Mengenal Kota Hangzhou Tuan Rumah Asian Games 2023

Hangzhou, kota megapolitan di pesisir timur Cina, yang menjadi tuan rumah Asian Games 2023.
Hangzhou, kota megapolitan di pesisir timur Cina, yang menjadi tuan rumah Asian Games 2023.

 

MEDAN, kaldera.id – Hangzhou, kota megapolitan di pesisir timur Cina, yang menjadi tuan rumah Asian Games 2023. Asian Games Hangzhou yang digelar pada 23 September hingga 8 Oktober 2023 ini, menjadi tempat berkompetisi lebih dari 10.000 atlet dari lebih dari 40 negara di seluruh benua Asia.

Asian Games Hangzhou sendiri nantinya akan menjadi edisi ke-19, dan akan diikuti negara-negara di Asia. Dikutip dari skor.id, Hangzhou menjadi kota ketiga di Cina yang menjadi tuan rumah Asian Games setelah Beijing pada 1990 dan Guangzhou pada 2010. Asian Games Hangzhou juga akan diadakan di kota-kota lain di Provinsi Zhejiang, seperti Ningbo, Wenzhou, Huzhou, Shaoxing, dan Jinhua.

Menanggapi Kota Hangzhou yang menjadi tuan rumah Asian Games 2023. Berikut profilnya, dirangkum dari berbagai sumber.

Dikutip dari britannica.com, Kota Hangzhou merupakan ibu kota provinsi Zhejiang di pesisir timur Tiongkok. Hangzhou terletak di bagian utara Zhejiang sheng, tepatnya di tepi utara muara Sungai Qiantang di hulu Teluk Hangzhou.

Kota kelahiran Executive Chairman perusahaan e-commerce Alibaba, Jack Ma ini, berdiri pada 589. Tepatnya di masa kekuasaan Dinasti Sui (581–618). Kala itu, Hangzhou menjadi pusat lokal utama, menyusul selesainya Kanal Jiangnan pada 609. Kota Hangzhou juga dijadikan ibu kota negara bagian Wu-Yue selama periode Sepuluh Kerajaan atau Shiguo (907–960).

Masa Dinasti Song (960–1279), Tiongkok utara jatuh ke tangan dinasti Jin (Juchen) yang berkuasa pada (1115–1234). Namun, sejak 1127 penguasa Song dibatasi di Tiongkok selatan dan menjadikan Hangzhou sebagai ibu kota mereka. Saat itu, Hangzhou dihuni sekitar 1–1,5 juta jiwa, merujuk catatan Marco Polo yang mengunjunginya di akhir abad ke-13.

Di bawah dinasti Ming dan Qing, Hangzhou disulap menjadi kota yang sangat kaya. Di masa itu, Hangzhou merupakan pusat penanaman padi serta sentral industri sutra terpenting di Tiongkok. Serta menghasilkan banyak penulis, pelukis, dan penyair.

Selang beberapa lama, Hangzhou mengalami penurunan aktivitas perdagangan. Pasalnya, Teluk Hangzhou berangsur-angsur tertimbun lumpur sehingga pelabuhan keluarnya, Ganpu menjadi tidak berguna. Alhasil, sejak abad ke-14 perdagangan Hangzhou beralih ke Ningbo, serta berpindah kota Shanghai pada abad ke-19. Puncaknya, Hangzhou mengalami kemunduran perdagangan usai jatuh ke tangan pemberontak Taiping pada 1861.

Pada 1950-an Hangzhou dialihkan menjadi lalu lintas kereta api dari provinsi tenggara menuju Shanghai. Pembangunan itu merupakan jaringan jalan raya modern paling awal, yang dibangun pada 1930-an. Namun, pada 1937 hingga 1945 Hangzhou dikuasai Jepang.

Usai dikuasai Jepang, Hangzhou berkembang menjadi kawasan wisata dan pusat industri. Mulai dari industri sutra, katun, kimia, elektronik hingga tarktor yang dibanun pada 1950-an.

Hangzhou juga menjadi pusat ekonomi dengan basis ekspor Tiongkok timur-tengah. Hal ini diperkuat adanya jaringan kereta api yang menghubungkan Hangzhou ke Shanghai, Ningbo, Xuanzhou dan Nanchang di provinsi Jiangxi.

Selain itu, perkembangan ekonomi meningkat usai dibangunnya jalan tol Shanghai-Ningbo melalui Hangzhou pada 1990-an. Ditambah lagi Bandara Internasional Hangzhou Xiaoshan yang dibuka pada 2000.

Terlepas dari itu, Hangzhou termasuk salah satu dari Tujuh Ibukota Kuno Tiongkok dan menjadi ibu kota pertama dari Kerajaan Wu Yue dari 907 hingga 978 selama Periode Lima Dinasti dan Sepuluh Kerajaan. Hangzhou yang saat itu dinamakan Xifu merupakan satu dari tiga benteng budaya terbesar di Tiongkok Selatan selama abad ke-10. (tempo)