PLN terus berupaya memberikan pelayanan listrik hingga ke desa untuk mewujudkan masyarakat yang merdeka dari kegelapan.
PLN terus berupaya memberikan pelayanan listrik hingga ke desa untuk mewujudkan masyarakat yang merdeka dari kegelapan.

Medan, kaldera.id – SENYUM sumringah tak bisa lekang dari wajah Ammas Simamora. Warga dusun Silae Jae, Desa Silangkitan Tambiski, Tapanuli Selatan. Dia masih ingat betul bagaimana moment itu tersebut terjadi ketika mengetahui desanya akan dialiri listrik.

Setelah Indonesia merdeka lebih dari 70 tahun dan sejak lahir lahir 56 tahun lalu di desa itu baru lah dia bisa melihat desanya terang di malam hari. Ammas mengenang betul suasana pada pertamakali listrik masuk ke desanya. Ya desa di pedalaman Tapsel itu memang baru dialiri listrik persis sekira tiga tahun lalu. Bahkan, kata Ammas, warga begitu antusias menyaksikan acara syukuran mengalirnya aliran listrik. Mereka sudah datang sejak pagi sekali.

Itu pertanda bahagia yang tak terkira ketika desa yang selama ini gelap gulita akhirnya dialiri listrik. Desa itu kemudian dialiri listrik dengan jenis pembangki PLTMH (pembakit listrik tenaga mikro hydro) berkasitas 53 kw dan menerangi 155 kepala keluarga. Ada 96 titik lampu tambahan sebagai penerangan jalan umum.

Listrik di desanya sudah mulai hidup sejak pk.17.00 hingga pk.08.00 pagi. Tentu saja tak hanya wajah mereka yang ceria. Tapi kebahagiaan itu juga terpancar dari semangat warga yang sudah terbebas dari belenggung kegelapan malam. Anak-anak yang kesulitan belajar kini sudah menikmati terangnya cahaya lampu.

Para orang tua yang dulu harus menghentikan semua aktivitas ketika malam menjelang berangsur berubah. Mereka setidaknya tetap bisa mengejarkan pekerjaan kecil di rumah. Sebab dulu ketika gelap tiba, mereka hanya bersiap untuk tidur.

Reaksi serupa juga datang dari warga Desa Gurahut yang juga terletak di pedalaman Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Begitu tahu akan mendapatkan penerangan listrik responnya sangat antusias.

Seperti dapat mainan baru

Salah satu warga Sutan Habonaran Siregar sampai bercoleh sanking girangnya. “Begitu desa ini dialiri listrik dari anak kecil sampai orang tua seperti dapat mainan baru. Coba itu saklar listrik sampai berkali-kali kita hidup matikan,” tuturnya dengan wajah ceria. Ya, seperti anak kecil baru dapat mainan begitu jugalah para orang tua di desa itu menyambut kehadiran listrik desa.

Seolah terbebas dari penjajahan. Bahwa ketika listrik masuk baru di saat itu pula mereka tersadar menjadi daerah yang merdeka. Bebas dari penjahan kegelapan selama ini. “Bagaimana tidak pak, bertahun-tahun kita diselimuti kegelapan, katanya ketika dihubungi.

Dia mengatakan aliran listrik di desanya sudah masuk tiga tahun lalu tapi masih bisa digambarkannya dengan persis bagaimana reaksi warga atas masuknya PLTMH Gaharut yang mengaliri tiga dusun dengan kapasitas 22 ribu watt.

Tak hanya di Sumatera Utara sebenarnya. Kehadiran listrik desa sangat diharapkan di seluruh wilayah Indonesia. Di Bangka Barat, Bangka Belitung misalnya Atok Antat, 70, ikut tersenyum lebar setelah rumahnya di Dusun Bujang Desa Tugang, Kecamatan Kelapa, Bangka Barat dialiri listrik. Penantiannya 30 tahun berakhir.

Memelihara pasok listrik di wilayah desa dan pelosok jauh lebih berat karena seringkali faktor cuaca turut mempengaruhi gangguan kelistrikan

Memelihara pasok listrik di wilayah desa dan pelosok jauh lebih berat karena seringkali faktor cuaca turut mempengaruhi gangguan kelistrikan

Dia mengaku bisa menganyam tas hingga larut malam karena tak lagi menggunakan senter untuk menyelesaikan pekerjaannya. Karena Atok Antat memang hidup dari anyamannya. “Sudah bisa menganyam sampai jam 1 pagi karena tak lagi pakai senter,” tuturnya.

Tentu saja listrik desa ini menjadi harapan bagi masyarakat yang belum tersentuh penerangan. Menurut Direktur Jendral Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana, capaian rasio elektrifikasi di Indonesia sudah 99,4 persen dengan target 100 persen pada tahun ini.

Kepada media, Kamis (21/10/2021), dia katakan terdapat empat daerah yang perlu mendapat perhatian khusus guna mendorong elektrifikasi di Indonesia diantaranya Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua dan Kalimantan Barat.

Memacu produktivitas

Informasi jumlah rumah tangga yang belum dialiri listrik menurut paparan Rida masih 466.523 rumah tangga dan masih ada 315 desa yang belum berlistrik. Sebaran 315 desa itu sebenarnya tidak hanya terfokus di wilayah Indonesia Timur. Karena di Pulau Sumatera dan Sumatera Utara pun sebenarnya masih banyak daerah belum teraliri listrik.

Keinginan untuk mengalirkan listrik hingga ke desa akan memacu produktivitas warga. Hal itulah yang diungkapkan warga yang wilayahnya baru saja dialiri listrik. Mereka misalnya sudah bisa melihat anak-anak belajar hingga malam hari dengan penerangan mencukupi.

Kemudian produktivitas warga juga akan lebih meningkat terutama para pelaku usaha kecil yang kemudian berpindah memanfaatkan tenaga listrik. Penjahit, pembuat anyaman, tukang pangkas, bahkan para petani dan peternak pun sudah bisa memanfaatkan aliran listrik memacu produktivitasnya.

Bahkan salah satu program yang dicanangkan PLN dengan electrifying agriculture akan meningkatkan usaha para petani. Eko Sulistyo, komisaris PT PLN dalam webinar program electrifying agriculture dalam meningkatkan produktivitas usaha yang dilakukan secara daring, Senin (25/10/2021), menyatakan listrikisasi sebenarnya tidak hanya didisain untuk bidang pertanian, tapi juga perkebunan, perkebunan dan sektor agriculture lainnya. Ini bisa menciptakan efisiensi dalam waktu maupun biaya.

Menurut dia, program listrikisasi merupakan cara PLN menekan dekarbonisasi yang sekarang menjadi isu global. Dia mengajak masyarakat beralih dari penggunaan diesel dan solar menuju listrik.

Dengan begitu ada banyak manfaat yang mendorong produktivitas dan menjaga iklim serta lingkungan. Eko sampai mengutip sejumlah testimoni dari para petani yang kecipratan pemanfaatan listrik di desa mereka. Para petani misalnya bisa menghemat hingga 80 persen komponen biaya dan waktu. Artinya listrik menjadi hal pokok yang membantu mereka berproduksi dan menghasilkan tambahan nilai ekonomi, katanya.
Kehadiran listrik di masyarakat juga bisa memberikan efek domino karena semua teknologi harus dialiri listrik. Itu sebabnya ketika desa sudah dialiri listrik menjadi pembuka jalan melepas wilayah itu dari kegelapan.

Kunci keluar dari kegelapan

Listrik ini pula yang menjadi kunci bagi daerah untuk keluar dari isolasi dan keterasingan. Secara perlahan desa terisolir di pedalaman baru bisa keluar dengan memanfaatkan energi listrik. Sebab tanpa listrik sarana komunikasi saja pun pasti akan sulit.

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan Prof. Indra Maipita mengatakan listrik desa akan menjadi kunci mengeluarkan masyarakat dari isolasi. Tanpa listrik untuk berkomunikasi dengan dunia luar pun sulit.

“Sekarang coba kita bayangkan, perangkat penghubung dan sarana komunikasi antar warga pasti menggunakan handphone. Simpelnya bagaimana masyarakat bisa berkomunikasi lewat handphone sementara sumber listrik untuk mengisi daya atau cas baterai saja pun mereka tak punya,” katanya simpel. Tidak perlu sampai bicara teknologi tinggi dulu di desa-desa sampai membahas zoom, google meet atau pembelajaran daring.

“Semua itu tak bisa dilakukan tanpa kebutuhan dasar. Yaitu listrik. Jadi memang listrik masuk desa harus terus didorong untuk mengeluarkan masyarakat dari keterbelakangan,” katanya. Dia yakin selama pandemi covid-19 pun untuk masyarakat di desa terpencil yang belum teraliri listrik tak akan bisa melakukan pembelajaran jarak jauh mau seperti apapun kebijakan pembatasan warga.

“Lho bagaimana mau daring atau pembelajaran jarak jauh kalau listrik saja tidak ada di desa. Jadi semua sangat tergantung pada kecukupan listrik. Lalu kemudian didukung infrastruktur telekomunikasi. Ini untuk cas hape saja mereka tak bisa,” katanya.

Karena itu pula anggota Komisi VII DPR RI yang membidangi energi Sartono mendesak agar elektrifikasi di Indonesia wujud 100 persen. “Kita sudah 76 tahun merdeka masih banyak daerah belum teraliri listrik,” ungkapnya.

Dukungan penuh

DPR RI, kata dia komit mendukung pemerintah dan PLN membangun fasilitas kelistrikan, untuk bisa memberikan akses tenaga listrik bagi seluruh rakyat. “Kita sudah 76 tahun merdeka, kalau masih ada daerah 3T, daerah remote yang belum mendapatkan aliran listrik, kami akan berikan dukungan percepatan,” ujar Anggota Komisi VII DPR ini.

Dikatakan Sartono, faktanya masih ada masyarakat Indonesia yang belum dapat menikmati listrik. Padahal, listrik telah menjadi salah satu kebutuhan mendasar bagi hidup masyarakat. Berbagai aktivitas, baik sosial, ekonomi, hingga pendidikan sangat tergantung dengan adanya aliran listrik.

“Kita dalam posisi memberikan support dan dukungan kepada pemerintah untuk memberikan dampak positif kepada masyarakat. Kita dukung melalui politik anggaran,” jelasnya, menyoal berbagai proyek pembangunan pembangkit listrik.

Komitmen untuk menghadirkan listrik bagi seluruh warga hingga ke pelosok negeri secara bertahap itulah yang dijadikan pedoman bagi PT PLN (Persero) dalam melakukan pembangunan infrastruktur kelistrikan untuk kawasan 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).

Apalagi sekarang BUMN ini mendahulukan desa-desa yang benar-benar belum teraliri listrik. Komunikasi pun dilakukan dengan pemerintah, khususnya pemerintah daerah untuk menyusun rencana pembangunan infrastruktur kelistrikan. Menurut PLN strategi listrik desa yang diambil adalah melakukan perluasan jaringan distribusi yang sudah ada dan membangun pembangkit energi terbarukan serta pembangkit hybrid untuk desa-desa yang sangat terpencil (isolated).

Tentu tidak mudah menghadirkan listrik sampai ke pelosok desa. Tapi inilah salah satu upaya ‘memerdekakan warga’ dari sudut-sudut kegelapan untuk membuka akses keluar disamping pembangunan infrastruktur seperti jalan dan jembatan.

Dipastikan pembangunan listrik desa ini sejalan dengan apa yang dicitakan PLN bahwa listrik adalah teman hidp, ia terang pada setiap sudut. Listrik juga membawa asa, menghantar Indonesia menuju peradaban bangsa.(armin rahmansyah nasution)