JAKARTA, kaldera.id- Anggota Komisi XI DPR RI Gus Irawan Pasaribu menilai rendahnya inflasi hingga Agustus 2021, disebabkan karena keberhasilan Bank Indonesia (BI) dalam mengendalikan harga. Sebab, menurut dia , inflasi dapat dimaknai seperti dua sisi berbeda dari mata uang yang sama.
“Pertama, inflasi rendah bisa dimaknai sebagai keberhasilan pemerintah dan BI dalam menjaga stabilitas harga. Namun, yang kedua, inflasi rendah ini juga dapat terjadi akibat rendahnya daya beli masyarakat karena kondisi perekonomian yang belum benar-benar pulih,” ujar Gus Irawan dalam dalam Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Gubernur BI terkait evaluasi semester I kinerja BI, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (14/9/2021).
Menurut politisi Gerindra itu, saat pandemi masih berlangsung, daya beli masyarakat belum benar-benar pulih. Jika daya beli tersebut sudah kembali, jelasnya, pasti angka inflasi cenderung bergerak naik. “Sehingga, kami mohon agar BI jangan dulu klaim rendahnya inflasi ini karena keberhasilan BI kendalikan harga. Namun harus benar-benar dikaji secara tepat,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, dia menilai rendahnya inflasi sebagai suatu prestasi pemerintah hanya akan terjadi dalam kondisi perekonomian yang normal. Negara Amerika, tambah Gus Irawan, menggunakan isu kenaikan inflasi 5,4 persen dalam rangka untuk mengangkat pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Sebab, selama ini inflasi di negara tersebut hanya berkisar 2 persen.
“Dan kita yang biasanya inflasi stabil di angka 3 koma sekian persen, sekarang stabil di angka 1 hingga 2 persen. Bahkan ada kecenderungan kita deflasi. Lah, ini yang harus kemudian menjadi pertanyaan, apakah kita tidak membutuhkan inflasi yang tinggi untuk angkat perekonomian kita,” tuturnya.
Diketahui, BI mencatat rendahnya inflasi di Bulan Agustus 2021 tercatat 1,59 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,52 persen (yoy). Rendahnya inflasi hingga Bulan Agustus 2021 ini, menurut BI sejalan dengan masih terbatasnya permintaan dalam negeri. BI juga menjelaskan fenomena ini dikarenakan konsistensi kebijakan BI dalam mengarahkan ekspektasi inflasi pada kisaran target.(finta rahyuni)