MEDAN, kaldera.id – Warga Palestina di Gaza menjalani Ramadan tahun ini dengan suasana yang suram dan mencekam di tengah agresi Israel.
Al Jazeera melaporkan pasukan Israel melancarkan serangan ke Kota Rafah, Gaza Selatan dan kamp pengungsi Nuseirat. Serangan itu terjadi saat warga Gaza bersiap menjalankan puasa pertama di bulan suci Ramadan.
Lebih dari 1,2 juta orang mengungsi di Rafah. Banyak di antara mereka tinggal di bawah tenda berbahan plastik dan menghadapi krisis pangan.
Salah satu warga Gaza, Diab Al Zaza, mengatakan “Ramadan tahun ini akan menyedihkan karena perang.” Kondisi demikian membuat sulit siapa saja yang hidup di sekitar zona pertempuran.
“Saya telah melalui banyak kesulitan. Namun sepanjang hidup saya, saya belum pernah menjalani hari-hari yang lebih sulit daripada ini karena kelaparan, kehausan, kehilangan dan perpisahan,” kata Zaza dikutip Middle East Eye, Minggu (10/3).
Zaza terpisah dari keluarganya karena agresi Israel. Istri dan anak dia menolak mengungsi ke selatan.
Dia juga membandingkan kondisi Gaza saat ini dengan peristiwa pemindahan dan pengusiran massal hingga penganiayaan pada 1948 atau dikenal Nakba. Menurut Zaza, saat ini kondisi warga lebih buruk daripada saat Nakba.
Dia kemudian berkata, “Saat Nakba, jumlah orang lebih sedikit dan negara ini terbuka, tapi sekarang kami dikepung dari semua sisi.”
Zaza juga menerangkan Ramadan tahun ini tak akan memasang dekorasi apa pun sebagai bentuk solidaritas terhadap korban tewas gegara serangan Israel.
Tak beda dengan Zaza, warga Gaza lain bernama Maha juga tak mempersiapkan apa pun untuk menyambut bulan suci.
“Kami tak melakukan persiapan apa pun untuk menyambut Ramadan, karena kami telah berpuasa selama lima bulan,” kata Maha.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebelumnya menyatakan tingkat kelaparan di Gaza mencapai 100 persen.
Kelaparan juga membayangi Khalil Atallah dan keluarganya. Ia beberapa kali mengungsi karena agresi Israel.
“Kini kami hidup] dalam perang kelaparan,” kata Atallah.
Atallah hanya ingin gencatan senjata segera tercapai dan agresi bisa berakhir.
“Saya telah kehilangan lebih dari 50 anggota keluarga dalam pemboman. Ramadan kali ini akan berbeda dari bulan-bulan lainnya karena penindasan,” ujar dia.
Israel melancarkan agresi ke Palestina pada 7 Oktober. Mereka juga mendeklarasikan perang melawan Hamas.
Mereka juga membatasi bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza sehingga membuat kondisi wilayah itu kian kritis.
Imbas agresi Israel lebih dari 31.000 warga di Palestina meninggal dan ribuan orang terancam kelaparan. (cnn)