Bobby Afif Nasution
Bobby Afif Nasution

MEDAN, kaldera.id – Akademisi dari Universitas Medan Area, Ara Auza, berpendapat, pesan pro-demokrasi dari Bobby Nasution, yakni siap menghadapi kandidat lain, patut diapresiasi.

Menurutnya hal itu dapat disebut juga sebagai komitmen Bobby Nasution terhadap terjaganya kualitas demokrasi yang harus diikuti dengan perilaku tim kampanye.

“Dalam proses komunikasi, ada teori dramaturgi. Panggung depan dan panggung belakang. Dalam hal ini tidak ditampilkan sosok Bobby Nasution secara langsung, melainkan melalui kutipan pernyataan dari orang. Ini sesuatu yang sah,” ungkap Ara, Selasa (25/8/2020).

Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi UMA ini berharap, iklim demokrasi sehat juga bisa dihadirkan kandidat lain. Dengan begitu, kata Ara Auza, tidak perlu terjadi penurunan kualitas demokrasi di Kota Medan.

“Menjaga kebebasan pers, tidak adanya kriminalisasi terhadap individu di media sosial, politik uang, dan pengerahan ASN untuk mendukung pasangan tertentu. Mengenai demokrasi, merupakan hal yang ditawarkan Bobby Nasution kepada masyarakat Kota Medan untuk berkomitmen menjaga kualitas demokrasi di Kota Medan,” ujarnya.

Akademi UMA Berpendapat Demokrasi Bobby Patut Diapresiasi

Sebelumnya, Gus Irawan Pasaribu mengungkap, dalam satu kesempatan dirinya memanggil Bobby Nasution dan calon kepala daerah lain di Sumut untuk mengetahui visi-misi dan keseriusan calon kandidat dalam mengikuti Pilkada serentak 9 Desember 2020 mendatang.

Setelah Bobby Nasution menyampaikan visi-misinya, Gus Irawan mengaku bertanya soal kemungkinan skenario untuk melawan kotak kosong di Pilkada Medan.

“Spontan Bobby menjawab, apakah hal itu bagus untuk proses berdemokrasi? Saya kagum dengan jawaban itu. Hebat sosok anak muda yang satu ini,” tutur Gus di hadapan fungsionaris dan kader Gerindra Sumut.

Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sumut, Faisal Riza pun memuji kedewasaan Bobby dalam berpolitik. Ungkapan terkait sehatnya demokrasi kepada Gus Irawan, menurut Faisal Riza, menjadi bukti kedewasaan Bobby dalam berpolitik.

“Saya melihat begini, melawan kotak kosong itu absah secara demokrasi. Namun, legitimasi dukungan rakyat itu penting. Jadi, kalau memungkinkan, kotak kosong tidak terjadi,” katanya.

“Kalau ada beberapa pilihan, maka rakyat lebih tertarik, pilkada lebih menantang. Ini menjadikan sosok Bobby, walau masih muda, tapi sudah dewasa dalam berpolitik,” lanjut dia.

Senada, Pengamat Politik dari USU Dadang Darmawan memuji sosok Bobby sebagai calon yang tidak mau memanfaatkan keadaan.

“Setidaknya jawaban itu pertanda bahwa Bobby bukan calon yang asal memanfaatkan situasi, sebagaimana sangkaan banyak orang selama ini. Sekaligus juga pertanda bahwa Bobby adalah sosok calon yang Demokratis, menghargai perbedaan dan menghindari pemaksaan,” kata Dadang. (reza sahab)