjaga iklim investasi tetap kondusif bagi dunia usaha agar pertumbuhan ekonomi bisa tercapai dengan baik” terangnya.
Ketua DPD Gerindra Sumut ini juga menyatakan transformasi struktural juga masalah penting yang harus diatasi selain pandemi covid-19 seperti kualitas SDM yang rendah, infrastruktur belum memadai, produktivitas rendah, birokrasi dan regulasi yang tidak efisien serta praktek moral hazard korupsi. “Perbaikan kualitas SDM, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi harus menjadi bagian sentral dalam peningkatan produktivitas maupun daya saing Indonesia” kata Gus Irawan.
Dia melanjutkan tingkat kualitas APBN dan kesinambungan fiskal masih rendah dengan indikasi rasio pajak terhadap PDB (Tax Ratio) selama 10 tahun terakhir selalu mengalami penurunan dan relatif rendah dibanding negara G20 dan ASEAN-6. “Target Tax Ratio di kisaran 8,37-8,42 persen itu rendah, makanya langkah-langkah reformasi perpajakan yang menjunjung prinsip berkeadilan, komprehensif dan berkesinambungan perlu segera diwujudkan” katanya.
Anggota dewan asal Sumut itu menuturkan penguatan spending better dalam penataan APBN 2022 melalui pengendalian belanja agar lebih efisien, produktif dan menghasilkan multiplier effect yang kuat dalam meningkatkan kesejahteraan dengan cara mendukung program prioritas, mendorong efisiensi kebutuhan pasar, dan menjaga pelaksanaan anggaran berbasis hasil (result-based).
“Mengingat ruang fiskal yang menyempit sebagai akibat meningkatnya belanja yang bersifat mengikat (operasional dan birokrasi). Belanja subsidi harus terus ditransformasi dari berbasis komoditas menjadi berbasis orang agar semakin efektif dan tepat sasaran (by name by address), guna membantu masyarakat miskin yang membutuhkannya” tuturnya.
Gus menyampaikan bahwasannya APBN 2022 merupakan APBN transisi menuju pelaksanaan APBN normal pada ahun 2023, defisit anggaran kembali di bawah 3 persen sebagaimana amanah konstitusi. Kebijakan tersebut segera diikuti dengan langkah konsolidasi fiskal secara bertahap dan berkesinambungan, mampu mendorong keseimbangan primer bergerak menuju positif dalam jangka menengah dan menjaga rasio utang terhadap PDB dalam batas psikologis yang aman dan terkendali. (finta rahyuni)