Hari Pahlawan dan Tugu Apolo di Kawasan Sambu

Tugu Apolo Medan, didirikan untuk mengenang perjuangan pahlawan di Pertempuaran Medan Area. (IPAA/kaldera.id)
Tugu Apolo Medan, didirikan untuk mengenang perjuangan pahlawan di Pertempuaran Medan Area. (IPAA/kaldera.id)

MEDAN, kaldera.id – Sekitar 52 tahun lalu, 10 November 1969, di kawasan Sambu, Medan Are, sebuah simbol perjuangan berupa tugu Pahlawan Medan Area (Apolo) diresmikan oleh Brigadir Jenderal Leo Lopulisa, yang pada saat itu menjabat sebagai Panglima Kodam II/ BB.

Kenapa tugu itu dibangun? Tak lain karena ada peristiwa heroik perjuangan mempertahankan kemerdekaan agar bisa diingat dan dikenang oleh generasi saat ini.
Di sana, pernah terjadi pertempuran hebat melawan penjajah yang tidak rela atas kemerdekaan yang sudah diproklamasikan.

Perang ini menjadi awal tapak tilas semangat pemuda mempertahankan negara. Pertempuran juga menjadi bagian penting dari lahirnya provinsi Sumut. Pertempuran Medan Area bermula ketika tentara NICA yang diboncengi Belanda masuk ke Medan.

Mereka bermaksud membebaskan tawanan Jepang dan orang Belanda, dan untuk melucuti senjata-senjata Jepang. Ternyata, Belanda sendiri sudah mempersiapkan tentaranya di Jalan Bali, atau sekarang disebut dengan Jalan Veteran. Pada 13 Oktober 1945, seorang pemuda Indonesia yang sehari-hari berjualan pakaian bekas di Jalan Bali, memakai lencana merah putih di dadanya.

Serdadu NICA memanggil pemuda tersebut dan memarahinya. Tidak hanya itu, pemuda tersebut disuruh memakan lencana yang terbuat dari seng tersebut. Namun karena ada perlawanan, lencana jatuh ke tanah dan diinjakinjak tentara NICA. Tidak terima dengan perlakuan tentara NICA, pemuda tersebut naik darah kemudian menghampiri pedagang lain dan tentara Indonesia yang masih berada di seputaran Jalan Bali.

Tentara Indonesia dan pedagang lain yang tidak terima dengan penghinaan lencana merah putih itu pun langsung mendatangi toko-toko di sekitar Jalan Bali untuk membeli peralatan pisau, parang, martil, dan lainnya untuk menyerang tentara NICA. Saat itu, terjadi pertengkaran yang memakan korban dari kedua kubu.

Perjuangan tersebut juga dikatakan tragedi Jalan Bali yang diabadikan dengan adanya tugu Pahlawan Medan Area (Apolo). Inilah yang disebut salah satu sebagai pemicu Perang Medan Area.

“Semangat pemuda kala itu memang patut ditiru. Pemuda yang mengawal kemerdekaan,” kata Muhammad TWH, dalam dokumen rubrik Historia, Koran Sindo Medan, edisi April 2015.

Selain pertempuran Jalan Bali, banyak juga terjadi pertempuran lain di Medan. Bahkan, sekutu dan NICA semakin melancarkan serangan besar-besaran di Medan. Sekutu juga terus menyerang pejuang rakyat Medan. Menurut Teuku Abdullah Sulaiman, dalam tulisannya

“Perjuangan Para Pendiri Negara Republik Indonesia di Medan Area (1946 – 1949)”, dalam momentum ini, pasukan asal Aceh yang berjuang di Medan Area semakin bertambah jumlahnya karena terus-menerus mendapat tambahan pasukan. Kehadiran laskar rakyat dari Aceh ke Medan Area pada mulanya atas inisiatif sendiri. Selain untuk membantu perjuangan rakyat di Sumatera Timur melawan Belanda, juga bermaksud mencegah serdadu Belanda memasuki daerah Aceh.(f rozi)