SIMALUNGUN, kaldera.id – International Conference On Sociology Of Religion (ICSR) resmi dibuka Dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UIN Sumatera Utara Dr Nursapia Harahap MA, di The Parapat View Hotel, Kota Parapat, Rabu (22/06/2023).
Diwakili Wakil Dekan I FIS Dr Sori Monang MTh, Dekan FIS UINSU dalam sambutannya mengatakan, menjelang tahun politik 2024 polarisasi politik semakin tajam. Relasi agama dan politik sering dibenturkan untuk kepentingan politik tertentu khususnya menjelang kontestasi politik di berbagai daerah di Indonesia.
“Dari sinilah pentingnya peran sosiologi agama dalam mengatasi problem polarisasi politik, agar relasi politik dan agama berjalan sejalan sesuai yang kita inginkan,” katanya.
Meneguhkan dan menguatkan kehidupan kebangsaan
Seiring hal di atas, Nursapia menyebutkan Kementerian Agama RI telah mengembangkan konsep moderasi beragama dalam upaya meneguhkan dan menguatkan kehidupan kebangsaan. Sekaligus mengembangkan keadaban bangsa agar negara kokoh dan stabilitas nasional dapat terjaga.
“Dalam konteks jelang tahun politik 2024 ini, maka kita sangat penting mempekuat peran sosiologi agama dalam menjaga keutuhan NKRI. Sebagai sivitas akademika di bawah Kementerian Agama, kita juga wajib menguatkan perhatian kita, agar polarisasi politik yang berkembang pada periode sebelum ini tidak terjadi lagi.”
“Kepihatinan kita pada hubungan agama dan politik yang dipraktikkan dalam masyarakat kontemporer itulah yang mendorong terlaksananya konferensi ini,” kata Dekan FIS ke-5 itu.
Dekan FIS berharap kehadiran 50 peserta internasional conference ini dapat berbagi pengalaman, temuan-temuan riset di berbagai lapangan seputar yang dimaksud dalam kajian sosiologi agama.
“Tentu saja, temuan-temuan yang ada akan memberi dampak pada kemajuan teori-teori di bidang sosiologi agama dan berkontribusi pada kehidupan kebangsaan kita,” katanya.
Ketua Asosiasi Sosiologi Agama Indonesia (ASAGI) Dr Muhammad Syuhada M.Hum dalam sambutannyanya menegaskan, tema yang dibahas dalam konfrensi kali ini merupakan tema yang hangat dan lagi diperbincangkan dalam konteks politik dan agama di Indonesia.
“Tema ini, menurut saya merupakan tema yang keren ya, tema yang merangsang kegelisahan agama kita dalam setiap kontestasi. Ini memiliki arti penting. Pertama, konteks keilmuan sosiologi agama. Tema ini bagus dan konfrensi ini menjadi landasan pijakan, bagaimana sosiologi agama membicarakan politik agama. Relasi politik agama yang selama ini terjadi bisa kita urai dan mengatasi problem yang sedang terjadi,” katanya.
Dalam lingkup Program Studi Sosiologi Agama kata Syuhada, sosiologi agama harus mampu mengembangkan kajian ini secara teori dan praktik. Itulah yang membedakan keilmuan sosiologi agama dengan ilmu politik dan ilmu umum lainnya.
“SA dapat menyeimbangkan kondisi praktis agama bahkan relasi agama dan politik. Perbincangannya senantiasa ditempatkan di tujuan utama, kontribusi agama, membangun keutuhan kedamaian dalam dinamika politik Indonesia saat ini,” katanya.
Sedangkan Ketua Panitia International Conference on Sociology of Religion, Dr Faisal Riza MA mengatakan jumlah peserta yang ambil bagian dalam international conference ini sekitar 50 peserta. Kata Faisal, kegiatan ini sudah direncanakan satu tahun lalu dan sudah dimaksimalkan dari kegiatan sebelumnya di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Tuan rumah UINSU, maka sejak itu kita menjadi panitia lokal, intens melakukan diskusi bersama dosen prodi untuk mempersiapkan itu semua. Tiga Dekan FIS (Dr Maraimbang, Prof Abdurrahman dan Dr Nursapia Harahap) juga saling mendukung dalam acara ini,” katanya.
Dia mengatakan, seluruh pembiayaan dalam acara ini ditanggung DIPA UINSU ditambah dengan kontribusi peserta dari seluruh prodi sosiologi agama dari seluruh Indinesia.
Hadir dalam acara opening ceremony tersebut, pembicara utama dari Turki Associated Profesor Dr Mehmet Ozay, Ketua Umum ASAGI Dr Suhada, M.Hum dari UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta dan Dr Faisal Riza MA dari Prodi SA UIN Sumatera Utara, Medan.(efri surbakti/red)