MEDAN, kaldera.id – Sejumlah jemaah haji membagikan pengalaman beribadah di tengah dahsyatnya musim panas Arab Saudi.
Nibal Mohammed, jemaah dari Suriah berusia 70 tahun yang tinggal di Kanada, mengaku panasnya Mekkah tidak normal “bak di neraka”.
Saking panasnya, ia sampai tidak sabar untuk segera menyelesaikan rangkaian ibadah haji dan kembali ke kampung halaman.
“Panas di sini tidak normal, seolah-olah itu adalah panasnya neraka,” kata Mohammed, seperti dikutip AFP, Senin (26/6).
“Saya tidak sabar untuk menyelesaikan haji saya dan pulang.”
Panas ‘gila-gilaan’ itu juga dirasakan oleh Abdul al-Assad. Pria Inggris berusia 48 tahun tersebut merasakan betapa ponselnya menjadi begitu panas dan trotoar seolah terasa seperti panasnya wajan.
Meski begitu, sekalipun suhu tembus 46 derajat celsius, Assad memandang kesulitan adalah sebuah pengalaman untuk meningkatkan kesungguhan berhaji.
“Jika itu mudah, tentu akan terlalu mudah,” kata agen real estat di Mekkah tersebut.
“Seluruh tujuannya adalah agar Anda melakukannya dengan cara yang Nabi (Muhammad) lakukan, dengan cara Anda menghargai apa yang Anda miliki,” ujarnya kepada AFP.
Suhu di Saudi dalam beberapa tahun belakangan memang sangat panas imbas pemanasan global. Per hari ini Senin (27/6), suhu bahkan melonjak hingga 46 derajat celsius.
Menurut sarjana non-residen di Middle East Institute di Washington, Karim Elgendy, suhu musim panas rata-rata di Negeri Minyak telah meningkat 2,5 derajat celsius dalam empat dekade terakhir.
“Suhu musim panas maksimum 50 derajat bisa menjadi kejadian tahunan pada akhir abad ini,” katanya.
“Kelembapan juga diperkirakan akan meningkat membuat kondisi luar ruangan di masa depan sangat sulit untuk dimitigasi.”
Tahun ini, Saudi kembali membuka Mekkah dan Madinah bagi para jemaah yang ingin berhaji.
Jemaah haji kali ini pun kemungkinan menjadi yang terbesar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, lantaran pembatasan jumlah jemaah era pandemi Covid-19 telah dihapus.
Bukan cuma pembatasan jemaah, batas usia maksimum juga kini sudah dihapus, sehingga membuka pintu bagi sejumlah besar orang berusia lanjut yang mungkin lebih rentan terhadap panas ikut beribadah.
Untuk mengantisipasi ini, otoritas Saudi menyemprotkan air dari tiang panjang di luar Masjidil Haram demi menjaga kerumunan jemaah tetap sejuk.
Menurut pihak berwenang, lebih dari 32 ribu petugas kesehatan disiagakan untuk merawat siapa pun yang terkena sengatan panas atau penyakit lainnya. Botol-botol air mineral juga didistribusikan secara gratis.
Para jemaah juga mencari perlindungan di kesejukan lantai marmer di pintu masuk hotel dan pusat perbelanjaan sambil menunggu kegiatan berikutnya.
Banyak pula jemaah yang membawa payung maupun sajadah di atas kepala demi melindungi diri dari sengatan matahari. (cnn)