JAKARTA, kaldera.id- Pandemi virus corona yang membuat orang harus mengisolasi diri di rumah bisa berdampak pada keharmonisan rumah tangga. Studi menunjukkan, angka perceraian di China meningkat selama masa lockdown demi mencegah penyebaran infeksi virus corona (Covid-19).
“Hal yang harus diwaspadai juga adalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Sebagai warning saja, di China terjadi peningkatan tuntutan perceraian akibat lockdown,” kata ahli kesehatan jiwa, Nova Riyanti Yusuf, dalam keterangan resmi yang diterima CNNIndonesia.com, Senin (30/3/2020).
Berdasarkan data dari kantor pencatatan sipil di China, tingkat perceraian meningkat secara signifikan karena pasangan menghabiskan terlalu banyak waktu bersama di rumah selama lockdown. Lebih dari 300 pasangan mendaftarkan perceraian sejak 24 Februari lalu di Provinsi Sichuan, China.
Menghabiskan waktu bersama disinyalir dapat menimbulkan emosi, ketegangan, perseteruan, hingga kekerasan dalam rumah tangga. Belum lagi, tingkat stres cenderung meningkat saat karantina.
Studi di China menunjukkan, 50,4 persen orang mengalami gejala depresi, 44,6 persen merasakan kecemasan, dan 34 persen mengalami insomnia.
Nova menjelaskan, masa isolasi untuk mencegah Covid-19 dapat menimbulkan ketakutan, kecemasan, kesepian, dan bahkan keinginan untuk bunuh diri.
Isolasi dan lockdown juga membuat banyak orang menjadi pengangguran karena kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Kondisi ini juga memicu munculnya KDRT dan perceraian.
Nova menyebut, situasi isolasi yang membuat orang seperti dalam kurungan dapat memengaruhi kesehatan mental.
“Lama-lama bisa membuat seorang manusia yang tegar sekalipun jatuh dalam dua kondisi: behavioral disengagement,” kata Nova. Behavioral disengagement sendiri merupakan kondisi saat seseorang kurang berusaha dalam menghadapi stressor. Tak sedikit juga orang yang menyerah, memilih lebih banyak melamun, berkhayal, tidur, atau terpaku menonton televisi untuk melarikan diri dari masalah.
Untuk menjaga keharmonisan rumah tangga selama isolasi Covid-19, Nova menyarankan setiap pasangan tetap menyediakan waktu luang untuk ‘me time’. ‘Me time’ dilakukan untuk menyenangkan diri sendiri tanpa ada embel-embel individu lain, termasuk pasangan.
Selain itu, setiap pasangan harus bisa mengelola stres agar tidak dilampiaskan kepada keluarga. Alihkan emosi pada kegiatan yang menyenangkan seperti melukis, menulis, atau meditasi.
Nova juga menyarankan untuk selalu mempertahankan pikiran positif dan mengingat kembali tujuan pernikahan.
Manfaatkan pula teknologi untuk berbagi dan tetap berhubungan dengan orang lain melalui telepon dan video call selama isolasi.(cnn/tim)