Bio Farma didukung CEPI berencana menerapkan platform teknologi terbaru mRNA dan viral vector. Metode ini merupakan metode respon cepat dalam produksi vaksin dengan total investasi mencapai USD 15.000.000.
Bio Farma didukung CEPI berencana menerapkan platform teknologi terbaru mRNA dan viral vector. Metode ini merupakan metode respon cepat dalam produksi vaksin dengan total investasi mencapai USD 15.000.000.

 

JAKARTA, kaldera.id – Bio Farma didukung CEPI berencana menerapkan platform teknologi terbaru mRNA dan viral vector. Metode ini merupakan metode respon cepat dalam produksi vaksin dengan total investasi mencapai USD 15.000.000.

Kolaborasi ini akan meningkatkan akses vaksin yang lebih merata yang diperlukan untuk penganggulangan pandemik dan kejadian luar biasa dengan percepatan pasokan dosis vaksin di kawasan Global South

Pihak Bio Farma sendiri telah menandatangani perjanjian kerjasama untuk 10 tahun mendatang untuk percepatan penanggulangan pandemi.

Kerjasama ini akan menghadirkan teknologi produksi vaksin terkini yaitu viral vector dan mRNA ke Indonesia dan kawasan ASEAN; serta mendukung ketersediaan produk dan meningkatkan kapasitas produksi vaksin untuk memasok negara-negara di kawasan Global South pada kondisi wabah di masa mendatang.

Selain itu, menanggulangi ketidakmerataan akses terhadap vaksin seperti yang terjadi selama pandemic Covid-19.

Bio Farma juga telah menjadi anggota terbaru jaringan produsen vaksin yang didukung oleh CEPI yang berbasis di Kawasan Global South saat ini.

 

Meningkatkan kapabilitas dan kapasitas dalam produksi vaksin

Salah satu tujuan dari kerjasama ini adalah untuk meningkatkan kapabilitas dan kapasitas dalam produksi vaksin untuk penanggulangan ancaman kejadian luar biasa dan pandemi sekurang-kurangnya dalam waktu 100 hari.

Bio Farma memiliki pengalaman yang luas di bidang produksi vaksin, dimana beberapa produk Bio Farma telah mendapatkan prakualifikasi dari WHO. CEPI akan menyediakan investasi awal sampai dengan sebesar USD15.000.000,- untuk meningkatkan kapabilitas produksi vaksin yang lebih beragam, mendukung implementasi teknologi mRNA dan viral vector di fasilitas Bio Farma untuk pertama kalinya.

Produk vaksin viral vector dan mRNA akan meningkatkan kemampuan perusahaan dalam produksi vaksin untuk melawan ancaman virus baru. Selain CEPI, Pemerintah Indonesia juga turut serta dalam investasi pada program ini.

Melalui kerjasama ini, Bio Farma akan memiliki fasilitas laboratorium bioprocess yang akan digunakan untuk pengembangan dan pengujian teknologi vaksin mRNA dan viral vector.

Bio Farma juga akan menerapkan sistem Good Manufacturing Practices (GMP) pada fasilitas yang digunakan untuk produksi vaksin yang akan digunakan pada iji Klinis Fase-2 dan fase 3 dan untuk keperluan produksi komersial terbatas,

Ketika fasilitas tersebut sudah beroperasi penuh, Bio Farma akan mampu memasok vaksin mRNA dan viral vector untuk menanggulangi berbagai macam jenis kejadian luar biasa dalam rentang waktu yang relatif singkat, yakni dalam 100 hari sejak patogen virus baru teridentifikasi.

Fasilitas produksi terbaru tersebut akan menjadi kunci penting bagi kesuksesan Misi 100 Hari CEPI (CEPI‘s 100 Days Mission) yang didukung oleh negara G7 dan G20 yang bertujuan untuk mengurangi waktu yang diperlukan dalam proses pengembangan vaksin yang aman, efektif saat kejadian luar biasa dan dapat diakses oleh banyak kelompok di belahan penjuru dunia.

Dr. Richard Hatchett, selalu CEO CEPI menyampaikan, dunia harus mampu merespon dengan cepat dan adil jika kita ingin mengurangi kejadian luar biasa (wabah) di masa datang yang berpotensi menjadi pandemi.

“Kerjasama kami dengan Bio Farma akan memberikan kontribusi baru terhadap tujuan tersebut dengan cara mengembangkan fasilitas kelas dunia yang dimiliki oleh Bio Farma dengan teknologi produksi terbaru yakni, vaksin mRNA dan viral vector yang dapat diproduksi massal dalam rentang 100 hari sejak patogen virus teridentifikasi,” ungkapnya.

Menurutnya, lebih penting lagi, kapabilitas dalam memproduksi vaksin mRNA yang diterapkan melalui kerjasama ini dapat memberikan percepatan dan keadilan akses vaksin bagi negara-negara di kawasan ASEAN Ketika menghadapi ancaman wabah.

Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya mengatakan, tanpa diragukan lagi, kolaborasi antara Bio Farma dan CEPI akan meningkatkan kapabilitas industri yang berada di wilayah negara berkembang untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi potensi munculnya pandemi.

Dirinya juga menilai, kolaborasi ini merupakan salah satu pencapaian bagi Bio Farma dalam rangka berkontribusi pada kesehatan dunia dan memberi kemudahan akses produk vaksin di masa sulit seperti pandemi, khususnya di kawasan ASEAN.

“Dengan adanya penggabungan dua kekuatan ini, kami mampu untuk melebarkan sayap layanan kami dalam rangka penanganan kebutuhan global terkait produk life science, menjangkau lebih banyak orang yang membutuhkan dan memitigasi krisis yang mungkin datang. Kami sambut kerjasama ini dengan semangat baik, dan kami siap untuk meraih dan mengoptimalkan setiap kesempatan dalam menghadapi tantangan sesuai tujuan kami dalam meningkatkan kualitas hidup,” ucapnya.

Menteri Kesehatan RI, Budi G. Sadikin menyambut baik pencapaian yang diraih CEPI dan Bio Farma.

“Kami menyadari pentingnya diadakan kerjasama ini. Kerjasama dengan CEPI akan meningkatkan kontribusi Indonesia terhadap ketahanan pasokan dan kemandirian vaksin di kawasan ASEAN dan Global South. Kerjasama ini dapat mendorong pengadaan vaksin yang cepat dan efisien untuk penanggulangan pandemic di masa yang akan datang,” ucapnya.

Sejalan dengan itu, Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan, Lucia Rizka Andalucia menyampaikan, Bio Farma telah menjadi salah satu pemain penting dalam memerangi penyakit menular dengan penyediaan produksi vaksin untuk kebutuhan dalam dan luar negeri.

Kerjasama ini diharapkan dapat dikembangkan dan menjadi kesempatan untuk Bio Farma dalam memperkuat kapabilitas riset dan produksinya dalam rangka menjalankan peran sebagai supplier produk vaksin di tingkat global.

“Kunci memerangi kesenjangan akses produk vaksin dengan diversifikasi produsen vaksin di tingkat gloobal,” katanya.

Menurut studi yang diterbitkan oleh jurnal ilmiah Nature pada Oktober 2022 menunjukan jika vaksin Covid-19 dapat dibagikan secara lebih merata, 295,8 juta kasus tertular serta 1,3 juta kematian dapat dicegah diseluruh penjuru dunia.

Salah satu alasan utama dibalik adanya kesenjangan akses produk tersebut adalah, konsentrasi industri produksi vaksin yang terpusat di negara dengan pendapatan tinggi dan/atau negara dengan penduduk terbanyak.

Hal ini mengakibatkan negara di kawasan Global South dimana mayoritas negara tersebut memiliki keterbatasan pada aspek produksi vaksin, mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses vaksin Covid-19, bahkan untuk golongan rentan yang berisiko tinggi.(red/rel)