Oleh Armin Nasution
KEDATANGAN Ketua Kadin Indonesia Arsjad Rasjid ke Medan pekan lalu sebenarnya membawa pesan sangat penting terhadap organisasi pengusaha ini di Sumut. Bahkan dia datang dengan salah satu tokoh yang cukup punya nama. Siapa lagi kalau bukan Anindya Bakrie, ketua dewan pertimbangan Kadin Indonesia.
Di acara pengukuhan pengurus Kadin Sumut 2022-2027, pekan lalu, bahkan Anindya menjadi bidikan para peserta untuk diajak selfi. Tentu bukan hanya itu. Daya tarik statement Ketua Kadin Indonesia dari atas panggung banyak yang menjadi catatan penting.
Bagaimana proyeksi ekonomi di 2023 serta peran apa yang bisa dilakukan Kadin mendorong perekonomian menjadi lebih cepat. Bukan hanya itu, sekelumit Ketua Kadin ini menyampaikan sekarang mereka juga fokus pada konsolidasi internal dengan terbitnya Keppres No. 18 tahun 2022 yang berisi pengakuan pemerintah terhadap satu-satunya Kadin Indonesia yang diketuai Arsjad Rasjid.
Penegasan tentu menjadi penguatan terhadap keberadaan organisasi ini. Termasuk di Sumut. Saya salah satu yang mengikuti perkembangan Kadin Sumut ini sejak menjadi wartawan di lapangan sekira 20 tahun lalu. Periode pergantian ketua Kadin Sumut, masa ke masa pun saya ikuti.
Ikut meliput, mengetahui perkembangan figur-figur calon ketua di periode-periode lalu, dekat dengan beberapa ketua Kadin karena selalu terbuka untuk berbicara apapun ke media. Plus minusnya pasti ada, karena tak semua Ketua Kadin Sumut periode lalu dekat dan responsif dengan media.
Tapi semua menyelesaikan tugasnya dengan baik. Apa yang mau dianalisis dari statement Arsjad Rasjid? Bahwa itu menegaskan kembali kalau pengusaha itu harus kembali ke khiittah-nya menjadi motor pendorong pergerakan ekonomi di semua daerah tanpa harus berpolemik soal organisasi.
Kita semua tahu sebelumnya Kadin dibawa ke area perbecahan, berusaha dibenturkan dengan dibentuknya satu Kadin tandingan yang diciptakan dari Jakarta. Memang kebebasan berserikat dan berkumpul sangat dijamin undang-undang. Sehingga begitu ada ketidakpuasan, kita mudah saja membentuk organisasi tandingan, hanya karena hal-hal yang sebenarnya tak terlalu prinsip.
Begitulah ketika ada Kadin Indonesia tandingan, ternyata menyebar juga sampai ke Sumut. Di Sumut pun dibentuk Kadin tandingan. Saya menyebutnya tandingan karena tak tahu lagi harus menamakannya apa, karena tak bisa juga juga disebut Kadin Perjuangan. Begitu Kadin tandingan ada di Medan beberapa tahun lalu, besoknya saya langsung menurunkan tulisan di kolom Harian Waspada ini.
Intinya tulisan saya itu menyatakan tidak setuju ada Kadin lain, selain yang diakui pemerintah. Karena saya juga tahu dan dekat dengan kawan-kawan yang ada di Kadin tandingan tersebut. Begitu tulisan dimuat harian ini, mereka pun menghubungi serta mengklarifikasi. Saya hanya merespon dan meminta agar jangan membuat polemik. Tidak bertanding-tanding. Bukankah lebih baik bersanding daripada bertanding karena kita sebenarnya sama-sama kenal dan selalu bertemu di banyak aktivitas.
Hanya saja setelah itu saya perhatikan tetap saja mereka melangkah, ‘berkampanye’ bahwa ada Kadin selain Kadin Sumut yang berkantor di Sekip Baru, Petisah Tengah. Di beberapa grup whatsapp pun saya lihat cukup aktif. Padahal sejujurnya membawa-bawa nama Kadin itu ke tengah gelanggang tentu harus ikut struktur organisasi di pusat.
Maka apa yang disampaikan Arsjad Rasjid ini ke publik terutama di Sumut menjadi penutup pintu bagi organisasi sempalan. Apalagi sekarang di Sumut Ketua Kadin diamanahkan kepada Firsal Ferial Mutyara. Sosok muda yang gaya kepemimpinannya pun tegak lurus dengan aturan, cepat mengurai persoalan dan solid bersama pengurus mendorong roda organisasi.
Saya tak ingin membandingkan Firsal Ferial Mutyara dengan sosok Ketua Kadin sebelumnya yang saya kenal. Hanya saja perbedaan yang paling terasa adalah pola komunikasinya yang responsif, cepat dan tanggap.
Kemudian di struktur organisasi ini Firsal Ferial Mutyara cenderung mengakomodasi para pengusaha yang seirama berperan memajukan perekonomian Sumut. Karena dia tegak lurus dengan aturan organisasi serta core-nya adalah pebisnis, sosok Firsal ini akan menghindari konflik. Menurutnya, pengusaha itu concern-nya berbisnis. Bukan berpolemik di level organisasi. Karena yang dibutuhkan adalah kolaborasi sama-sama memajukan Sumut.