Slovenia, Negara Handanovic Akhirnya Punya Masjid

Mufti dari Komunitas Islam Slovenia Nedzad Grabus berpidato di depan media pada 3 Februari 2020, di masjid pertama Slovenia, yang dirancang oleh firma arsitektur Bevk Perovic Arhitekti, di Ljubljana. (AFP/arabnews)
Mufti dari Komunitas Islam Slovenia Nedzad Grabus berpidato di depan media pada 3 Februari 2020, di masjid pertama Slovenia, yang dirancang oleh firma arsitektur Bevk Perovic Arhitekti, di Ljubljana. (AFP/arabnews)

LJUBLJANA, kaldera.id – Slovenia, negara Samir Handanovic (kiper Inter Milan) dan Jan Oblak (kiper Atletico Madrid), akhirnya memiliki masjid.

Masjid yang terletak di Ljubljana ini, resmi dibuka Senin (3/2/2020) setelah mengalami berbagai rintangan pembangunan selama 50 tahun terakhir.

Menurut komunitas Islam di Slovenia, Mufti Nedzad Grabus peresmian masjid Slovenia yang dibangun di Ibu Kota Ljubljana tersebut menjadi titik balik kehidupan Islam di sana.

“Slovenia adalah bekas negara bagian Yugoslavia terakhir yang mendapatkan masjid, menjadikan Ljubljana sebagai ibu kota daripada kota provinsi di ujung dunia,” ujar dia dilansir dari CNN Indonesia, Selasa (4/2/2020).

Komunitas Islam di Slovenia tidak pernah putus asa dalam berbagai rintangan yang dialami. Bahkan, izin pembangunan masjid Slovenia baru diterima 15 tahun lalu setelah proses pengajuan yang dilakukan sejak tahun 1960-an tersebut.

Pembangunan masjid Slovenia dimulai tahun 2013 dan memakan biaya mencapai 34 juta euro atau setara dengan Rp515 juta. Adapun, sebanyak 28 juta euro merupakan sumbangan dari Qatar.

Masjid tersebut sangat ditunggu-tunggu oleh umat Islam di sana karena memiliki banyak fasilitas. Terdapat kantor komunitas, perpustakaan, restoran, lapangan basket, hingga perumahan bagi ulama Muslim.

Bangunan yang bisa menampung 1.400 orang ini juga memiliki interior yang modern. Semua bangunan terbuat dari beton putih yang dipadukan dengan baja, kaca, dan kayu.

Paduan Arsitektur Islam Tradisional dan Kontemporer

Sang arsitek masjid Slovenia, Matej Bevk mengatakan interior tersebut memiliki arti. dengan kaca akan menggambarkan transparansi dan keterbukaan. “Kami ingin mengaitkan nilai-nilai arsitektur Islam tradisional dengan arsitektur kontemporer,” jelas Bevk.

Sebelumnya, umat Islam di Slovenia selalu menyewa gedung olahraga atau gedung pertemuan untuk melakukan ibadah dan upacara keagamaan.

Padahal diketahui, jumlah umat Islam di Slovenia sekitar 2,5 persen atau sekitar 80 ribu dari 2 juta penduduk. Artinya, agama Islam menjadi agama terbesar kedua di negara tersebut.(cnni/armin nasution)