Anggota Komisi XI DPR RI Gus Irawan Pasaribu
Anggota Komisi XI DPR RI Gus Irawan Pasaribu

JAKARTA, kaldera.id- Anggota Komisi XI DPR RI Gus Irawan Pasaribu mengingatkan agar Bank Indonesia memiliki komitmen yang tegas dalam pemulihan ekonomi nasional. Sebab sejumlah fakta yang merupakan dampak pandemi Covid-19, mencerminkan beratnya kondisi ekonomi nasional Indonesia. Catatan tersebut disampaikandalam Rapat Kerja Komisi XI DPR RI dengan Gubernur Bank Indonesia dan jajaran di Senayan, Jakarta, Senin (22/3/2021).

“Persoalan-persoalan terkait dampak Covid-19 yang dirasakan masyarakat, pelaksanaan vaksinasi yang berlangsung panjang hingga tahun 2023, evaluasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) tahun 2020, angka kemiskinan yang tinggi dan belum pulihnya daya beli masyarakat, perlu menjadi catatan Bank Indonesia,” kata Gus Irawan kepada media, Rabu (24/3/2021).

Politisi Gerindra ini juga mengingatkan BI untuk meninjau ulang pelaksanaan burden sharing yang dilakukan BI pada tahun 2020 dan bagaimana dampaknya bagi neraca keuangan. “Seberapa kuat neraca Bank Indonesia mampu menampung Surat Berharga Negara (SBN) underlying asset? Apalagi BI masih menanggung underlying asset dari krisis ekonomi 1997-1998,” imbuhnya.

BI diminta untuk memperbaiki sistem yang diterapkan

Sebagai bank sentral, BI juga diminta untuk memperbaiki sistem yang diterapkannya terkait dengan dampak kebijakan moneter yang diambil BI terutama yang bertujuan untuk relaksasi likuiditas bank umum. Menurut pengamatan Gus Irawan, fakta yang terjadi saat ini, likuiditas bank umum relatif longgar namun tidak mendorong mereka menaikkan suku bunga kredit.

Pilihannya menempatkan kembali dana mereka ke BI atau membeli SBN. “Kalau bank umum menempatkan kembali dananya ke Bank Indonesia, artinya kebijakan BI tidak efektif mendorong fungsi intermediasi perbankan. Situasi ini harus diperbaiki,” kata dia.

Hal lain yang menjadi catatan Gus Irawan, mengenai kekuatan BI, OJK dan LPS dalam upaya menekan suku bunga kredit. Dia menyayangkan peranan regulator yang tidak terlihat. Menurutnya, peranan regulator yang terlihat hanya memberikan himbauan moral atau moral suasion perlunya melakukan suku bunga lebih rendah untuk menyambut pemulihan ekonomi. “Semestinya regulator menjalankan peran yang lebih strategis sehingga mekanisme pergerakan suku bunga kredit tidak selalu mengikuti pasar,” tegasnya.

Gus Irawan mendorong BI agar lebih banyak berkontribusi dalam penyediaan data UMKM yang lebih akurat. Menurutnya, ketersediaan dan akurasi data UMKM menjadi persoalan krusial sekarang ini. Selain itu, pihaknya khawatir adanya ketertinggalan UMKM dalam go digital mengingat tidak tersedianya data yang akurat tentang UMKM.(finta rahyuni)