MEDAN, kaldera.id – Kementrian Perhubungan (Kemenhub) akan mengembangkan angkutan massal berbasis jalan/Bus Rapit Transit (BRT) di Kota Medan. Langkah ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mengurai kemacetan yang terjadi di ibukota Provinsi Sumatera Utara itu.
Selain Kota Medan, pengembangan angkutan massal kawasan perkotaan juga di Kota Binjai dan Deliserdang. Guna mendukung pelaksanaan pengembangan angkutan massal tersebut, Kemenhub akan mengucurkan anggaran sebesar Rp1,8 triliun.
Hal ini terungkap ketika Walikota Medan, Bobby Nasution melakukan penandatanganan nota kesepakatan pengembangan angkutan massal berbasis jalan/BRT di kawasan perkotaan Medan, Binjai dan Deli Serdang di Aula Rumah Dinas Gubsu Jalan Sudirman, Rabu (12/1/2022). Selain Bobby Nasution, penandatanganan juga dilakukan Direktur Jenderal Perhubungan Darat (Dirjen Hubdat) Kementerian Perhubungan, Budi Setiyadi, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, Walikota Binjai, Amir Hamzah dan Wakil Bupati Deli Serdang, M Ali Yusuf Siregar.
Menjadikan angkutan massal sebagai angkutan masa depan
Budi Setyadi menyampaikan apresiasinya kepada Pemprovsu, Pemko Medan, Pemko Binjai dan Pemkab Deli Serdang karena sangat antusias untuk menjadikan angkutan massal sebagai angkutan masa depan. “Kami melihat secara strategis bagaimana semangat dan komitmen pemerintah daerah yang sangat luar biasa. Sehingga kami memutuskan salah satunya memilih Kota Medan dengan anggaran sebesar Rp 1,8 triliun,” kata Budi Setyadi.
Diungkapkan Budi Setyadi, jalur BRT nantinya akan disediakan khusus. Sehingga masyarakat bisa cepat sampai ke tempat tujuan. Beberapa kota besar di Indonesia. Mengalami hambatan sehingga berdampak kepada kemacetan. Oleh karenanya pembangunan BRT sebagai angkutan massal yang rencananya akan melayani 19 koridor ini. Diharapkannya dapat merubah mindset masyarakat yang selama ini menggunakan kenderaan pribadi untuk beralih ke angkutan umum. Sehingga kemacetan dapat teratasi.
“Semua itu tergantung pemerintah daerah dalam menyiapkan strategi agar masyarakat dapat beralih menggunakan transportasi massal tersebut. Misalnya dari manajemen waktu yang lebih cepat, pembatasan kendaraan pribadi di jam-jam tertentu dan sebagainya. Jika pembatasan jam atau aturan genap dan ganjil diberlakukan, mau tidak mau masyarakat akan beralih menggunakan angkutan massal,” ungkapnya.
Usai penandatanganan nota kesepakatan tersebut, Bobby Nasution menyambut baik dan mengucapkan terima kasih atas terpilihnya Kota Medan dalam program Kemenhub yang bertujuan untuk mengatasi kemacetan tersebut. Apalagi pengembangan angkutan massal itu, jelas Bobby, akan diselaraskan dengan program Pemko Medan. “Pembangunan ini dilakukan untuk mengatasi persoalan kemacetan yang ada di Kota Medan,” papar Bobby.
Guna mendukung pengembangan angkutan massal tersebut, Bobby mengajak seluruh masyarakat Kota Medan agar beralih menggunakan transportasi massal yang disediakan pemerintah dari pada menggunakan angkutan pribadi. Dijelaskan Bobby, penduduk Kota Medan kalau siang hari lebih banyak daripada malam hari, karena banyak yang dari luar Kota Medan bekerja di Kota Medan.
“Kondisi itu tentunya berdampak dengan bertambahnya pengguna jalan sehingga menyebabkan terjadinya kemacetan. Jadi saya ingin mengajak seluruh masyarakat untuk menjadikan angkutan massal sebagai pilihan utama, sehingga kemacetan yang terjadi di Kota Medan dapat berkurang,” harapnya.
Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Kota Medan, penyebab kemacetan terjadi akibat populasi setiap tahunnya naik 4,1 persen. Kemudian masyarakat masih masif menggunakan kenderaan pribadi, serta jumlah angkutan kota (angkot) yang beroperasi saat ini sebanyak Selain mengurangi 6.500 unit dengan 184 rute meski tidak semua aktif.
Selain mengurangi kemacetan, jpengembangan angkutan massal (BRT) diprediksi dapat mengurangi emisi CO2 sebesar 29.240 ton pada tahun 2024. Menurunkan angka kecelakaan sampai 6 persen, mengurangi waktu perjalanan per-rute sekitar sebesar 29 persen, menciptakan lapangan kerja sebanyak 1.870-2.178 orang untuk crew BRT serta mampu mengangkut penumpang sebanyak 14.323-153.277 orang perhari.
Proyek BRT Medan yakni koridor sepanjang 21 km jalur khusus, halte jalur khusus sebanyak 33 halte (on corridor), halte direct service, rute sebanyak 19 rute layanan langsung dengan jangkauan Medan, Binjai dan Deliserdang (Mebidang), jumlah buas yang akan dioperasikan nantinya sebanyak 440 unit bus dengan target 153.000 penumpang perhari.(reza)