Gus Irawan Pesimis Target Penyerapan Right Issue Waskita Karya

Anggota Komisi XI DPR RI Gus Irawan Pasaribu
Anggota Komisi XI DPR RI Gus Irawan Pasaribu

JAKARTA, kaldera.id- Anggota Komisi XI DPR RI Gus Irawan Pasaribu mengaku pesimis atas target penyerapan dana sebesar Rp980 miliar dari masyarakat yang diusulkan PT Waskita Karya (Persero) melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (rights issue) akan tercapai. Pasalnya, kondisi ekonomi di masyarakat saat ini masih sepenuhnya pulih dan juga kondisi perusahaan yang masih merugi.

“Rasanya kalau dilihat dengan situasi sekarang, Rp900 miliar enggak akan terpenuhi lah ini, tapi kan sudah dihitung kita butuh Rp3,9 triliun (dari rights issue) pemerintah masuk Rp3 triliun, dan Rp900 miliaran itu publik, cuma saya kira itu tak akan terpenuhi,” ujar Gus Irawan dalam rapat dengar pendapat Komisi XI DPR RI bersama Direksi Waskita Karya, di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta,  Senin (12/9/2022).

Diketahui, Waskita akan melakukan right issue untuk menampung Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp3 triliun. Meski begitu, Waskita juga memberikan kesempatan kepada pemegang saham publik untuk ikut membeli saham lewat skema rights issue. Waskita menargetkan akan menampung modal sebesar Rp980 miliar dari masyarakat lewat rights issue.

Gus Irawan pun mempertanyakan terkait langkah yang diambil Waskita apabila tujuan tersebut tidak terpenuhi. Terlebih, jika dana yang mencapai Rp980 miliar itu juga masuk ke dalam tambahan modal kerja. “Pertanyaannya, kalau tak terpenuhi yang Rp900 miliar itu ditutup dari mana lagi pak Dirut? Cuma kan dananya tetap harus dipenuhi oleh publik, itu dana dari mana tutupnya,” ungkap politisi dapil Sumatera Utara II ini.

Direktur Utama Waskita Destiawan Soewardjono menjelaskan untuk penyelesaian jalan tol penugasan semuanya sudah ditanggung lewat PMN di tahun 2021 dan 2022. Destiawan mengatakan apabila target penyerapan modal publik tidak tercapai, maka pihaknya akan mencari opsi lain untuk memenuhi hal tersebut. Salah satu opsinya adalah melakukan pinjaman. “Seandainya tidak kami dapatkan yang Rp900 miliar kami harus datang ke bank lakukan pinjaman,” jawab Destiawan. (rel/arn)