JAKARTA, kaldera.id – The Jakarta Post memberitakan, seorang warga negara Jepang dilaporkan positif mengidap COVID-19 atau virus corona (coronavirus) setelah mengunjungi Indonesia.
Hal ini semakin meningkatkan kekhawatiran tentang kemampuan Indonesia dalam mendeteksi penyebaran virus mematikan itu.Karena kejadian ini, pihak berwenang Indonesia didesak agar mengambil tindakan cepat untuk mencegah penyebarannya.
Bayu Krisnamurthi, yang mengepalai Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Pandemi antara 2006 dan 2010, mengatakan pria Jepang itu bisa menularkan virus ke orang lain di Indonesia melalui tetesan yang dikeluarkan oleh batuk dan bersin.
“Otoritas kesehatan harus segera mengklarifikasi kasus ini. Seharusnya diasumsikan bahwa virus itu bisa ditularkan oleh orang lain sebelum gejalanya muncul,” kata Bayu kepada The Jakarta Post, Rabu (26/2/2020).
Sebelumnya, media Jepang NHK melaporkan, pria Jepang itu berusia 60-an, tinggal di Tokyo dan bekerja di fasilitas perawatan warga senior.
Pria itu mengunjungi fasilitas kesehatan di Jepang pada 12 Februari setelah mengalami “gejala seperti pilek” tetapi dipulangkan setelah ia tidak didiagnosis menderita pneumonia.
Dia kemudian bekerja pada 13 Februari, menghabiskan 14 Februari di rumah dan dilaporkan bepergian ke Indonesia dengan keluarganya pada 15 Februari.
Laporan NHK tidak merinci jadwal perjalanan pria tersebut selama di Indonesia. Lantas, pria itu kembali ke Jepang pada 19 Februari dan segera dirawat di rumah sakit karena kesulitan bernafas. Dia dikatakan dalam “kondisi serius”.
Alat Deteksi Virus Corona
Secara terpisah, situs resmi Tokyo Novel virus corona (coronavirus) Infectious Disease Control Center di Tokyo mengonfirmasi bahwa seorang penduduk Tokyo berusia 60-an telah dinyatakan positif mengidap penyakit virus corona (coronavirus) dan gejalanya muncul pada 12 Februari.
Rilis ini tidak menyebutkan riwayat perjalanan ke Indonesia. Hanya saja, pria itu belum pernah ke China dalam 14 hari sebelumnya. Keadaan pasien terdaftar dalam kondisi serius. Pria itu adalah kasus ke-29 COVID-19 yang tercatat di Tokyo.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Direktorat Pengendalian Penyakit dan Lingkungan Departemen Kesehatan RI, Achmad Yurianto, mengatakan bahwa kementerian telah menghubungi Kedutaan Besar Indonesia (KBRI) di Tokyo untuk mencari konfirmasi tentang pria Jepang itu, tetapi identitasnya tetap tidak diketahui.
“Kami tidak tahu namanya atau ke mana saja dia berkunjung ke Indonesia. Jadi apa yang bisa kita selidiki? ” Yurianto mengatakan pada Post pada hari Minggu.
Sementara itu, Amin Soebandrio, direktur Institut Biologi Molekuler Eijkman, mengatakan jika pria Jepang itu tidak menunjukkan gejala selama berada di Indonesia, ia dapat tetap tidak terdeteksi meskipun sudah membawa virus selama masa inkubasi.
Masa inkubasi virus korona adalah hingga 14 hari.
“Ini bukan hanya di Indonesia. (Pria itu tidak akan terdeteksi) di negara mana pun jika tidak ada gejala yang muncul sebelum ia kembali ke Jepang,” kata Amin kepada The Jakarta Post.
Amin mengatakan, orang yang terinfeksi virus selama masa inkubasi secara teoritis dapat menyebarkan virus, meskipun mereka tidak menunjukkan gejala apa pun.
“Jika orang tersebut sudah memiliki gejala maka dia dapat (menyebarkan virus),” kata Amin.
Amin mengatakan bahwa pemerintah Indonesia telah mengikuti prosedur yang tepat sesuai dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), termasuk mensyaratkan kartu kesehatan dan karantina wisatawan yang baru-baru ini datang ke China. (kontan/finta rahyuni)